Agenda Dibalik Agenda


514

Agenda Dibalik Agenda

Oleh: Ndaru Anugerah

Krisis minyak dunia yang ada saat ini bukanlah yang pertama kali terjadi secara global. Dulu, di tahun 1973, dunia (khususnya negara-negara Barat) pernah juga mengalami krisis minyak.

Krisis ini dipicu oleh aksi larangan ekspor minyak yang dipimpin oleh OPEC ke Western Countries, yang diinisiasi oleh Arab Saudi, lantaran negara-negara Barat tersebut mendukung aksi Israel selama Perang Yom Kippur, melawan negara-negara Arab. (https://www.thebalance.com/opec-oil-embargo-causes-and-effects-of-the-crisis-3305806)

Jika sekarang krisis minyak terjadi lagi, ya lumrah saja.

Namun situasinya kini dibalik.

Kalau semula Rusia memasok dunia dengan satu dari 10 barel minyak yang mereka konsumsi, kini pasokan itu dihentikan oleh aksi embargo yang dilakukan oleh negara-negara Barat sebagai balasan atas ‘aksi’ Rusia pada Ukraina. (https://theconversation.com/the-us-is-banning-russian-oil-imports-but-an-embargo-that-includes-european-allies-would-have-more-impact-178868)

Jadi bukan negara pemasok yang menghentikan pasokan, tapi justru negara-negara konsumennya.

Tentu saja yang kena imbasnya bukan saja negara-negara Barat, tapi semua masyarakat dunia akibat dari mahalnya harga minyak (dan juga gas), karena adanya sanksi ekonomi yang dijatuhkan pada Rusia.

Pertanyaannya: apakah dampak dari krisis energi ini?

Jawaban atas pertanyaan ini, saya pernah bahas pada analisa saya sebelumnya. (baca disini)

Intinya, KRISIS YANG DIPAKSAKAN ini, memang sengaja digelar, sebagai pretext untuk menjalankan agenda besar yang bersembunyi dibaliknya. Satu yang paling mudah anda lihat adalah bagaimana krisis ini mendorong untuk diterapkannya agenda Hijau sang Ndoro.

Apa buktinya?

Badan Energi Internasional (IEA), baru-baru ini memberikan proposalnya kepada komunitas global, agar laju konsumsi minyak harian bisa ditekan.

“Kalo laju konsumsi energi tidak dikendalikan, maka kantong anda yang boncos, bukan?” begitu kurleb-nya. (https://www.iea.org/news/emergency-measures-can-quickly-cut-global-oil-demand-by-2-7-million-barrels-a-day-reducing-the-risk-of-a-damaging-supply-crunch)

Caranya?

Tentu saja dengan membatasi cara orang mengemudi kendaraan di jalanan, “Ini akan dapat membantu kita untuk memindahkan kebutuhan konsumsi minyak harian kita, menuju pada jalur konsumsi baru yang BERKELANJUTAN,” ungkap IEA.

Kalo dengar kata ‘berkelanjutan’, tentu anda (khususnya yang telah lama berkecimpung pada isu geopolitik), sudah paham siapa yang bermain dibelakangnya, bukan?

Misalnya, jika anda mengurangi kecepatan mengemudi di jalan sebanyak 10 km/jam saja (let’s say dari 100 ke 90 km/jam), maka anda akan bisa menghemat sekitar 290 kilo barel per harinya.

IEA juga kasih saran soal kerja dari rumah alias WFH, setidaknya 3 hari dalam seminggu, karena langkah ini akan dapat menghemat konsumsi minyak harian sebesar 500 kilo barel per harinya.

Bagaimana dengan weekends?

Penggunaan mobil, utamanya pada daerah perkotaan juga harus dihindari dalam rangka penghematan konsumsi minyak. Ini diklaim dapat mengurangi laju konsumsi sekitar 380 kilo barel per harinya, selama satu minggu.

Lalu bagaimana jika kita ingin beraktivitas saat akhir pekan?

Ya gunakan moda transportasi umum atau anda bisa bersepeda. Jadi kalo di Wakanda ada aturan gage saban akhir pekan, tentu saja ini selaras dengan proposal IEA.

Dan bagi anda yang hobi traveling menggunakan moda pesawat terbang, anda harus siap-siap mengubur ambisi anda untuk bisa terus traveling, karena IEA juga menyarankan anda untuk tidak lagi menggunakan plane. Langkah ini akan bisa menghemat sekitar 260 kilo barel per harinya.

Tentu saja, IEA juga mendorong konversi ke mobil listrik sebagai moda transportasi hijau, karena ini akan menghemat sekitar 100 kilo barel per harinya.

Kalo sudah begini, kira-kira rencana The Great Zero Carbon adalah hal yang utopis untuk diajukan atau justru sebaliknya? Bukankah krisis energi ini malah mendorong program utama sang Ndoro besar, guna pembentukkan tatanan dunia baru yang bebas karbon? (baca disini, disini dan disini)

Cui Bono?

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!