Saat Asumsi Tumbang


512

Saat Asumsi Tumbang

Oleh: Ndaru Anugerah

Apa asumsi yang sering kali diucapkan guna menyukseskan program vaksinasi global milik sang Ndoro besar?

Tepat sekali. Guna mengejar angka kekebalan kawanan alias herd immunity.

Angkanya-pun dipatok layaknya bandar togel: 60%-70%. Artinya kalo total populasi sudah disuntik sebanyak angka tersebut, maka kekebalan kawanan akan otomatis tercapai dan virus Kopit bisa ditaklukkan.

Nyatanya itu cuma isapan jempol belaka. Mirip-mirip prank bantuan 2 trilyun yang ramai diberitakan oleh para buzzer Wakanda. (https://www.suara.com/news/2021/08/02/152753/8-fakta-sumbangan-palsu-rp-2-triliun-keluarga-akidi-tio-satu-negara-kena-prank?page=all)

Apa buktinya kalo itu cuma prank?

Anda tahu Israel. Negara zionis tersebut, termasuk yang paling getol melakukan program suntik massal sang Ndoro besar bagi warganya.

Bahkan karena telah mendekati ambang batas kekebalan kawanan, dengan bangganya mereka mengklaim telah mencapai tahap tersebut pada Apri 2021 silam. (https://www.shebaonline.org/prof-gili-regev-yochay-israel-has-achieved-herd-immunity-against-covid-19/)

Walhasil, semua kebijakan Kopit dan turunannya, langsung dicabut seiring klaim tersebut.

Pemerintah memperbolehkan warganya untuk beraktivitas normal kembali, karena asumsinya kekebalan sudah terbentuk. (https://www.timesnownews.com/international/article/after-over-a-year-israel-finally-goes-mask-free-how-did-the-middle-east-nation-achieve-its-vaccine-success/747503)

Tapi itu nggak lama. Pada Juni, negara tersebut diserang varian Delta, dan menyebabkan peningkatan kasus secara drastis.

Akhirnya, bukan kebebasan yang didapat setelah divaksinasi, namun malah ancaman lockdown kembali diterapkan, plus rencana pemberian suntikan booster pada manula guna menanggulangi wabah si Kopit. (https://www.timesofisrael.com/israel-begins-administering-3rd-covid-vaccine-dose-to-the-elderly/)

Apa namanya kalo nggak kena prank? Bermodal asumsi yang nggak ada dasarnya, maka semua hanya akan berakhir sia-sia.

Tapi itu bukan berita ‘baiknya’.

Terus apa berita baiknya?

Wapo menurunkan laporan, bahwa mereka yang ditest positif Kopit, ternyata mayoritas mereka yang justru telah divaksinasi. (https://www.washingtonpost.com/politics/2021/07/19/vaccine-skeptics-zero-israel-again-some-reason/)

Tentang ini, saya juga pernah kasih ulasan beberapa bulan yang lalu. (baca disini dan disini)

Dan epidemiologis kondang, Dr. Katelyn Jetelina juga menyatakan hal yang senada bahwa: “semakin banyak populasi yang divaksinasi, semakin kita dapat mendengar kabar tentang yang divaksinasi kemudian malah terinfeksi.”

Pendapat senada juga dilontarkan oleh Arieh Kovler, bahwa negara dengan tingkat vaksinasi tinggi, justru akan rentan bagi orang yang telah divaksin untuk terkena Kopit. (https://arieh.substack.com/p/inside-israels-delta-outbreak-part)

Kasus di Israel sudah memberikan konfirmasi atas pernyataan Dr. Jetelina dan Kovler.

Dengan adanya ini, makin membuat orang bertanya-tanya: sebenarnya vaksinasi itu gunanya apa?

Sebab kalo dibilang guna mencapai kekebalan kawanan, nyatanya nggak juga. Kasus di Israel sudah memberikan jawaban secara gamblang, bahwa itu hanya omong kosong.

Buruknya lagi, Kovler mengatakan, “Orang-orang yang tidak dinyatakan positif adalah mereka yang telah terinfeksi Kopit secara alami dan pulih. Dan angka ini ada sekitar 9% di Israel,”

Artinya apa?

Orang yang terkena infeksi Kopit dan kemudian pulih, (logikanya) akan dapat mengembangkan kekebalan alami yang jauh lebih baik ketimbang kekebalan yang didapat dari vaksinasi secara buatan alias divaksin. Setidaknya pendapat Kovler dapat dijadikan rujukan.

Ini jadi paralel dengan yang terjadi di Swedia sana, dimana mereka nggak menerapkan kebijakan lockdown dan turunannya, malahan menerapkan kebijakan natural herd immunity. Pada tataran teknis, warga Swedia secara disengaja diinfeksi dengan si Kopit.

Tentunya ini bukan langkah gila, karena mereka menerapkan kebijakan terukur. Saat orang yang terinfeksi lantas sembuh, ini akan menyebabkan efek kebal terhadap serangan si Kopit dan variannya. Ini pernah saya ulas setahun yang lalu. (baca disini dan disini)

Dan hasilnya, varian Delta yang diklaim menakutkan, hanya menjadi bahan ‘banyolan’ saja di Swedia sana. (baca disini)

Lantas apa yang bisa disimpulkan?

Bahwa kebijakan suntik massal bukanlah kebijakan terbaik dalam menangani si Kopit. Alih-alih mau mencapai kekebalan kawanan, diakhir cerita malah kena prank! Belum lagi kalo kita mengukur dampak negatif pada sisi ekonominya. Makin blangsak saja.

Piye toh, Jum?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!