Yang (Tak) Pernah Salah


516

Yang (Tak) Pernah Salah

Oleh: Ndaru Anugerah

Dengan berhentinya AS dari keanggotaan WHO, maka otomatis donatur terbesar pada lembaga kesehatan dunia tersebut adalah BG melalui Bill and Melinda Gates Foundation yang dimilikinya. (https://www.weforum.org/agenda/2020/04/who-funds-world-health-organization-un-coronavirus-pandemic-covid-trump/)

Selain mengalirkan dananya ke WHO, BMGF juga menyalurkan dana jumbonya kepada yayasan CDC. (https://www.cdcfoundation.org/blog-entry/cdc-foundation-receives-13.5-million-grant-from-gates-foundation)

Masih banyak lagi aliran dananya, tentunya. Tentang itu saya pernah ulas. (baca disini) & (baca disini)

Itu dilakukan semata-mata untuk menyukseskan agenda besarnya yang akan dibesut pada akhir tahun ini, yaitu jualan vaksin plus. Pada tataran teknis, lembaga yang telah mendapatkan ‘bantuan’ keuangan tersebut, maka otomatis dijadikan makelar proyek besarnya tersebut.

“Nggak ada makan siang yang gratis.”

Namun, BG masih punya keraguan mengingat banyak komunitas anti vaksin yang tahu catatan kelamnya didunia pervaksinan.

Maka di Januari 2019, BG meminta WHO untuk menyatakan ‘SIAPAPUN’ pihak yang meragukan vaksin bakalan diberi label “ANCAMAN terhadap kesehatan global”. (https://www.who.int/news-room/feature-stories/ten-threats-to-global-health-in-2019)

Lalu, BG juga berencana meminta Big Tech untuk melakukan hal serupa. Maka dicarilah sosok yang bisa dijadikan penghubung, dan Adam Schiff (selaku ketua PAC) adalah orang yang tepat. Untuk ini, sekali lagi bukan proyek thank you alias ada suntikan fulus yang diberikan. (https://www.geekwire.com/2019/microsoft-resumes-political-spending-despite-ongoing-employee-concerns/)

Begitu terima fulus, Schiff yang dikenal ‘galak’ langsung kontak Facebook, Google dan Amazon untuk menyensor informasi apapun yang dianggap salah tentang vaksin pada Februari 2019 silam. (https://schiff.house.gov/news/press-releases/schiff-sends-letter-to-google-facebook-regarding-anti-vaccine-misinformation) (https://schiff.house.gov/news/press-releases/schiff-sends-letter-to-amazon-ceo-regarding-anti-vaccine-misinformation)

“Pokoknya: vaksin apapun bersifat efektif dan sudah pasti aman. Tidak ada bukti yang dapat menunjukkan bahwa vaksin dapat menyebabkan lumpuh apalagi mengancam keselamatan jiwa seseorang,” demikian pungkas Schiff.

Sudah jelas ini adalah pernyataan yang ngawur.

Di tahun 2018 saja, pemerintah harus rogoh kocek dalam-dalam karena kalah dipersidangan oleh para korban vaksin di AS (karena cacat ataupun mati). Jumlahnya lumayan WOW, sekitar USD 4 milyar. (https://www.hrsa.gov/sites/default/files/hrsa/vaccine-compensation/data/data-statistics-report.pdf)

Tapi data yang beginian mana dipublikasi sama media mainstream sih? Kan mereka satu komplotan.

Walhasil, Facebook dan Pinterest menyatakan kesediaannya untuk bergantung pada pernyataan resmi WHO dan CDC sebagai sumber yang dapat menyatakan informasi mana yang DIANGGAP SALAH atau benar. (https://abcnews.go.com/Health/facebook-alters-policies-combat-vaccine-misinformation/story?id=65392486) (https://www.mobihealthnews.com/news/seeking-deter-vaccine-misinformation-pinterest-launches-efforts-provide-reliable-sources)

Belakangan kita tahu, bahwa Facebook dan Google akhirnya menyewa Fact Checker (Politifact) untuk menyensor informasi yang ‘dianggap’ salah tentang vaksin. (https://www.politifact.com/facebook-fact-checks/)

Sebenarnya ini juga bukan hal yang aneh, mengingat BMGF adalah donatur jumbo lembaga ‘fact checker’. (https://www.poynter.org/ifcn/)

Wajar, mengingat Jaringan Pengecekan Fakta Internasional (IFCN) terlahir dari proyek Poynter Institute yang dibiayai oleh BMGF. (https://www.politifact.com/article/2016/jan/25/poynter-institute-announces-initiative-fact-check-/)

Pertanyaannya: sebagai lembaga binaan BG, apakah fact checker nggak pernah salah?

Jeremy Hammond selaku jurnalis investigasi kondang menyatakan, “Facebook telah salah memberi informasi kepada penggunanya tentang keamanan dan keefektifan vaksin.” (https://www.jeremyrhammond.com/2019/06/17/facebook-fact-checker-misinforms-users-about-vaccine-safety/)

Kok bisa salah? Karena sumber informasi Facebook adalah lembaga fact checker tadi. Dengan kata lain, yang salah adalah fact checker karena kasih informasi ngawur kepada Facebook.

Bukan sekali itu saja lembaga partikelir fact checker pernah salah. Pada 4 Mei 2017, fact checker pernah buat pernyataan ngawur sejenis. “Del Bigtree telah salah kasih statement bahwa vaksin yang mengandung aluminium dan merkuri bersifat neurotoksin dan ensefalopati.”

Belakangan diketahui bahwa Bigtree-lah yang terbukti benar bahwa vaksin memang mengandung aluminium dan merkuri yang dapat memicu neurotoksin dan ensefalopati alias peradangan dan kerusakan otak.

Bigtree mengacu pada vaksin campak, gondok dan rubella (MMR) pabrikan Merck yang jelas-jelas mencantumkan ‘ensefalitis’ sebagai konsekuensi yang mungkin timbul dari suntikan MMR. (https://www.foreignpolicyjournal.com/2019/06/18/facebook-fact-checker-misinforms-users-about-vaccine-safety/)

Dan produsen vaksin-pun mengungkapkan bahwa memang banyak vaksin yang mengandung aluminium dan merkuri yang dapat memicu ensefalopati. (https://www.fda.gov/files/vaccines,%20blood%20&%20biologics/published/Package-Insert—Gardasil.pdf)

Merasa salah, fact checker bukannya minta maaf malah ngeles kek bajaj dengan mengatakan, “Data saat ini menunjukkan vaksin aman dan tidak menyebabkan toksisitas atau ensefalopati.” (https://www.foreignpolicyjournal.com/2019/06/18/facebook-fact-checker-misinforms-users-about-vaccine-safety/)

Eh penonton, sejak kapan lembaga fact checker jadi ahli farmasi?

Sebagai pamungkas, Dr. Sherry Tenpenny sebagai tokoh yang punya reputasi dan referensi internasional karena telah 20 tahun berkecimpung didunia pervaksinan angkat bicara:

“Dengan memaksukkan vaksin ke dalam tubuh kita, sama saja memasukkan racun seperti merkuri dan aluminium ke dalam sel kita. Dan ini sudah pasti tidak aman.” (https://www.youtube.com/watch?v=SMibLnysGhY)

Jadi, apakah lembaga sekelas fact checker nggak pernah salah kasih informasi?

Yang bokir…

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!