Narasi Baru Sang Ndoro


518

Narasi Baru Sang Ndoro

Oleh: Ndaru Anugerah – 31102023

Kalo anda berpikir bahwa pasca plandemi Kopit tidak akan ada plandemi susulan, sepertinya anda harus berpikir ulang untuk itu.

Saat plandemi Kopit masih berlangsung, seorang Bill Gates pernah bilang, “Mengatasi perubahan iklim akan menjadi hal paling menakjubkan yang pernah dilakukan oleh umat manusia. Sebagai perbandingan, mengakhiri plandemi ini (Kopit) akan sangat-sangat mudah.” (https://www.bbc.com/news/science-environment-56042029)

Kalo diparafrase, maka kalimat yang diungkapkan sang ‘maestro’ adalah bahwa plandemi Kopit nggak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan perubahan iklim yang terjadi di dunia.

Jika plandemi Kopit ‘diakhiri’ dalam 3 tahun, mungkin nggak sih krisis iklim bisa diakhiri dengan lebih cepat?

Menjadi wajar jika pion sang Ndoro besar kemudian mengamplifikasi apa yang telah dikatakan BG, bahwa krisis iklim adalah skenario yang bakal terjadi dalam waktu dekat, karena dapat mengancam kesehatan manusia.

“Krisis iklim berimbas pada krisis kesehatan.’

Begitu skenario yang coba dimainkan.

Pada KTT COP28 PBB yang bakal berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab pada akhir November mendatang, tema perubahan iklim adalah krisis kesehatan masyarakat, juga dikumandangkan. (https://www.eco-business.com/opinion/cop28-say-climate-crisis-think-health-crisis/)

Di kalangan akademisi, tema sejenis juga secara masif disuarakan. Setidaknya ada lebih dari 200 jurnal medis menyatakan bahwa krisis iklim yang harus diperlakukan sebagai darurat kesehatan secara global. (https://bjsm.bmj.com/content/bjsports/early/2023/10/21/bjsports-2023-107766.full.pdf)

Media mainstream juga nggak kalah set untuk melantunkan skenario yang sama tentang krisis iklim. (https://www.theguardian.com/environment/2023/oct/28/doctors-from-around-the-world-unite-to-call-for-urgent-climate-action)

Dan terakhir kalangan LSM juga mengusung masalah sejenis tentang perubahan iklim yang membawa dampak buruk bagi kesehatan manusia. (https://www.oneearth.org/why-climate-change-is-a-public-health-issue/)

Jadi, semua troll digerakkan untuk menyuarakan isu bersama: krisis iklim yang berdampak pada kesehatan manusia.

Memangnya apa bahaya perubahan iklim yang berdampak pada kesehatan manusia?

Merujuk pada situs WHO, krisis iklim global membawa bahaya yang cukup menakutkan, mulai dari 2 milyar orang yang kekurangan akses air minum yang bersih dan aman, 600 juta orang menderita penyakit bawaan yang diperoleh dari makanan setiap tahunnya, hingga anak balita yang rentan menderita kematian akibat makanan yang tidak layak konsumsi.

Kenapa semua ini bisa terjadi?

Karena berdasarkan klaimnya, perubahan iklim yang terjadi, dapat mempengaruhi ketersediaan, kualitas dan keanekaragaman pangan, yang secara langsung akan memperburuk krisis pangan dan gizi.

Nggak hanya itu, sebab perubahan iklim juga berdampak pada perubahan suhu dan curah hujan yang dapat meningkatkan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui vektor. (https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/climate-change-and-health)

“Perubahan iklim adalah salah satu ancaman kesehatan terbesar umat manusia. Karenanya, kita harus bertindak,” begitu kurleb-nya. (https://www.telegraph.co.uk/global-health/climate-and-people/climate-change-is-the-biggest-health-threat-of-all/)

Pesan yang mau disampaikan: krisis iklim sudah sangat menguatirkan dan mematikan.

Sama halnya dengan plandemi Kopit tempo hari, maka ke depan bukan nggak mungkin jika semua angka kematian yang terjadi di belahan dunia akan dikaitkan dengan krisis iklim, demi memperkuat narasi yang ada.

Akan ada definisi ‘khusus’ tentang hal ini.

Jika masalah sudah dihadirkan, maka diharapkan akan ada panik massa dalam menanggapi hal ini. Reaksi takut anda adalah hal yang paling dinantikan saat ini. Kalopun anda cuek bebek dalam menanggapi krisis iklim, maka akan ada rencana yang lain yang bisa dieksekusi.

Apa itu?

Jalur birokrasi dan hukum.

Secara teknis, akan ada Undang-Undang yang melegalkan narasi induk tentang krisis iklim, yang harus dipatuhi oleh semua orang, tidak terkecuali anda dan saya. (https://www.euractiv.com/section/health-consumers/news/global-pandemic-treaty-proposal-circulated-path-to-negotiations-inches-closer/)

Mungkin anda perlu baca ulasan saya tentang Pandemic Treaty. (baca disini dan disini)

Dengan adanya payung hukum tersebut, maka nggak akan ada celah bagi skenario krisis iklim untuk tidak bisa dijalankan.

“Agar aturan main bisa berlaku, maka organisasi yang mengaturnya harus memiliki kekuatan, baik secara politik maupun hukum, untuk membuat semua pihak patuh,” begitu kurleb-nya. (https://blogs.lse.ac.uk/covid19/2022/03/30/a-new-pandemic-treaty-what-the-world-health-organization-needs-to-do-next/)

Sempurna sudah.

Jika ke depan WHO menetapkan darurat kesehatan internasional dan memberlakukan status lockdown karena adanya krisis iklim tersebut, maka nggak akan ada yang boleh protes tentang hal ini. Termasuk saat aturan enjus massal kembali diberlakukan.

Kan datanya sudah ada.

Payung hukumnya juga sudah jelas.

Guna nggak sih kalo anda protes?

Itu retorik untuk ditanyakan.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!