Soros Menarget China? (*Bagian 2)


526

Soros Menarget China? (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama tulisan, kita telah membahas tentang kecaman Soros yang ditujukan kepada sosok Xi Jinping yang dinilai mengembangkan gaya kepemimpinan otoritarian di China.

Kita juga sudah bahas tentang faksi di PKC yang bernama Grup Shanghai yang juga berseteru dengan kubu Xi. (baca disini)

Memangnya kecaman yang diberikan Soros pada sosok Xi memiliki dasar?

Tentu saja.

Misalnya tentang kredit real estate yang jadi andalan pembangunan sektor ekonomi China, utamanya sejak Xi berkuasa di tahun 2013 silam. Saat kreditnya macet, maka otomatis ekonomi China berada dalam jurang krisis.

“Tingkat demografi yang dialami China saat ini, akan memperburuk krisis real estate karena akan menghasilkan banyak pengangguran dan juga tekanan fiskal, sehingga akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi,” ungkap Soros.

Tentang ini saya pernah membahasnya. (baca disini, dan disini)

Selain itu tentang penanganan Kopit yang dilakukan pemerintah Xi, juga nggak signifikan tingkat keberhasilannya, meskipun WHO sudah kasih pujian pada China yang dianggap ‘berhasil’. (https://www.reuters.com/article/us-china-health-who-iduskbn1zs2ee)

Sebagai penutup, Soros melalui pidatonya menyerukan agar ada alih kepemimpinan di China. Aliasnya Xi Jinping harus digantikan oleh sosok yang kurang represif di dalam negeri dan lebih mengembangkan sikap damai di luar negeri.

“Ini akan menghilangkan ancaman terbesar yang dihadapi masyarakat terbuka saat ini. Dan kita harus melakukan segala daya untuk mendorong China ke arah yang diinginkan,” papar Soros.

Apakah ini sinyal keras dari kartel Ndoro besar, akan adanya pergantian rezim Xi Jinping, karena dinilai nggak menguntungkan lagi dalam menjalankan agenda mereka? Sepertinya iya.

Mengapa dapat saya katakan demikian?

Karena Soros bukan tokoh kaleng-kaleng dalam kartel Ndoro besar. Dia termasuk cluster inti. Pada genk Davos, Soros merupakan tamu ‘penting’ sekaligus kontributor yang kerap diundang dalam acara-acara mereka. (https://www.weforum.org/agenda/authors/georgesoros)

Putranya sendiri, Alexander Soros, merupakan wakil ketua Open Society Foundation sekaligus alumni dari sekolah Davos (Young Global Leaders) di tahun 2018 silam. (https://en.wikipedia.org/wiki/Alexander_Soros)

Dan jangan lupa satu hal, bahwa Soros adalah ‘God Father’ dari Revolusi Warna sejak 1980 silam yang berperan penting pada ambruknya Soviet pada 1991 silam dan juga pecahnya TimTeng lewat operasi Arab Springs yang terjadi paada 2011 silam.

Jadi kalo seorang Soros kini buka suara, nggak mungkin kartel Ndoro besar nggak kasih restu.

Coba anda cermati suara Soros sejak BlackRock berupaya membantu ekonomi China yang berada di jurang krisis pada Oktober silam.

“Merupakan kesalahan untuk membantu China yang sosok pemimpinnya justru membahayakan kepentingan keamanan AS dan negara demokrasi lainnya,” ungkap Soros. (baca disini, disini dan disini)

Pesannya jelas: “Ngapain dibantu, kalo orangnya nggak layak dibantu,” begitu kurleb-nya.

Lagian menurut Soros (dan juga rekan kartel-nya), Xi merupakan sosok penghalang bagi suksesnya agenda The Great Reset.

Contohnya?

Saat Xi punya niatan untuk mencaplok Taiwan karena prinsip ‘Satu China’, meskipun dengan kekuatan paksa sekalipun. (https://www.reuters.com/world/china/chinas-xi-says-reunification-with-taiwan-must-will-be-realised-2021-10-09/)

Atau upaya paksa yang dilakukan China dalam mengakhiri perjanjian China-Inggris yang menyangkut status HongKong pada 2020 silam.

Padahal kita tahu, bahwa HongKong adalah negara hub milik Ndoro besar di Asia, layaknya Singapura. Kalo itu saja bisa dilanggar, apa proyek TGR juga nggak bisa dilabrak? (https://www.theguardian.com/world/2020/nov/12/china-is-breaking-hong-kong-treaty-with-uk-says-dominic-raab)

Satu yang bisa disimpulkan, bahwa akan ada riak ke depannya menyangkut status kepemimpinan di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Di satu sisi ada sosok Xi Jinping yang coba mengambil masa jabatan ketiga pada Kongres PKC di Oktober mendatang.

Sedangkan di sisi yang lain, ada kartel Ndoro besar yang menganggap sosok Xi Jinping sebagai ganjalan dalam mengeksekusi program besar mereka, sehingga layak untuk disingkirkan.

Selain itu, ada faksi di PKC yang dikenal dengan Grup Shanghai, yang juga merasa nggak sreg dengan kepemimpinan Xi selama ini, diprediksi akan membuat gerakan politik untuk menjungkal Xi. Ini bisa terjadi karena sang Ndoro telah kasih dukungan ke mereka.

Ditambah dengan segudang masalah yang didera China saat ini, tentu tinggal tunggu waktu bagi Jiang Zemin dan kelompoknya untuk melancarkan aksinya.

Siapa yang kelak akan tersingkir?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!