Hilangnya Daya Nalar


513

Hilangnya Daya Nalar

Oleh: Ndaru Anugerah

Inggris kini tinggal selangkah menuju vaksinasi. Emejing.

Padahal awalnya Boris Johnson ingin menerapkan herd immunity di negaranya tapi ide tersebut kemudian dikudeta oleh Prof. Lockdown alias Neil Ferguson. Akhirnya Inggris terpaksa ambil langkah lockdown untuk menghentikan si Kopit. (baca disini dan disini)

Dan saat ini, Inggris sudah menetapkan bakal memakai vaksin Kopit di negaranya yang merupakan fabrikan Big Pharma. Salah satunya adalah buatan Pfizer dan BioNTech yang merupakan vaksin pertama di dunia berjenis m-RNA yang menurut para pemodelan butuh 15 tahun untuk membuatnya.

Kurleb bersamaan waktunya dengan rencana vaksinasi di Inggris, baru-baru ini, Food and Drugs Administration (FDA) AS rilis hasil uji coba vaksin Kopit besutan Pfizer dan BioNTech tersebut.

Lantas apa hasilnya?

2 orang meninggal karena vaksin dan 4 orang lainnya meninggal karena menggunakan vaksin placebo. (https://thenewdaily.com.au/news/coronavirus/2020/12/09/pfizer-oxford-astrazeneca-vaccines/)

Kok bisa meninggal? Memang apa bahan yang ada pada vaksin, kok bisa buat orang meninggal, bahkan sekelas placebo yang harusnya aman?

Pfizer dan BioNTech diam seribu bahasa. Konyol.

Padahal beberapa minggu yang lalu, Pfizer dengan pede-nya mengklaim tingkat efektivitas vaksin yang mencapai 95%. (https://www.statnews.com/2020/11/18/pfizer-biontech-covid19-vaccine-fda-data/)

Menanggapi temuan tersebut, pasar langsung bereaksi keras. Saham Pfizer langsung melorot sekitar 2%, sementara saham BioNTech melorot lebih dari 4%. (https://www.investing.com/equities/biontech-se)

Yang anehnya lagi, kurleb sebulan yang lalu, saat saham Pfizer berada pada titik perdagangan tertinggi, CEO Pfizer Albert Bourla justru melepas 60% saham yang dimilikinya ke publik. Padahal proyeksinya, saham Pfizer akan terus naik seiring klaim keberhasilan vaksin yang dibuatnya. (https://www.rt.com/business/506442-pfizer-vaccine-insider-trading-ceo/)

Ada apa ini? Apakah sang CEO tahu bahwa akan ada skandal matinya relawan percobaan vaksin yang bisa berdampak pada turunnya nilai saham perusahaan tersebut? Berbekal informasi tersebut, maka sahamnya dijual ke publik, begitu? Entahlah.

Namun anehnya, FDA menyatakan bahwa kematian tersebut masih dalam taraf kewajaran dan tidak serta merta menggugurkan keefektifan vaksin yang mencapai 95% tersebut.

Coba anda bayangkan, salah satu anggota keluarga anda ikut ujo coba vaksin, lantas meregang nyawa karena ada bahan tertentu di vaksin yang memicu kematian tersebut. Saat perusahaan bilang bahwa anggota keluarga anda mati karena alasan wajar, apa reaksi anda?

Bukan itu saja. FDA juga nggak punya cukup data terhadap rilis uji coba yang dilakukan Pfizer. Misalnya bagaimana data reaksi vaksin pada anak dibawah usia 16 tahun, wanita hamil atau orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah?

Ini harusnya menjadi concern, mengingat penerima vaksin nggak semuanya punya daya tahan tubuh yang prima.

Tentang vaksin Big Pharma, khususnya Pfizer saya pernah bahas secara berulang-ulang agar anda paham duduk masalahnya. (baca disini, disini, disini dan disini)

Cukup menarik untuk diikuti, mengingat sang Ndoro besar apapun risikonya, tetap akan menjalankan aksi vaksinasi global sesuai dengan agendanya dan tentunya dengan memakai vaksin buatan Big Pharma.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


3 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Yah, lebih baik kga usahlah.

    Bagaimana dengan vaksin dari Rusia dan Cina. Kalau lihat berita Republik Wakanda memesan vaksin dari Cina dan Amerika Serikat.

    Apakah Cina dan Rusia membagi marketnya misalkan wilayah Asia untuk Cina dan wilayah Afrika dan Amerika Selatan untuk Rusia ?

error: Content is protected !!