Perang Melawan Pertanian (*Bagian 1)


530

Perang Melawan Pertanian (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah – 31102023

Bagaimana agar pola makan masyarakat global bisa diubah sesuai keinginan sang Ndoro?

Salah satunya adalah dengan menghancurkan sistem pertanian status quo dan menggantikan dengan sistem pertanian sarat rekayasa.

Sebenarnya ini bukan hal yang baru untuk dilakukan, karena nyatanya kekaisaran Soviet juga pernah melakukan upaya yang sama dalam rangka menata pola makan masyarakatnya, di bawah kepemimpinan Joseph Stalin.

Maksudnya?

Dulu, di Rusia sebelum Revolusi Bolshevik, ada kaum kaya yang mengusai bidang pertanian dengan memiliki lahan yang cukup luas. Mereka dijuluki sebagai kaum kulak. (https://www.britannica.com/topic/kulak)

Bagi rezim komunis, kaum kulak ini dianggap sebagai musuh bersama revolusi karena dianggap mengusung konsep kepemilikan pribadi. Karenanya sejak Stalin berkuasa, kaum kulak ini menjadi target operasi utamanya, yang dikenal dengan program dekulakisasi. (https://en.wikipedia.org/wiki/Dekulakization)

Dengan berlakunya program dekulakisasi, maka rezim Stalin berhak menyita lahan pertanian yang dimiliki kaum kulak, dengan alasan kolektivisasi lahan pertanian yang akan dikelola oleh negara.

Upaya penolakan akan berakibat pada labelisasi kontra-revolusi dan dianggap sebagai musuh bersama.

Walhasil, program yang dijalankan sejak awal revolusi hingga 1933 tersebut, bukan saja menuai sukses, tapi juga berhasil memberangus eksistensi kaum kulak sebagai petani tradisional.

Pertanyaannya: apakah kebijakan yang dijalankan Stalin, hanya bertujuan untuk menjalankan reformasi agraria atau kolektivisasi lahan semata, atau itu hanya sekedar program yang dibuat-buat untuk menjalankan agenda yang lebih besar?

Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus tahu dulu definisi Kulak.

Merujuk pada bahasa Rusia, Kulak adalah istilah yang diberikan kepada mereka yang berdagang dengan cara tidak jujur lagi pelit, demi memperkaya dirinya dengan cara mengeksploitasi orang lain dan menerapkan sistem riba. (https://archive.org/details/6-the-gulag-archipelago-volume-i_202301/page/54/mode/1up?q=%22foamed+and+rolled%22)

Jauh sebelum revolusi Bolshevik terjadi, kaum Kulak telah ada di seantero kekaisaran Rusia. Namun satu yang perlu dicatat, jumlah mereka (yang sesuai definisi) relatif sedikit. Mayoritas Kulak malah prototipe petani pekerja keras dan memiliki manajemen yang baik dalam berusaha.

Sementara itu, kaum Kulak seperti yang digambarkan Stalin, hanya kaum marginal yang tidak punya kontribusi apa-apa, sehingga bukan merupakan ancaman apalagi dianggap sebagai musuh negara dan revolusi. Itu lebay.

Lantas kenapa seorang Stalin terpaksa memberlakukan program perang melawan kaum Kulak yang jumlahnya tidak signifikan?

Sebab, tanpa program tersebut, rencana perampasan aset pribadi oleh negara nggak akan bisa dilakukan. Dan jika negara nggak bisa melakukan kolektivisasi lahan pertanian, maka ide sosialisme ala Soviet nggak akan berhasil dijalankan.

Dengan adanya Kulak sebagai musuh revolusi, maka semua jadi mudah untuk dieksekusi.

Jadi, kalo ada yang menolak perampasan aset dan reformasi agraria (utamanya lahan pertanian), aparat keamanan Soviet tinggal ngomong ke orang tersebut, “Anda Kulak, yah? Musuh revolusi dong kalo gitu?”

Dan masalah akan clear dalam waktu singkat.

Jelas bahwa program dekulakisasi yang dijalankan Stalin hanya bersifat akal-akalan. Program tersebut hanya sekedar dalih untuk memberangus sistem pertanian yang dikelola individu, ke dalam sistem pertanian yang dikelola oleh negara.

Kelak program dekulakisasi menjadi dasar rasionalisasi pola makan yang diberlakukan di rezim komunis Soviet.

Dengan alasan kesejahteraan untuk bersama, maka penjatahan bahan pangan bagi rakyat, dapat dijalankan tanpa banyak penolakan. Toh yang mengupayakan bahan pangan adalah negara dan bukan para Kulak.

Sekali lagi, program dekulakisasi bukan seperti yang tampak di permukaan, dimana kaum Kulak yang digambarkan eksploitatif, kikir dan kapitalis, sejujurnya bukan mereka yang menjadi sasaran program Stalin.

Program pertanian yang dijalankan oleh negara adalah alasan utama dibalik program anti-Kulak rezim komunis Stalin.

Lalu apa relevansinya saya menjelaskan hal ini?

Saya sengaja memunculkan rezim sosialis sebagai contoh, agar anda paham bahwa tatanan dunia baru yang akan kita tuju kelak, juga akan mengadopsi sistem sosialisme ala Soviet dulu, dibalik narasi The Great Reset. (baca disini dan disini)

Sama dengan yang terjadi di era Stalin, sang Ndoro besar juga akan memberangus sistem pertanian yang kita adopsi kini, dan menggantikannya dengan sistem pertanian tersentral yang dikelola oleh ‘sekelompok orang’ yang dianggap sebagai pemangku kebijakan.

Lewat mereka-lah tata kelola pangan global akan ditentukan.

Bagaimana skenarionya?

Apakah benar para petani akan dipaksa untuk tidak bertani lagi?

Menuju kemana semua rencana ini?

Pada bagian kedua, kita akan membahasnya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!