Menyoal Kota Masa Depan


516

Menyoal Kota Masa Depan

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bagaimana konsep kota masa depan selepas plandemi Kopit?” begitu tanya seorang kepada saya.

Kalo anda pikir, bahwa selepas plandemi Kopit, tata kelola kota-kota besar di dunia bakalan sama seperti kondisi status quo, anda sepertinya harus berpikir ulang.

Anda pernah dengar istilah 15-minute city alias Kota 15 Menit?

Secara definitif, Kota 15 Menit (K15M) adalah kota yang memiliki daerah utama berupa jalan setapak dan jalur sepeda. Pada kota ini, kepemilikan mobil pribadi nggak lagi diperbolehkan. Jika saat ini anda punya mobil sekelas Lamborghini, percayalah itu akan menjadi barang rongsokan ke depannya di K15M.

Lantas, bagaimana orang bisa bepergian?

Tentu saja menggunakan moda transportasi umum berupa bis/kereta listrik yang akan mengangkut ke tujuan di luar pusat kota. Kalo dalam kota, ya pilihannya hanyalah jalan kaki atau menggunakan sepeda. Titik.

Sedangkan berdasarkan zonasi, tempat kerja, toko-toko dan fasilitas umum lainnya, semuanya harus berada dalam jangkauan 15 menit dari pintu depan rumah anda. Makanya, konsep kota seperti ini dinamakan Kota 15 Menit. (https://www.15minutecity.com/blog/hello)

Seperti itulah konsep penataan ulang kota masa depan, selepas plandemi Kopit.

Jadi kota-kota besar seperti Paris, Melbourne, London hingga Oregon, bakal di tata ulang dengan menggunakan blueprint K15M, dimana akses pejalan kaki dan pengguna sepeda bakal mendapat prioritas. Sementara di sisi yang lain K15M bakal menutup akses bagi penggunaan kendaraan pribadi.

Apa tujuannya pembangunan K15M?

Nggak lain untuk mewujudkan status bebas karbon pada kota tersebut. Setidaknya itu klaim resmi yang diberikan. (https://zerocarbon2025.com/the-15-minute-city/)

Siapa pemain utama pada K15M?

Mereka digagas oleh suatu organisasi payung yang bernama C40 Cities Climate Leadership Group, yang terdiri atas dewan yang menaungi 96 kota besar di dunia, seperdua belas populasi dunia dan seperempat ekonomi global. (http://www.100resilientcities.org/100-resilient-cities-announces-regional-director-for-europe-and-the-middle-east/)

“C40 berfokus untuk memerangi perubahan iklim, mengurangi emisi gas rumah kaca dan risiko iklim, sambil meningkatkan kesehatan dan juga ekonomi warga kota,” demikian ungkap manifesto mereka.

Lantas siapa tim inti yang menggerakkan C40?

Awalnya mantan Walikota London Ken Livingstone di tahun 2005 mengumpulkan perwakilan 18 kota besar di dunia untuk mendeklarasikan perjanjian yang bertujuan mengurangi polusi iklim. (https://en.wikipedia.org/wiki/C40_Cities_Climate_Leadership_Group#cite_note-history-8)

Atas dukungan Clinton Climate Initiative selaku donatur utama, dewan tersebut akhirnya dimekarkan dengan jumlah kota yang terlibat menjadi 40 kota besar, di tahun 2006. Sejak itu, organisasi tersebut dikenal dengan nama C40. (http://news.bbc.co.uk/2/hi/uk_news/england/london/5237356.stm)

Tujuan utama dari C40 adalah melibatkan kota-kota besar di dunia untuk berpartisipasi dalam mengurangi emisi karbon secara global. Nggak aneh jika C40 menjalin kemitraan dengan IPCC alias Konferensi Perubahan Iklim PBB dalam menjalankan agenda hijau bersama. (https://www.ipcc.ch/2017/11/28/ipcc-working-group-iii-at-cop23/)

Nah, C40 inilah yang kelak mempelopori proyek penataan kota yang diberi label K15M.

Demi mewujudkan rencananya ini, nggak aneh jika Walikota Paris, Anne Hidalgo mengeluarkan kebijakan berani dengan menghapus lebih dari setengah tempat parkir mobil di Paris selain mengubah kawasan Champs-Elysees menjadi taman yang ‘fantastik’. (https://www.dezeen.com/2021/01/12/champs-elysees-avenue-paris-extraordinary-garden/)

Karena prestasinya tersebut, WEF akhirnya menobatkan Paris sebagai kota perintis K15M yang memiliki target mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang beredar, tentu saja untuk menekan emisi karbon yang dikeluarkan. (https://www.weforum.org/agenda/2022/03/15-minute-city-stickiness/)

Selain Paris, ada juga kota perintis proyek K15M lainnya. Ibukota Slovenia, Ljubljana salah satunya yang berhasil mendapatkan pujian dari WEF, karena dianggap berhasil menjadikan kotanya sebagai kawasan ‘bebas’ mobil. (https://www.weforum.org/agenda/2019/01/the-time-for-cities-to-get-smart-is-now/)

Jika bisa diringkas, maka dibalik K15M ada kartel Ndoro besar yang memang sedari awal menghendaki proyek pembangunan ‘berkelanjutan’. Kalo K15M mengusung agenda hijau yang juga diusung sang Ndoro, ya memang mereka sejatinya adalah ‘orang yang sama’. (baca disini dan disini)

Apakah agenda hijau alias ‘berkelanjutan’ yang jadi sasaran utama sang Ndoro? (baca disini, disini dan disini)

Tentang ini saya pernah bahas. Agenda hijau sejatinya hanyalah kedok untuk memajukan dua agenda utama mereka.

Pertama agenda kontrol digital yang akan segera kita jelang dengan slogan 4IR alias The Fourth Industrial Revolution. Dengan terbentuknya K15M, kontrol digital akan lebih mudah dilakukan, bukan? Cukup pasang banyak-banyak CCTV yang terkoneksi dengan IoT (internet of things), otomatis segala gerak-gerik anda bisa dengan mudah terdeteksi. (baca disini dan disini)

Dan kedua, sang Ndoro tentu mengejar proyek depopulasi dibalik agenda hijau-nya. Bayangkan jika K15M tercipta, mau dikasih makan apa penduduk yang tinggal didalamnya? Kalo mau dikasih makan makanan organik, tentu nggak masuk akal mengingat pertanian tradisional dianggap sumber masalah ‘pemanasan’ global. (baca disini, disini dan disini)

Yang paling mungkin adalah dengan memberikan makanan sintetis yang diklaim sebagai ‘ramah lingkungan’. Apa dampaknya jika makanan sintetis tersebut menjadi menu harian penduduk K15M? (baca disini dan disini)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)

 


One Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!