Tatanan Dunia Baru (*Bagian 4)


525

Tatanan Dunia Baru (*Bagian 4)

Oleh: Ndaru Anugerah

Sekarang kita akan bahas bagaimana modus yang dikembangkan dalam mewujudkan tatanan dunia baru.

Untuk yang baru gabung, saya sarankan anda untuk membaca ulasan saya sebelumnya agar memudahkan anda dalam mengikuti ulasan yang saya berikan. (baca disini, disini dan disini)

Pasca Perang Dunia I, Lionel Curtis mengadakan pertemuan yang dihadiri sekelompok industrialis, pemodal dan perekayasa politik. Tujuan pertemuan ini adalah membentuk RIIA (Institut Urusan Internasional Kerajaan Inggris) di Inggris dan pembentukkan CFR (Dewan Hubungan Luar Negeri) di AS.

Kedua lembaga ini kemudian membuat lembaga inti yang belakangan diberi nama Chatham House Rule di tahun 1927, guna membuat aturan main tentang sistem ‘kerahasiaan’.

Berdasarkan keterangan resminya, “Saat sebuah pertemuan digelar dengan aturan Chatham House, maka setiap peserta bebas menggunakan informasi yang didapat, namun identitas, afiliasi pembicara atau pembicara pada pertemuan tersebut tidak boleh diungkap (ke publik).” (https://www.icrc.org/en/download/file/254104/chatham_house_rules.pdf)

Dengan adanya aturan yang dibuat Chatham House, kemudian melahirkan istilah baru yang dikenal sebagai Deep State.

Kenapa disebut Deep State?

Karena keberadaan mereka nggak jelas bentuknya tapi bisa dirasakan ‘kehadirannya’ namun nggak semua orang punya akses untuk membongkar kerahasiaan yang dibuat lembaga tersebut. Kalopun ada yang nekat untuk membongkar jaringan ‘bawah tanah’ tersebut, harus siap terima konsekuensi dan bakal dicap sebagai teori konspirasi.

Siapa kelompok-kelompok rahasia yang bernaung di Chatham House?

Banyak tentunya. Dari mulai CFR, RIIA, Bilderberg Group, Komisi Trilateral, Le Cercle dan sebagainya. Bahkan organisasi yang cukup tua seperti: Knights of Malta, Skull and Bones, hingga Pilgrims Society juga mengadopsi aturan yang diterapkan oleh Chatham House dimana kerahasiaan adalah kuncinya.

Ini berarti bahwa orang-orang paling berkuasa dan terkaya di dunia dapat bertemu dan membahas rencana apapun yang mereka punya, tanpa pengawasan publik.

Sudah rahasia umum jika banyak pemerintah merujuk Chatham House sebagai kiblat mereka sebelum menerapkan kebijakan di negaranya. Dan jika kebijakan kemudian diterapkan namun melenceng dari target, maka sanksi indispliner bakal diterapkan.

Pada tulisan yang lain saya akan bahas masalah ini.

Kembali ke laptop.

Kita sudah pelajari bersama bahwa berdasarkan dokumen yang dirilis CEIP, perang adalah cara paling efektif dalam melakukan perubahan sosial secara massal. Untuk alasan ini, kelompok rahasia, bakal menggunakan seluruh kekuatan mereka.

Ini mulai dari perusahaan-perusahaan global, partai-partai politik yang mereka danai (di Planet Namek juga banyak bertebaran), para politisi terkemuka dan terkenal korup, hingga kartel perbankan internasional. Tujuannya satu: untuk menciptakan kondisi yang selaras dengan perubahan yang ingin mereka ciptakan.

Ambil contoh saat mereka mendanai revolusi Bolshevik di Rusia. Ini mereka lakukan agar mereka tetap memiliki akses ke pasar Soviet dan mengamankan investasi mereka, terutama saat kaum komunis berhasil berkuasa di Rusia.

Tentang ini saya pernah bahas. (baca disini, disini dan disini)

Atau saat Perang Dunia I usai, mereka meminjamkan uang kepada Jerman untuk biaya reparasi di negaranya. Jadi Jerman statusnya berhutang kepada mereka dan bukan kepada negara lain yang berdaulat. Dengan melakukan ini, secara otomatis perekonomian Jerman ada dalam kendali mereka.

Mereka jugalah yang menggerakkan kartel industri di negara tersebut untuk membangun kembali militer Jerman yang berujung pada bangkitnya kekuatan Nazi di bawah pimpinan sang Fuhrer. (baca disini dan disini)

Begitu kekuatan Nazi dipandang cukup kuat, mereka juga mendanai sekutu untuk berkonflik pada Perang Dunia II. Jangan terlalu naif memandang bahwa perang terjadi secara natural. Itu sama sekali pemahaman yang keliru.

Dan solusi apa yang ditawarkan pasca Perang Dunia II?

Tentu saja pembentukkan pemerintahan satu dunia, di bawah naungan PBB di tahun 1945 silam. Jika pasca Perang Dunia I mereka membentuk Liga Bangsa-Bangsa, maka pasca Perang Dunia II, lembaga PBB yang mereka bentuk.

Tapi terbentuknya PBB nggak otomatis menggantikan kedaulatan negara-negara anggotanya. Perlu langkah lanjutan untuk mewujudkan rencana besar mereka.

Salah satu cara yang kini mereka lakukan adalah dengan menciptakan blok-blok kekuatan yang bisa menghancurkan kedaulatan suatu negara.

Berkaca pada sejarah, pembentukkan Uni Soviet sebenarnya adalah rencana awal mereka. Dan belakangan kita ketahui bersama bahwa rencana induk tersebut berakhir dengan kegagalan. (baca disini dan disini)

Apakah rencana mereka gagal total?

Nggak juga.

Pembentukkan Uni Eropa adalah salah satu keberhasilan mereka yang cukup gemilang. Untuk pertama kalinya mereka berhasil menciptakan sebuah organisasi antar pemerintah negara-negara terkaya di dunia, yang dikelola secara terpusat oleh kelompok rahasia yang punya akses ke bank-bank sentral di tiap negara anggota.

Namun, terbentuknya Uni Eropa hanya langkah awal dalam mewujudkan rencana induk mereka menuju terbentuknya pemerintahan satu dunia. Akan ada rencana lanjutan.

Saat plandemi Kopit berlangsung tempo hari, bukankah dunia sudah punya WHO selaku badan yang memberikan batasan kapan suatu negara boleh lockdown atau nggak? Apakah ini nggak punya kaitan dengan kaum pengusung tatanan dunia baru?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!