Awal Kegagalan?


508

Awal Kegagalan?

Oleh: Ndaru Anugerah

Bagaimana program vaksinasi Kopit di AS sana? Berapa populasi yang sudah divaksin penuh?

Kurleb-nya, sepertiga-nya. (https://usafacts.org/visualizations/covid-vaccine-tracker-states/)

Dengan kata lain, masih banyak penduduk AS yang belum divaksin.

Karena program vaksinasi yang nggak mencapai sasaran, pemerintah AS mulai putar otak agar warganya mau disuntik massal secara sukarela, mengingat program vaksinasi bukan wajib sifatnya. (https://www.reuters.com/world/us/far-flung-us-citizens-clamour-vaccines-embassies-2021-05-12/)

Apakah ini akan berhasil? Entahlah.

Menarik apa yang diungkapkan AP-NOC lewat survei yang baru-baru ini mereka lakukan terhadap warga AS yang belum divaksinasi. (https://apnews.com/article/coronavirus-pandemic-health-0f0b89c8060da6dcce74057d2324dc44)

Apa yang menarik?

Bahwa sekitar dua pertiga warga AS yang belum divaksinasi, hampir dipastikan tidak akan mau menjadi sukarelawan untuk disuntik pakai vaksin ‘percobaan’ tersebut.

Kenapa nggak mau divaksin? Apa alasannya?

Pertama, mereka tahu bahwa suntikkan tersebut berbahaya bagi mereka. Kedua, mereka menilai nggak ada manfaat dari suntikkan malah mendatangkan banyak risiko di kemudian hari.

Kenapa mereka bisa punya pendapat seperti itu?

Anda tahu Seychelles? Itu adalah negara kepulauan kecil yang terletak di Samudera Hindia. Menurut data yang ada, sekitar 60% dari populasi negara tersebut telah disuntik vaksin Kopit secara penuh alias 2 kali suntikkan. (https://www.cnbc.com/2021/05/13/seychelles-most-vaccinated-nation-on-earth-but-covid-19-has-surged.html)

Anehnya, walaupun sudah mayoritas warganya disuntik vaksin secara penuh, tingkat penularan Kopit masih saja tinggi. Pada April meningkat sebanyak 612 kasus, dan pada Mei melonjak menjadi 1068 kasus.

Akibat lonjakan kasus tersebut, pemerintah Seychelles memberlakukan kebijakan semi karantina dari mulai menutup sekolah, membatasi jadwal operasional bar dan café hingga pembatalan acara olahraga. (https://www.africanews.com/2021/05/09/seychelles-faces-worrying-situation-as-covid-19-cases-on-the-rise/)

Perlu anda ketahui, bahwa vaksin yang digunakan disana adalah produk Sinopharm dan juga AstraZeneca. (https://theconversation.com/covid-is-surging-in-the-worlds-most-vaccinated-country-why-160869)

Karena adanya situasi ‘darurat’, lalu CDC mengeluarkan himbauan agar warga AS jangan pergi dulu ke negara tersebut yang ditenggarai berada pada level tertinggi penyebaran Kopit. (https://archive.is/VlO17)

Super duper aneh. Sudah divaksin, nyatanya masih tertular Kopit. Dan ini sudah saya analisa pada setahun yang lalu. (baca disini dan disini)

Bahkan di AS sendiri, banyak kasus dimana orang yang telah divaksin penuh, juga tertular Kopit.  Kasus terobosan (breakthrough cases), istilahnya. (https://thecovidblog.com/2021/04/04/5-covid-19-and-vaccine-headlines-that-mainstream-media-suppressed-last-week/)

Dan nggak sedikit yang akhirnya meregang nyawa setelah divaksin. Kasus Alan Sporn adalah salah satunya. (https://thecovidblog.com/2021/05/05/alan-sporn-75-year-old-chicago-cancer-survivor-dies-of-covid-19-nearly-two-months-after-second-pfizer-shot/)

Kalo begini terus kejadiannya, warga AS yang tadinya antusias mau divaksin, maka otomatis akan mengurungkan niatnya. “Ngapain divaksin kalo ujungnya masih bisa tertular dan malah bisa mendatangkan kematian?” begitu kurleb-nya.

Melihat gelagat nggak baik, CDC akhirnya merilis panduan baru tentang pengujian Kopit bagi warga AS. (https://www.cdc.gov/vaccines/covid-19/health-departments/breakthrough-cases.html)

Apa isinya?

Kasus terobosan yaitu orang yang telah disuntik vaksin lengkap dan kemudian tertular Kopit, nggak akan dihitung sebagai kasus baru dalam statistik, kecuali orang tersebut dirawat di rumkit atau orangnya meninggal dunia.

Nggak cukup sampai disitu. Ambang batas siklus amplifikasi PCR alias CT bagi orang yang dengan status ‘kasus terobosan’ tersebut, juga dikurangi menjadi 28 atau kurang. (https://thecovidblog.com/wp-content/uploads/2021/05/CDC-Breakthrough-Cases-PCR-cycles.pdf)

Ini jelas lucu-lucuan aja sifatnya, karena CDC pakai double standard.

Karena lebih dari 90% kasus Kopit di AS adalah positif palsu mengingat ambang batas siklus putaran (CT) pada PCR yang digunakan melebihi 35. Ya jelas aja kalo hasilnya positif. (https://headlinehealth.com/fauci-fda-who-all-now-admit-false-positive-pcr-tests/)

Dengan kata lain, CDC mau buat akal-akalan statistik, agar orang melihat bahwa program vaksinasi dapat menekan angka penularan Kopit, sehingga proyek Ndoro besar bisa terus dilakukan. (https://thecovidblog.com/2021/02/12/peer-reviewed-manuscript-concludes-that-cdc-massively-inflates-covid-19-case-and-death-numbers-with-creative-statistics/)

Akankah upaya ini berhasil, atau justru mendatangkan kegagalan?

Bau kentut serapat apapun anda menutupnya, lama kelamaan bakal tercium juga, bukan?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


2 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!