Skenario Perang Melawan Terorisme (*Bagian 1)


538

Skenario Perang Melawan Terorisme (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

Bagaimana AS mengobrak-abrik suatu negara yang tidak sejalan dengan kepentingan Washington?

Bisa 2 cara yang dilakukan. Pertama dengan menggunakan kekuatan proxy LSM yang kerap mendengungkan demokratisasi dan HAM. Ujung dari penggunaan proxy tersebut adalah revolusi warna. Tentang ini saya pernah ulas secara lengkap. (baca disini)

Dan kedua, biasanya saat strategi soft war dengan menggunakan proxy LSM tersebut nggak berjalan mulus, maka AS akan menggerakkan mesin perang mereka. Tentang ini saya pernah juga mengulasnya. (baca disini, disini dan disini)

Informasi yang telah saya sajikan, akan mampu menjembatani dalam membahas masalah besar. Yang paling mencolok adalah saat AS mencanangkan GWOT alias Global War on Terrorism.

GWOT dipicu oleh aksi terorisme yang terjadi pada 11 September yang ‘katanya’ dilakukan kelompok Al Qaeda dan menyasar gedung WTC dan Pentagon.

Prof. Michel Chossudovsky selaku penulis buku America’s War on Terrorism punya penggambaran yang apik tentang peristiwa 9/11 tersebut.

Pada pukul sebelas pagi di 11 September, pemerintahan Bush telah mengumumkan bahwa Al Qaeda adalah pihak yang bertanggungjawab atas serangan teror di WTC dan Pentagon, tanpa penyelidikan yang mendalam. Tiba-tiba main tuding saja.

Nggak pakai lama, malamnya, sekitar pukul 9:30, ‘kabinet perang’ berhasil dibentuk yang melibatkan pihak intelijen dan militer secara integratif. Dan pada pukul 11 malam, GWOT alias perang melawan terorisme resmi diluncurkan oleh pemerintahan Bush.

Siapa yang jadi sasaran GWOT? Kelompok Taliban dan Al Qaeda, dimana negara sponsor terhadap kelompok teroris tersebut adalah Afghanistan.

Inilah yang kemudian dijadikan pembenaran oleh AS dalam mengobrak-abrik Afghanistan, 4 minggu setelah ‘serangan’ 9/11 tersebut. Afghanistan porak poranda setelah dibombardir oleh pasukan AS.

Masyarakat dunia dibuat percaya atas serangan AS tersebut, alih-alih untuk memerangi terorisme.

Siapa yang paling berjasa dalam membentuk opini publik? Media mainstream lah jawabannya. Mirip dengan kondisi pandemi si Kopit saat ini, dimana anda dipaksa percaya atas narasi elite global yang tengah dimainkan, karena anda terbiasa membaca media mainstream tersebut.

“GWOT tidak direncanakan dalam hitungan minggu, karena telah didisain jauh-jauh hari sebelumnya,” ungkap Prof. Chossudovsky.

Apa yang mendasari rencana GWOT tersebut?

Pertama karena adanya masukkan yang diberikan Zbigniew Brzezinski selaku Penasihat Keamanan Nasional sekaligus anggota CFR (Council on Foreign Relations).

“AS perlu melakukan operasi bendera palsu untuk dapat menguasai wilayah Balkan dan Eurasia. Ini penting dilakukan karena wilayah tersebut kaya akan cadangan migas, disamping mineral penting lainnya seperti emas,” begitu kurleb ungkap Brzezinski. (https://www.activistpost.com/2010/06/afghanistan-mineral-deposits-was.html)

Dan yang kedua, GWOT diperlukan sebagai pembenaran untuk mendestabilisasi Timur Tengah. Dengan alasan terorisme, maka semua musuh AS akan dituding sebagai negara sponsor terorisme (termasuk Irak, Iran dan Suriah).

Untuk apa upaya destabilisasi Timteng diperlukan? Karena ada agenda besar elite global disana. Tentang ini, saya akan bahas pada lain tulisan.

Singkatnya, karena wilayah Eurasia dan Balkan dianggap sangat strategis, makanya harus dikuasai. Tapi kan nggak mungkin juga main serang begitu saja. Bisa-bisa kena kecam dunia internasional. Lagian cara cowboy terlihat kasar dan sudah jadul.

Harus ada skenario yang bisa menjalankan rencana mereka, tanpa terendus oleh publik. Ya minimal nggak kasar-kasar amat mainnya.

Maka diciptakanlah musuh bersama yang bernama terorisme. AS diserang aksi teror. Jadi kalo pasukan AS serang negara-negara di wilayah Eurasia dan Balkan, ada alasannya. “Wong negara tersebut telah mendukung aksi terorisme. Titik.”

Apakah tragedi 9/11 yang menyasar WTC dan Pentagon adalah rekayasa?

Setidaknya salah satu pakar pembongkaran gedung top Eropa mengatakan demikian. “Ini adalah pembongkaran gedung yang dikendalikan oleh tim ahli, karena sudah meledak duluan sebelum ditabrak pesawat,” begitu kurleb. (https://www.youtube.com/watch?v=hZEvA8BCoBw)

Bahkan jurnalis kawakan – Dan Rather – menyatakan, “WTC 7 adalah ledakan yang MURNI DIRENCANAKAN.” (https://www.youtube.com/watch?v=Nvx904dAw0o)

Bukti yang paling sederhana adalah bagaimana baja sebagai kerangka bangunan tersebut, bisa meleleh? Prof. Steven Jones dan Prof. Niels Harrit menyatakan, “Melelehnya baja pada bangunan gedung bisa dimungkinkan karena adanya penggunaan bahan nano termit sebagai bahan peledak yang mampu melelehkan baja. Ini dapat terlihat pada partikel debu WTC 7 yang ditemukan.” (http://www.benthamscience.com/open/tocpj/articles/V002/7TOCPJ.htm)

Yang paling komprehensif adalah pengakuan yang dibuat oleh Dr. Steve Pieczenik. Kalo anda menganggap Dr. Pieczenik selaku ahli teori konspirasi, anda salah besar, karena beliau merupakan konsultan untuk Departemen Pertahanan AS sekaligus peraih dua penghargaan bergengsi Harry C Solomon dari Harvard Medical School.

“Seorang jenderal langsung mengatakan kepada saya bahwa 9/11 adalah operasi bendera palsu yang dilancarkan pemerintah AS. Dan satu lagi, buat apa mereka mengarang cerita tentang Osama bin Laden (OBL) telah meninggal pada tahun 2001?” ungkap Dr. Pieczenik (https://www.prisonplanet.com/top-us-government-insider-bin-laden-died-in-2001-911-a-false-flag.html)

Tentang keterlibatan OBL, FBI pun dibuat pusing tujuh keliling. “Kami tidak berhasil menemukan kaitan antara OBL dengan 911 karena tidak adanya bukti yang kuat,” ungkap Kepala Publisitas Investigasi FBI – Rex Tomb. (https://www.projectcensored.org/top-stories/articles/16-no-hard-evidence-connecting-bin-laden-to-9-11/)

Nyatanya, Dr. Pieczenik nggak sendirian, mengingat ratusan pejabat senior pemerintahan AS juga MENENTANG KISAH RESMI 911 YANG DIRILIS OLEH PEMERINTAH AS. (http://patriotsquestion911.com/)

Kenapa? Karena memang GWOT adalah akal-akalan pemerintahan AS doang.

Bagaimana GWOT bisa terus digulirkan pasca 911? Saya akan bahas pada bagian kedua nanti.

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!