Bau Kentut dari Jerman


515

Bau Kentut dari Jerman

Oleh: Ndaru Anugerah

Ulasan saya tentang fake pandemic yang saya turunkan beberapa hari yang lalu, mendapatkan respon positif. Setidaknya ada pembaca di Jerman (yang tentunya orang Indonesia) yang mengamini apa yang telah saya ulas sebelumnya, bahwa C19 adalah pandemi palsu. (baca disini) (baca disini)

“Baru-baru ini di Jerman dikejutkan oleh bocornya laporan, yang intinya menyatakan bahwa ini adalah fake pandemic,” begitu tukasnya. “Lebih banyak orang yang meninggal karena tindakan negara yang dipicu Corona, ketimbang dibunuh oleh virus itu sendiri.”

Apa maksud pernyataannya tersebut, saya coba bahas kali ini.

Adalah seorang yang bernama Stephen Kohn yang bekerja pada Kementerian Dalam Negeri yang pertama kali membocorkan laporan internal kementerian (9/5) ke majalah Tichys Einblick yang dikenal sebaagai media alternatif terpopuler di Jerman. (https://www.tichyseinblick.de/daili-es-sentials/exklusiv-auf-te-ein-vorwurf-koennte-lauten-der-staat-hat-sich-in-der-coronakrise-als-einer-der-groessten-fake-news-produzenten-erwiesen/)

Apa sih isi laporan internal tersebut?

Laporan setebal 93 halaman tersebut yang berjudul “Analisis Manajemen Krisis” yang disusun oleh para panelis ilmiah yang ditunjuk oleh kementerian. Panel tersebut terdiri atas para pakar medis eksternal dan beberapa pakar lainnya dari universitas kenamaan di Jerman.

Dengan kata lain, laporan tersebut merupakan inisiatif kementerian dalam negeri (Unit KM4) yang bertanggungjawab terhadap perlindungan infrastruktur kritis dari ancaman pandemi yang ditanggapi secara berlebihan alias lebay. (https://www.ichbinanderermeinung.de/Dokument93.pdf)

Beberapa hal kritis dibahas dalam laporaan tersebut, antara lain: “Bahaya C19 diasumsikan terlalu berlebihan, dimana bahaya sesungguhnya yang ditimbulkan oleh virus sebenarnya tidak demikian adanya.”

Lalu bagaimana orang yang dinyatakan mati karena C19?

“Pada dasarnya mereka adalah orang yang secara statistik akan mati pada tahun ini (tanpa Corona sekalipun), karena mereka telah mencapai akhir hidup mereka. Sehingga tubuh mereka yang lemah tidak dapat lagi menghadapi serangan virus (ada sekitar 150 jumlahnya) yang beredar di Jerman saat ini.”

Bagaimana dengan tingkat kematian akibat C19? “Di seluruh dunia angka kematian C19 (sekitar 370 ribuan) masih jauh lebih kecil daripada angka kematian akibat influenza di tahun 2017/2018 yang telah memakan korban 1,5 juta kematian (di Jerman saja ada sekitar 25 ribuan junlahnya).” (https://thegermanyeye.com/flu-vaccination-penultimate-wave-was-deadliest-in-30-years-3748)

Bagaimana dengan peran pemerintah Jerman? “Selama krisis Corona, negara telah membuktikan dirinya sebagai salah satu produsen berita palsu (fake news) terbesar di Jerman.”

Dan yang paling menohok, “Bahaya Corona tidak lebih besar daripada virus lainnya, karena memang tidak ada buktinya. Dengan kata lain ini adalah alarm (pandemi) palsu.”

Secara singkat laporan tersebut mengisyaratkan pandemi Corona adalah skandal penipuan terbesar abad ini.

Lantas bagaimana respon pemerintah Jerman menanggapi laporan yang bocor tersebut?

Awalnya pemerintah mencoba mengabaikan dengan mengatakan “Ah itu bisa-bisanya salah satu karyawan kemendagri saja yang coba cari popularitas.” Para politisi dan media mainstream pun kompak dan diam seribu bahasa.

Sampai akhirnya, para panelis yang menulis laporan tersebut dibuat gerah, dan mengadakan konpers bersama (11/5), yang intinya memaki pemerintah yang mengabaikan saran dari mereka.

“Seharusnya pemerintah mengambil langkah terapeutik dan preventif yang tidak mendatangkan bahaya daripada penyakit itu sendiri.” (https://deutsch.rt.com/inland/102396-umstrittene-bmi-analyse-wissenschaftler-kritisieren/)

Salah satu dokter kenamaaan di Jerman bahkan menyatakan, “Kita akan merasakan efek samping dari krisis Corona selama bertahun-tahun ke depan.” (https://www.bild.de/bild-plus/politik/inland/politik-inland/folgen-der-corona-massnahmen-52-000-krebs-ops-verschoben-70820748,view=conversionToLogin.bild.html)

Artinya laporan tersebut memang ada dan bukan fiktif, donk?

Sejak itu, situasi memanas yang akhirnya memaksa Stephen Kohn dibebas tugaskan dari pekerjaannya dan laptop kerjanya disita pemerintah (15/5). Selain itu ada pesan sponsor, “Tolong siapkan pengacara terbaik untuk anda.” (https://www.spiegel.de/international/germany/berlin-fears-populists-will-exploit-protest-movement-a-3a4702b8-6701-401d-b712-6d3e19453a56)

Apa maksudnya, coba?

Bukan itu saja, pemerintah Jerman makin bertindak represif menanggapi laporan yang bocor tersebut. Bahkan Gunter Krings (atasan Stephen Kohn) mengatakan, “Jika anda semua percaya pada makalah tersebut, sama saja anda percaya dengan teori konspirasi.” (https://www.technologytimes.pk/2020/05/30/german-official-leaks-report-denouncing-corona-as-a-global-false-alarm/)

Tiba-tiba jadi ingat pada siapa pihak yang paling hobi memberi label TEORI KONSPIRASI kepada pihak yang ingin membongkar skenario permainan. (baca disini)

Dan hebatnya dil luar Jerman, berita tentang kebocoran laporan tersebut nyaris tidak tersentuh oleh media mainstream. “Ya jelas aja, siapa juga yang mau bau kentutnya ketahuan?”

Di Jerman sendiri, masyarakatnya mulai sadar akan fake pandemic tersebut. Dan ribuan warga terus berdemo di setiap akhir pekan atau saat pemerintah melonggarkan pembatasan.

Demonya juga mulai kualititatif karena mulai mempertanyakan narasi fiktif dibalik pandemi palsu berjudul C19, selain menyasar peran Bill Gates selaku dalang dibalik pandemi jadi-jadian tersebut.

Bahkan pada demonstrasi terbesar di Stuttgart (9/5), puluhan ribu pengujuk rasa mulai meneriakkan “Katakan tidak pada NWO (New World Order)!” (https://www.swp.de/suedwesten/staedte/stuttgart/coronavirus-protest-demo-stuttgart-cannstatter-wasen-corona-polizei-46115752.html)

Dan mereka mulai mempertanyakan status darurat yang diberlakukan pemerintah, aplikasi pengawasan massal di tengah wabah Corona (yang dibesut oleh Google dan Apple), hingga menolak wacana vaksinasi wajib untuk C19.

Apa yang bisa didapat dari kasus di Jerman?

Bahwa fake pandemic ini memang ada dan sedang dijalankan oleh elite global untuk jualan vaksin dan penanaman chip di akhir episode. Masih mau ngeyel?

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!