Dampak Vaksinasi


509

Dampak Vaksinasi

Oleh: Ndaru Anugerah

Program vaksinasi Kopit telah dilakukan di banyak belahan dunia. Namun anehnya, kasus kematian akibat Kopit justru meningkat hampir di setiap negara yang telah memberlakukan program suntik massal. (https://www.youtube.com/watch?v=xSrc_s2Gqfw)

Vaksinasi massal yang harusnya bertujuan untuk mengurangi ancaman Kopit, tapi dalam jangka pendek saja sudah menyajikan ‘menu’ yang lebih buruk. Gimana dengan jangka panjangnya?

Melihat sinyalemen aneh tersebut, banyak ahli mempertanyakan efektivitas vaksinasi. Bahkan menurut laporan Forbes, 4 dari 5 negara yang paling banyak melakukan vaksinasi, saat ini malah menderita wabah Kopit yang lebih parah, bahkan lebih parah ketimbang India. (https://www.forbes.com/sites/roberthart/2021/05/11/covid-surges-in-4-of-5-worlds-most-vaccinated-countries-heres-why-the-us-should-worry/?sh=5b198033d677)

Ini belum seberapa. Coba anda tilik kasus di Kamboja.

Kamboja memulai vaksinasi massal pada awal Februari 2021 silam. Sebelumnya negara ini memiliki ‘nol’ angka kematian akibat Kopit, setidaknya sampai Maret 2021.

Namun setelah ada program vaksinasi di negara tersebut, kematian akibat Kopit langsung terjadi dengan cepat. (https://www.worldometers.info/coronavirus/country/cambodia/)

Timbul spekulasi, jangan-jangan ada yang salah dengan bahan pada vaksin yang digunakan? Kalo nggak, mana mungkin kematian kok bisa makin banyak?

Bukannya menginvestigasi, CDC AS malah buat akal-akalan dengan menyebut orang yang terjangkit Kopit setelah divaksin dengan istilah ‘kasus terobosan’. Dan gilanya lagi, pedoman CT yang dipakai pada saat melakukan PCR dikurangi secara drastis. (baca disini)

Kelakuan FDA sami mawon. Mereka tahu masalah sesungguhnya, bahwa mereka yang telah divaksin, nyatanya lebih rentan ketimbang mereka yang nggak menerima vaksin. Namun mereka memilih bungkam. (https://informscotland.uk/2021/04/covid-rates-post-vaccination-around-the-world/comment-page-1/#comment-131)

Bisa disimpulkan, bahwa vaksinasi nggak menjawab masalah apapun tentang Kopit, malah justru mendatangkan mudarat yang lebih besar. Wajar kalo orang bertanya-tanya, mengingat ini menyangkut nyawa yang nggak ada ‘serepnya’.

Lantas masalahnya dimana sih?

Artikel yang dibuat oleh Neville Hodgkinson mungkin menjawab pertanyaan tersebut.

Dikatakan bahwa masalahnya ada pada vaksin yang bertugas memproduksi ‘racun’ yang lebih berbahaya ketimbang virus Kopit itu sendiri. Itulah ‘spike protein’ alias protein lonjakan. (https://www.conservativewoman.co.uk/every-reason-to-doubt-the-vaccine-makers-reassurances/)

Saya sudah bahas tentang ini pada tulisan terdahulu. (baca disini)

Jadi, Salk Institute berkolaborasi dengan beberapa ilmuwan merilis hasil temuan pada penelitian yang mereka lakukan.

Hasilnya?

Protein lonjakan khas SARS-CoV-2 dapat merusak sel dan mendatangkan penyakit pembuluh darah alias vascular diseases. Dan itu cukup mematikan, mengingat tanpa adanya replikasi protein lonjakan pada virus, sudah dapat membunuh seseorang. (https://www.salk.edu/news-release/the-novel-coronavirus-spike-protein-plays-additional-key-role-in-illness/)

Kok bisa?

Karena protein lonjakan tersebut mengikat ACE2. Pengikatan ini secara otomatis mengganggu sinyal molekuler ACE2 ke mitokondria (organel yang menghasilkan energi untuk sel), sehingga mitokondria tersebut jadi rusak dan terfragmentasi.

Jadi penyebab utamanya adalah lonjakan protein, bukan virusnya.

Pertanyaannya: kalo disitu masalahnya, ngapain vaksinasi dilakukan? Bukankah tujuan utama vaksinasi adalah ‘mengajarkan’ sel orang yang disuntik untuk menghasilkan lonjakan protein? (https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/different-vaccines/mrna.html#:~:text=A%20Closer%20Look%20at%20How,virus%20that%20causes%20COVID%2D19.)

Nggak perlu disuntik, orang normal harusnya malah menghindari proses terjadinya lonjakan protein dalam tubuh, kok ini malah merangsang tubuh menghasilkan lebih banyak lagi lonjakan protein lewat proses vaksinasi?

Dan bila hal ini terjadi, maka penyakit vaskular semisal jantung, pendarahan ataupun pembekuan darah (blood cloth), otomatis akan meningkat seiring diberlakukannya vaksinasi massal. (baca disini)

Ini yang bisa dijadikan jawaban atas banyaknya kasus kematian pasca vaksinasi massal diberlakukan di banyak negara, karena vaksinnya justru malah ‘mengajarkan’ sel tubuh untuk memproduksi sebanyak-banyak protein lonjakan.

Walhasil, kalo kematian jadi makin banyak akibat divaksin, kita sudah tahu jawabannya. Kalo sudah begini, siapa mau tangggungjawab?

Siapa juga yang bisa kasih jawaban tentang berapa lama siklus pembentukan protein lonjakan akan terjadi dalam tubuh manusia selepas vaksinasi?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!