Kisah Para Eugenik (*Bagian 2)


523

Kisah Para Eugenik (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama tulisan saya telah mengulas tentang tatanan dunia baru sang Ndoro besar yang didasarkan pada minyak di awal abad ke-20. (baca disini)

Saya juga telah mengupas tentang rencana sang Ndoro besar selanjutnya untuk membentuk tatanan dunia baru selepas plandemi Kopit, dengan sokongan kuat teknologi digital. Ini dilakukan demi agenda eugenika mereka.

Sebelum melangkah lebih jauh, memang siapa sebenarnya kaum eugenika yang kita kenal sebagai sang Ndoro besar tersebut?

Adalah John D. Rockefeller III (JDR) yang punya gagasan dalam mengontrol jumlah populasi penduduk dunia. Idenya ini dituangkan dengan membentuk Population Council alias Dewan Kependudukan di tahun 1952. (https://www.prb.org/resources/john-d-rockefeller-3rd-statesman-and-founder-of-the-population-council/)

Secara teknis Dewan Kependudukan adalah organisasi nirlaba yang mendukung penelitian medis dan ilmiah tentang masalah yang berkaitan dengan populasi manusia. Dan ini memang concern utama dan terutama dari seorang JDR. (http://mikaelnyberg.nu/wp-content/uploads/2015/02/The-Green-Capitalists.pdf)

Sebelum Dewan Kependudukan terbentuk, JDR menugaskan Yayasan Rockefeller yang dimilikinya untuk mencari fakta-fakta terkait ancaman pertumbuhan populasi pada dunia ketiga. (https://web.archive.org/web/20190828160018/https://rockarch.org/publications/resrep/huang2.pdf)

Berdasarkan data yang didapat, kemudian JDR mengorganisir sebuah konferensi yang membahas tentang kependudukan. Dari sinilah muncul Dewan Kependudukan sesuai cita-cita JDR. (https://web.archive.org/web/20190828155907/https://rockarch.org/publications/resrep/williams.pdf)

Pada tahap awal, JDR menggelontorkan dana sekitar USD 1 juta sebagai biaya operasional Dewan Kependudukan tersebut. (https://www.prb.org/resources/john-d-rockefeller-3rd-statesman-and-founder-of-the-population-council/)

Untuk apa seorang JDR bermurah hati menggelontorkan dana yang begitu besar untuk dewan tersebut?

Nggak ada makan siang yang gratis. Dengan menggelontorkan dana, JDR berhasil ‘membeli’ citra baik bagi dirinya di mata publik. Padahal tujuan utamanya nggak lain adalah kontrol atas lembaga yang telah dibentuknya.

Memangnya apa tujuan dari Dewan Kependudukan yang salah satunya mengurusi soal Keluarga Berencana tersebut?

Berdasarkan dokumen yang dirilisnya, menyatakan, “Mempromosikan dan menerapkan pengetahuan yang ada guna membantu perubahan sikap, kebiasaan dan tekanan lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia.”

Selanjutnya dikatakan, “Diharapkan dalam setiap kelompok sosial dan ekonomi orang tua yang memiliki kecerdasan, kualitas kepribadian dan kasih sayang di atas rata-rata, akan cenderung memiliki keluarga yang lebih banyak dari rata-rata penduduk lainnya.” (https://web.archive.org/web/20190828160027/https://rockarch.org/publications/resrep/ramsden.pdf)

Apa maksud dari pernyataan ini? Kenapa bicara soal kualitas keluarga dan jumlah penduduk?

Kalo kita telusuri, apa yang termaktub pada piagam Dewan Kependudukan, hanyalah copas dari apa yang tertulis pada Eugenical News, yang dikeluarkan oleh American Eugenics Society (AMS). Salah satu ketua AMS adalah Frederick Osborn. (https://embryo.asu.edu/search?text=American%20Eugenics%20Society)

Bukan kebetulan jika Osborn yang belakangan terpilih menjadi Presiden Dewan Kependukan kedua, kemudian memindahkan kantor lembaga tersebut ke New York, karena ada ‘restu’ dari JDR. (https://search.amphilsoc.org/collections/view?docId=ead/Mss.575.06.Am3-ead.xml)

Dengan kata Dewan Kependudukan dan AMS ya sami mawon, karena keduanya bicara soal pengendalian penduduk alias eugenika. Dan JDR (plus keluarganya) selaku kasta tertinggi dalam urusan kependudukan, dianggap figur yang paling ‘layak’ dalam mengatur jalannya dunia.

Jadi JDR merasa memiliki cukup kekuatan untuk menentukan siapa yang layak berkembang biak dan siapa yang dianggap kasta sampah dalam masyarakat, untuk bisa hidup berdampingan dengan kelompoknya. Inilah eugenika.

Memangnya eugenika itu apa?

Sir Francis Galton adalah orang yang pertama kali menggulirkan istilah ini, untuk mempelajari karakteristik turun temurun yang dapat diprediksi sebelumnya. Galton sendiri merupakan seorang tokoh eugenika. (https://eugenicsarchive.ca/discover/connections/518c1ed54d7d6e0000000002)

Kalo anda ingat tentang Hukum Pewarisan Gregor Mendel dari kacang polong, secara mendasar itu adalah eugenika dimana hanya sifat baik yang akan diwariskan, sementara sifat yang buruk akan dimusnahkan. (http://www.dnaftb.org/1/bio.html)

Sebelum Galton ada nama Charles Robert Darwin yang terkenal dengan karya gemilangnya Origin of Species, yang kalo mau dibedah tentu saja berupa pemetaan materi genetik mana yang bisa diteruskan atau tidak melalui proses evolusi. (https://www.yourgenome.org/facts/what-is-evolution)

Berikutnya ada nama Herbert Spencer yang menggulirkan konsepsi ‘survival of the fittest’, juga dengan ide yang sama, dimana ada karakteristik genetik tertentu yang akan dapat bertahan hidup ketimbang jenis genetik lainnya. (https://newlearningonline.com/new-learning/chapter-4/herbert-spencer-on-the-survival-of-the-fittest#:~:text=Herbert%20Spencer%20(1820%E2%80%931903),of%20the%20Species%20in%201859.)

Berangkat dengan semua pendapat tersebut, Galton sebenarnya hanya meringkas gagasan yang dikemukakan Darwin dan juga Spencer bahwa seseorang dapat mempelajari karakteristik manusia, jika mau. Bukan itu saja, dia juga akan bisa membiakkan manusia unggul.

Seiring berjalannya waktu, eugenika mulai berkembang.

Joe Plummer mengatakan bahwa eugenika merupakan gerakan di kalangan elit untuk memberantas apa yang mereka anggap sebagai kelas inferior yang sudah tentu nggak sesuai dengan standar mereka.

Plummer menambahkan bahwa dengan melenyapkan kelas-kelas inferior tersebut, secara nggak langsung kaum superior akan merekayasa gen mereka sendiri ke tingkat yang sedemikian tinggi sehingga populasi yang tersisa yang mereka ijinkan hidup, nggak akan bisa memiliki kekuatan untuk mengalahkan mereka. (https://www.joeplummer.com/eugenics-to-murder-and-enslave)

Kalo boleh diringkas, maka dalam struktur masyarakat akan selalu ada kelas superior yang akan mengontrol kelas inferior. Dan permainan kontrol atas populasi adalah concern terpenting bagi klan Rockefeller dan kroninya.

Pada bagian ketiga nanti kita akan bahas tentang eugenika secara mendalam dan dampak dari kebijakan yang mereka ambil pada tatanan dunia. Doakan agar saya punya waktu yang cukup untuk mengulasnya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!