Rencana Satu Dekade


512

Rencana Satu Dekade

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, kapan pastinya plandemi Kopit akan berakhir?” tanya seorang pembaca melalui kanal Telegram dengan nada putus asa.

Tentang ini, saya pernah bahas dalam beberapa ulasan. (baca disini, disini dan disini)

Point yang mau saya sampaikan adalah bahwa Kopit mungkin akan berakhir. Namun bukan berarti plandemi akan berakhir untuk selamanya.

Kemungkinan skenario-nya bisa 2. Pertama plandemi Kopit akan terus diperpanjang dan kedua, plandemi Kopit akan berganti nama dengan plandemi lainnya.

Untuk skenario pertama, orang mungkin akan bosan kalo terus menerus ngomongin Kopit yang diperpanjang layaknya sinetron di Indosiar. Jadi, yang paling mungkin adalah mengganti nama plandemi Kopit, dengan plandemi susulan lainnya.

Diharapkan, dengan adanya variasi plandemi, maka orang jadi nggak bosan dengan skenario terbaru. Jadi nggak kudet.

Rencana WHO untuk mendapatkan hak khusus dalam menentukan status plandemi global (pandemic treaty), mungkin bisa dijadikan rujukan atas skenario ini. Dengan adanya hak khusus, maka nggak perlu persetujuan negara-negara di dunia untuk menyatakan status plandemi.

Teknisnya, jika WHO hari ini bilang ada plandemi flu babi dan cara mengatasinya adalah dengan vaksinasi global, maka siapapun nggak ada yang boleh protes atas mekanisme ini. (baca disini)

Lantas, kapan plandemi akan berakhir?

Untuk jawab pertanyaan ini, anda harus pahami dulu bahwa plandemi adalah instrumen yang sengaja digunakan oleh sang Ndoro besar, demi memuluskan agenda The Great Reset (TGR). Dengan kata lain, TGR nggak akan bisa sukses kalo orang sedunia nggak berhasil ditakut-takuti oleh virus ghaib bernama Kopit.

Dengan menebar ketakutan, apa yang bakal terjadi?

Yang pasti orang nggak bisa berpikir waras.

Jadi kalo ada agenda enjus massal demi memuluskan agenda pengumpulan data secara digital, orang akan nurut-nurut saja. Kalo ada agenda eugenik dibalik enjus massal, orang nggak akan curiga. Harapannya cuma satu: situasi bisa seperti dulu lagi.

Nyatanya, situasi nggak akan pernah seperti dulu lagi, sebelum plandemi Kopit menyerang Planet Namek. Pentolan WEF yang sudah ngomong begitu, bukan saya. (baca disini)

“Kan yang penting kita bisa terbebas dari Kopit kalo sudah dienjus,” celetuk seseorang.

Kata siapa? (baca disini dan disini)

Disinilah, daya berpikir kritis anda dibutuhkan, agar anda nggak mudah dimanipulasi oleh keadaan.

Sekarang, tahu dari mana bahwa WHO bakal memperpanjang status plandemi, sampai keadaan ‘tak berpunya’ di 2030 nanti bakal terwujud?

Adalah Marion Koopmans yang menyatakan hal tersebut.

Sebagai informasi, Koopmans adalah ahli virus asal Belanda yang awalnya bekerja dengan WHO. Dalam suatu wawancara, Koopmans mengakui bahwa WHO punya rencana dalam menggelar plandemi hingga 10 tahun mendatang.

“Itu memang sudah ada dalam rencana WHO untuk menggelar krisis penyakit menular yang besar hingga 10 tahun mendatang,” begitu kurleb ungkap Koopmans. (https://thenewamerican.com/covid-investigator-removed-from-who-team-after-china-ties-revealed/)

Lalu, bagaimana Koopmans bisa menyatakan demikian?

Awalnya, Koopmans adalah anggota tim pertama WHO yang berangkat ke China untuk menyelidiki asal muasal plandemi Kopit. Ada 28 orang ahli yang ditugaskan.

Masalah muncul, saat dirinya diketahui memiliki ‘hubungan’ yang erat dengan Partai Komunis China. Bahkan beberapa penelitiannya didanai oleh PKC. (https://thenationalpulse.com/news/scalp-koopmans-removed-from-who-team/)

Entah tudingan pada Koopmans adalah kebenaran atau tidak, namun yang pasti Koopmans adalah mantan orang dalam yang kemudian ‘ditendang’ keluar. Jika kemudian dirinya ‘berkicau’ saat ini, itu bisa jadi 2 hal. Dia merasa sakit hati atau memang dia cari sensasi.

Tapi tentang rencana satu dekade dari WHO untuk menggelar plandemi, bisa dijadikan petunjuk tentang skenario plandemi yang tidak akan pernah berakhir. Setidaknya hingga 2030 mendatang.

Pada tataran operasional, jika dirasa orang-orang mulai bosan dengan si Kopit, maka plandemi lainnya akan dirilis, dari mulai Marburg, Chikungunya hingga Ebola dan virus Nipah. Itu semua sudah tersedia dan siap disajikan sesuai ‘pesanan’. (baca disini)

Caranya mudah. Cukup kerjasama dengan media mainstream dalam membuat narasi ‘ketakutan’, dijamin orang sedunia bakalan terkencing-kencing dan siap melakukan hal konyol di luar akal sehat.

Kita lihat ke depannya saja, apakah yang diungkapkan Koopmans terbukti atau tidak.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


2 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!