Menuju Perang Dunia III?


518

Menuju Perang Dunia III?

Oleh: Ndaru Anugerah – 22052024

“Bang, bisa bahas soal kemungkinan terjadinya PD III?” tanya seseorang kepada saya.

Kita tahu bahwa secara geopolitik, dunia sedang tidak baik-baik saja. Banyak ketegangan terjadi yang menyebabkan analis menduga-duga. “Jangan-jangan bakal terjadi PD III, lagi?” begitu kurleb-nya.

Bahkan saking gawatnya, The Bulletin of Atomic Scientist yang ada di Universitas Chicago menyatakan bahwa dunia tengah mendekat ke kiamat global, di tengah meningkatnya ancaman AI dan bom nuklir. (https://news.uchicago.edu/2023-doomsday-clock-announcement-seconds-to-midnight)

Apa dampak yang mungkin terjadi jika PD III bakal digelar?

Merujuk jumlah korban yang ada, diproyeksi bakalan spektakuler. Jika pada PD I jumlah korban meninggoy mencapai 15 juta orang, dan PD II jumlahnya meningkat ke 85 juta manusia, maka PD III yang akan mengeksploitasi nuklir, jumlahnya bakal lebih fantastik. (https://www.statista.com/statistics/1293510/second-world-war-fatalities-per-country/)

Kok bisa banyak analis memprediksi bahwa PD III sudah di depan mata?

Karena banyaknya konflik geopolitik yang terjadi saat ini. Konflik ini dipicu karena kekuatan unipolar pimpinan AS dan juga sekutunya, melawan kekuatan multipolar, China dan Rusia yang belakangan digembar-gemborkan sebagai ‘pesaing’ mereka.

Nah, AS dan sekutunya mulai pasang kuda-kuda untuk menghambat pengaruh Rusia pada papan catur geopolitik. Salah satu yang paling gamblang adalah konflik di Ukraina, yang jadi ‘meriah’ karena niatan AS untuk memasukan Ukraina ke dalam blok NATO. (https://www.reuters.com/world/europe/us-secretary-state-blinken-says-ukraine-will-be-nato-member-2024-04-04/)

Untuk apa AS ngotot agar Ukraina bisa bergabung ke dalam blok NATO?

Dengan bergabunganya Ukraina pada NATO, maka secara geopolitik, pertahanan Rusia tidak lagi solid, utamanya dalam menancapkan kuku-kukunya pada negara-negara bekas Soviet.

Strategi containment ini sebenarnya bukan barang baru bagi AS, karena telah diterapkan sejak era Perang Dingin. (https://www.thoughtco.com/what-was-containment-1221496)

Meskipun AS dan sekutu NATO-nya menolak tudingan bahwa mereka sengaja mendukung Ukraina pada konflik melawan Rusia, toh dokumen Pentagon yang bocor justru menegasikan klarifikasi yang mereka buat kepada publik. (https://www.newsweek.com/us-intelligence-pentagon-leaks-american-us-troops-ukraine-jack-teixeira-1794405)

Selain Ukraina, kawasan Indo-Pasifik juga nggak kalah menegangkan. Ini bisa terjadi sejak hadirnya kekuatan angkatan laut China dan juga AS. Di sini kita melihat upaya AS dalam mempersenjatai negara-negara sekitar untuk membatasi meningkatnya pengaruh Tiongkok.

Ini dapat terlihat saat AS menyediakan kapal selam bertenaga nuklir untuk Australia, dengan harapan dapat melawan pengaruh China pada kawasan tersebut. (https://www.npr.org/2023/03/13/1163153801/biden-is-selling-u-s-nuclear-submarines-to-australia-to-counter-china)

Di sisi yang lain, sikap AS yang mendukung kebijakan “Satu Tiongkok Dua Sistem” menjadi tercoreng oleh ulah AS yang secara diam-diam mendukung para pemimpin ‘separatis’ Taiwan. Tentu saja ini dapat memicu kemarahan Tiongkok. (https://www.cnn.com/2023/08/30/politics/us-taiwan-foreign-military-financing-program/index.html)

Konflik yang terjadi di Timur Tengah antara Israel dan Hamas juga nggak bisa disepelekan. Ini makin diperkeruh dengan sikap Israel yang ‘sengaja’ memperkeruh suasana, dengan menyerang konsulat Iran yang ada di Damaskus pada awal April silam. (https://apnews.com/article/israel-syria-airstrike-iranian-embassy-edca34c52d38c8bc57281e4ebf33b240)

Tentu saja ini dapat menyulut kemarahan pemerintahan Teheran dan berpotensi memperluas perang di kawasan Timur Tengah.

Selanjutnya ada juga ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea, antara Korea Selatan yang didukung AS dan sekutunya, melawan Korea Utara yang didukung Rusia. (https://thediplomat.com/2024/01/preventing-a-worst-case-scenario-on-the-korean-peninsula/)

Belum lagi ketegangan yang ada di Benua Hitam, yang terjadi di negara-negara bekas kolonial Barat. Lihat saja di kawasan Tanduk Afrika, dimana konflik antar negara tengah memanas. (https://issg.smartencyclopedia.org/2024/01/19/assessing-the-military-situation-in-the-horn-of-africa-a-complex-geopolitical-landscape/)

Krisis ini dipicu karena hadirnya kekuatan dua kubu, AS dan sekutunya melawan Rusia dan China yang bakal merangkul negara-negara terbelakang dalam aliansi BRICS yang mereka promosikan. (https://theconversation.com/brics-african-countries-face-opportunities-and-risks-in-alienating-china-or-the-us-an-expert-weighs-in-212273)

Semua konflik ini memicu spekulasi banyak analis geopolitik yang secara mayoritas berkeyakinan akan hadirnya perang dengan skala yang lebih besar. “Dunia sedang berjalan menuju Perang Dunia III,” begitu kurleb-nya.

Apa iya?

Bahwa perang adalah bisnis yang menguntungkan bagi kartel Ndoro besar dengan komplek industri militer yang mereka miliki, itu nggak bisa dipungkiri. (baca disini)

Dengan kata lain, perang sengaja digelar untuk 2 tujuan: cari cuan dan menyukseskan agenda depopulasi. (baca disini)

Tapi kalo dikatakan bahwa semua konflik tersebut di atas bakal mengarah pada Perang Dunia III apalagi menggunakan senjata nuklir, menurut hemat saya rasanya tidak.

Kenapa?

Coba anda bayangkan, jika nuklir digunakan dalam perang, siapa yang bisa mengukur dampak kerusakan dan korbannya? Apa bisa reaksi nuklir dapat memilah mana penduduk sipil biasa dan mana penduduk yang merupakan bagian dari kartel Ndoro besar?

Begitu nuklir dipergunakan, maka semua orang tanpa pandang bulu bakal ‘disikat’.

Apa iya sang Ndoro besar setolol itu menggunakan instrumen PD III sebagai instrumen program depopulasi mereka?

Seperti yang pernah saya ulas beberapa tahun yang lalu, bahwa format perang ke depan bukan lagi menggunakan senjata pemusnah massal, melainkan cukup menggunakan plandemi-plandemi dengan tujuan akhir enjus massal. Ini cara paling efektif. (baca disini dan disini)

Dengan hanya menyebar isu hadirnya plandemi baru yang berujung pada enjusan massal, berapa ratus juta orang akan terkena dampaknya dikemudian hari? Dan ini nggak sampai merusak fasilitas publik.

Lagian, baik kekuatan unipolar dan kekuatan multipolar, bukankah keduanya berada dalam genggaman sang Ndoro besar? Lantas kenapa anda berpikir bahwa keduanya bakal diadu untuk berperang?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


4 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!