Ngapain Didengerin?


512

Ngapain Didengerin?

Oleh: Ndaru Anugerah

Apa yang dilakukan oleh jongos Ndoro besar di AS sana, untuk bisa memvaksin seluruh warganya?

Macam-macam tentunya. Salah satunya adalah dengan mengintensifkan penggunaan masker. Jadi segenap warga AS, oleh CDC diminta untuk pakai masker ramai-ramai. (https://time.com/6084402/cdc-mask-guidance/)

Apa alasan utama yang dikemukakan CDC dalam meluncurkan anjuran stersebut?

Tepat sekali, karena adanya ancaman varian Delta dari si Kopit yang diklaim sangat menular dan tentunya lebih mematikan karena akan memicu penyakit Kopitnya menjadi lebih parah. (https://www.nytimes.com/2021/07/30/health/covid-cdc-delta-masks.html)

Bukan itu saja, CDC juga mengklaim bahwa varian Delta tersebut menular secepat penularan cacar air.

Coba bayangkan kalo varian tersebut menular kek cacar air, apa nggak berabe?

Perlu digaris bawahi, bahwa itu hanya klaim sepihak ala CDC, guna dijadikan alasan bagi warga AS untuk mau pakai masker. Harapannya, tingkat vaksinasi bisa dikebut guna menanggulangi varian si Kopit. Selama fase menunggu, aturan pakai masker yang jadi acuannya.

Pertanyaannya: apa memang betul, klaim dari CDC tersebut?

Boro-boro. Itu hanya klaim lebay.

Setidaknya kepala ahli epidemiologi Swedia, Dr. Anders Tegnell justru membalikan klaim sepihak CDC. “Masih banyak yang tidak diketahui tentang varian Delta tersebut. Jadi jangan menarik kesimpulan terlalu jauh,” ungkap Dr. Tegnell. (https://www.rt.com/news/530759-sweden-delta-masks-zero-covid-deaths/)

Dr. Tegnell menambahkan, “Kami telah mengikuti tentang varian Delta tersebut, dan inefektivitas penularannya cukup diragukan.” Maksudnya, kadang menular, kadang juga nggak menular. (https://www.aftonbladet.se/nyheter/a/5ndPy6/anders-tegnell-om-deltaoron-mycket-vi-inte-vet)

Kalo Dr. Tegnell yang ngomong, kita wajib pasang kuping.

Kenapa?

Karena penangan Kopit di Swedia terbilang sukses, nggak seperti di AS sana.

Indikatornya jelas. Kasus kematian akibat si Kopit sudah mencapai 0 orang per harinya, selama beberapa hari terakhir. (baca disini)

Padahal di Swedia sana, nggak ada aturan prokes sebrutal negara Eropa lainnya. Kalopun ada, hanya bersifat anjuran, dan nggak ada kebijakan denda atau sanksi seperti yang diberlakukan di Wakanda.

Kalo sudah begini, siapa yang akan anda ikuti sebagai rujukan? Dr. Tegnell atau CDC?

Nggak sulit untuk menjawabnya, bukan?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!