George Floyd dan Darurat Militer


525

George Floyd dan Darurat Militer

Oleh: Ndaru Anugerah

Di Jerman, setelah bocornya laporan Kementerian Dalam Negeri setebal 93 halaman (yang sifatnya rahasia), mulai membuka mata publik. Setidaknya masyarakat Jerman. Bahwa pandemi ini bersifat alarm palsu alias fake pandemic.

Pada siaran pers bersama, tim ilmuwan yang membuat masukan kepada Kemendagri Jerman tersebut menyatakan, “Virus Corona adalah penyakit pernafasan yang DAPAT DIOBATI dan TIDAK MEMATIKAN. Tentu saja DAPAT DICEGAH dan DISEMBUHKAN.”

“Perawatan khusus memang diperlukan, namun nggak perlu menerapkan lockdown, karena justru akan menghancurkan perekonomian nasional,” begitu masukannya. (https://deutsch.rt.com/inland/102396-umstrittene-bmi-analyse-wissenschaftler-kritisieren/)

Tentang hal ini, saya pernah ulas. Anda bisa membacanya pada tautan ini. (baca disini)

Para ahli yang menandatangani masukan buat Kemendagri Jerman tersebut, juga bukan pakar kaleng-kaleng. Ada sederet nama beken yang sudah nggak perlu diragukan kepakarannya. Ada Prof. Sucharit Bhakdi, Prof. Gunnar Heinsohn, Prof. Andreas S. Lubbe, Prof. Peter Schimacher, Dr. Gunter Frank, hingga Prof. Harald Walach.

Artinya apa?

Para profesional di bidang medis tersebut tengah membuat laporan yang sangat serius tentang krisis pandemi palsu yang ada pada kasus Corona. Dan ini harus segera diakhiri. “Buat apa juga mereka cari sensasi, lha mereka aja sudah beken dibidang kedokteran.”

Setidaknya pendapat para ahli tersebut itu diamini oleh Dr. Alexander Myasnikov selaku kepala informasi virus Corona Rusia. “Itu semua (pandemi C19) adalah omong kosong. Semuanya dilebih-lebihkan. Ini adalah penyakit pernafasan akut tapi dengan mortalitas kecil.” (https://www.themoscowtimes.com/2020/05/27/its-all-bullsht-russias-coronavirus-information-chief-says-of-virus-fears-a70398)

Dengan pendapat para ahli kesehatan yang telah mengungkapkan fakta-fakta sebelumnya seputar pandemi jadi-jadian ini, nggak lama lagi mata dunia akan terbuka, SETELAH MELIHAT KEBENARAN. Aliasnya, propaganda menakut-nakuti yang selama ini dimainkan oleh media mainstream, nggak akan efektif lagi untuk diputar.

Dan itu nggak boleh terjadi. The show must go on whatever it takes.

Karena apa? Investasi milyaran dollar untuk proyek jualan vaksin plus harus untung, minimal balik modal.

“Mang kalo proyeknya gagal dieksekusi, emang ente yang mau gantiin duitnya?”

Padahal vaksin harus tersedia pada akhir tahun ini menurut tengat waktu yang dikeluarkan Trump dalam Operation Warp Speed. (baca disini)

Dan program vaksinasi massal hanya bisa berjalan dengan mulus dengan intervensi ‘pemegang bedil’ didalamnya. Saya pernah ulas jauh-jauh hari tentang hal ini.

Cuma kan nggak lucu juga tiba-tiba negara ngundang tentara dengan menetapkan status darurat militer.

Dengan kata lain, dibutuhkan cara agar dapat mengundang tentara turun ke lapangan. Jadi ada basis legitimasinya. Dan legitimasi itu ada pada kasus rusuh rasial yang menyasar warga kulit hitam AS yang bernama George Floyd, yang berdomisili di Minneapolis.

Sebagai informasi, George Floyd (46) sukses meregang nyawa setelah 8 menit 46 detik ditekan lehernya menggunakan lutut oleh aparat kepolisian. Padahal Floyd sudah memohon untuk bisa dilepaskan dari tekanan lutut sang polisi, namun nggak digubris. (https://news.yahoo.com/warning-graphic-content-restrained-man-165106938.html)

Peristiwa itu berhasil diabadikan oleh berbagai media mainstream untuk memicu amuk massa. Selaku mantan aktivis yang pernah bergerak di lapangan, bagi saya pribadi, ini jelas aneh? Kok peristiwa nggak manusiawi model gitu bukan diredam kok malah diekspos besar-besaran?

Dengan kata lain ada tujuan terselubung dibalik menyebarnya foto dan video kekerasan rasial yang dialami George Floyd.

Dan benar saja. Dalam sekejap, kerusuhan menyebar luas ke lebih dari 40 kota di Amrik sana. Bukan itu saja, pada akhir pekan lalu, kerusuhan telah menyebar ke Eropa (Berlin dan London), meskipun dalam ‘tahap terkendali’. (https://www.dw.com/en/anti-racism-protests-spread-to-berlin-and-london/a-53643710)

Itulah pemicunya, sebagai entry point menuju darurat militer. “Rakyat mulai rusuh dan nggak bisa dikendalikan. Jadi sah-sah saja mengeluarkan UNDANG-UNDANG DARURAT.” Begitulah kurleb skenario yang akan dijalankan.

Dan ini nggak mengada-ada, mengingat Trump telah mengancam militerisasi negara dan telah mengirim pasukan ke Washington DC guna menghentikan kerusuhan di AS. (https://www.washingtonpost.com/politics/trump-mobilizes-military-threatens-to-use-troops-to-quell-protests-across-us/2020/06/01/10212832-a416-11ea-bb20-ebf0921f3bbd_story.html)

Siapa pemain lapangnya?

Menurut Prof. Michel Chossudovsky selaku analis geo-politik kawakan, ada dua yang dominan. Pertama Black Lives Matter dan kedua Occupy Wall Street. “Keduanya didanai oleh Soros, Ford, Rockefeller dan para elite global lainnya.” (https://www.globalresearch.ca/occupy-wall-street-ows-and-the-arab-spring-whos-funding-the-protest-movement-whos-behind-it/5368043)

Pernyataan Prof. Chossudovsky jelas nggak mengada-ada, mengingat tokoh-tokoh terkemuka AS justru mendukung gerakan Occupy Wall Street, antara lain: Warren Buffett, Howard Buffett, Ben Bernanke dan Al Gore.

“Dalam sudut pandang saya, mereka bukan merupakan solusi untuk krisis, karena merekalah penyebab krisis yang sesungguhnya,” begitu ungkap Prof. Chossudovsky.

Benarkah apa yang dituding oleh Prof. Chossudovsky?

Setidaknya, lembaga fact checker sekelas Snopes mengamini hal tersebut. “George Soros lewat Open Society-nya telah menyumbang sekitar USD 33 juta kepada organisasi yang telah bekerja dengan Black Lives Matter.” (https://www.scoop.co.nz/stories/HL1110/S00213/populist-financiers-supporting-protesters-is-part-of-problem.htm)

Sampai sini clear ya… Demonstrasi berujung rusuh tersebut arahnya kemana.

Jadi bukan menuju ke revolusi sosial. Sebab kalo anda punya pikiran seperti itu, anda sepertinya sudah kebanyakan onani politik.

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 


One Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!