Saatnya Balas Jasa


511

Saatnya Balas Jasa

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, sekali-kali bahas politik dalam negeri, dong?” pinta seorang netizen kepada saya.

Seingat saya, itu sudah saya lakukan, walaupun porsinya memang nggak sebanyak politik LN terutama akhir-akhir ini. Namun karena diminta, sekarang saya akan bahas yang agak ringan tentang kondisi perpolitikan dalam negeri.

Baru-baru ini pemerintah lewat menteri BUMN mengangkat Abdi Negara Nurdin atau yang dikenal sebagai Abdee Slank, selaku Komisaris Independen PT. Telkom. (https://money.kompas.com/read/2021/05/30/090000026/apa-alasan-erick-thohir-mengangkat-abdee-slank-jadi-komisaris-telkom?page=all)

Penunjukkan ini menuai pro dan kontra, tentunya.

Yang pro menilai bahwa hadirnya Abdee selaku seniman, akan mampu mendongkrak kinerja Telkom karena dirinya punya track record pada bidang digital. Jadi kalo Telkom saat ini mau melakukan transformasi digital, sosok Abdee dirasa cocok untuk mewakili itu.

“Dengan hadirnya seniman pada jajaran Komisaris, Telkom akan terbantu dalam membuat konten yang dapat dijual ke masyarakat,” begitu kurleb-nya.

Sebaliknya yang kontra, punya keraguan mendasar. Apa kapasitas seorang Abdee kok ditunjuk menjadi seorang Komisaris? (https://nasional.kompas.com/read/2021/05/29/12161901/angkat-abdee-slank-jadi-komisaris-telkom-erick-thohir-dinilai-tak-pahami)

Kasus Abdee bukan yang pertama.

Budiman Sudjatmiko selaku mantan relawan Jokowi juga ditunjuk sebagai Komisaris Independen pada PTPN V, walaupun nggak punya ‘kompetensi’ pada bidang tersebut. (https://bisnis.tempo.co/read/1425727/erick-thohir-tunjuk-budiman-sudjatmiko-jadi-komisaris-independen-ptpn-v)

Atau seorang Irma Suryani Chaniago selaku Komisaris Independen di Pelindo yang notabene-nya adalah pengurus partai Nasdem dan dikenal sebagai relawan Jokowi, namun dinilai nggak paham soal Pelindo. (https://nasional.kompas.com/read/2020/04/22/11494851/pengangkatan-pengurus-nasdem-sebagai-komisaris-pelindo-i-dinilai-tidak-sah?page=all)

Jadi wajar ketika seorang wartawan mempertanyakan hal yang normatif, “Emang BUMN adalah milik nenek moyang Jokowi?” (https://suaramerdeka.id/komisaris-untuk-pendukung-apakah-bumn-milik-nenek-moyang-jokowi/)

Kembali ke laptop.

Lantas kenapa seorang Abdee bisa diberikan posisi prestius di Telkom? Apakah karena politik balas jasa semata?

Sekarang kita lihat track record-nya.

Slank sudah lama jadi pendukung setia Jokowi. Setidaknya pada 2 kali gelaran pilpres.

Pada gelaran pilpres 2014, Slank menjadi pelopor dalam menggelar ‘Konser Salam 2 Jari’ yang diisi oleh para artis dan musisi nasional. Tujuannya 1: mendukung paslon Jokowi-JK. (https://www.tribunnews.com/seleb/2014/07/05/konser-akbar-salam-2-jari-bidik-pemilih-galau)

Bukan itu saja, Slank juga merajut komunitas Revolusi Harmoni yang isinya budayawan dan selebriti, dalam mendukung agenda revolusi mental Jokowi. (https://www.beritasatu.com/nasional/189551/slank-dan-puluhan-artis-gagas-revolusi-harmoni-dukung-jokowijk)

Di gelaran pilpres 2019 silam, Slank juga kasih dukungan kembali ke Jokowi. Puncaknya saat mereka menggagas konser ‘Putih Bersatu’ sebagai dukungan atas paslon Jokowi-Ma’ruf. (https://news.detik.com/berita/d-4509082/slank-hangatkan-panggung-konser-putih-bersatu-nyanyi-hingga-iringi-selawat)

Jadi kalo saat ini Abdee dapat ‘jatah’, ya wajar-wajar saja. Dalam politik ada diktum: ‘Nggak ada makan siang yang gratis, bukan?”

Jika melihat jejak digital yang ditorehkan Slank, ini jelas ironis.

Kenapa?

Publik tahu bahwa grup band tersebut kental dengan aroma kritis terhadap pemerintahan. Slank dikenal sebagai musisi yang mau menyuarakan aspirasi rakyat. Nggak aneh kritik sosial kerap dilontarkan lewat lirik lagu mereka, guna menyindir pemerintah.

Ambil contoh soal KPK.

Saat KPK mulai dilemahkan oleh aksi kriminalisasi anggotanya oleh pihak Kepolisian di tahun 2009 silam, Slank kasih dukungan pada KPK yang diasosiasikan sebagai Cicak. (https://news.detik.com/berita/d-1162769/undang-slank-gerakan-cicak-dideklarasikan-minggu)

Nggak hanya itu, Slank juga rajin mengkritik pemerintah SBY, sampai-sampai dibuat lagi “Where are You Mr. President’ sebagai sarana menyindir Pepo yang saat itu berkuasa. (https://www.tabloidbintang.com/film-tv-musik/kabar/read/13777/lagu-slank-untuk-presiden-ri-dari–where-are-you-mr-president-sampai-we-love-you-mr-president)

Namun sayangnya, idealisme Slank kini bak ditelan bumi.

Saat KPK dirundung masalah dengan hadirnya Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) saat ini, Slank lebih pilih bungkam. Publik jadi bertanya-tanya: ada apa? (https://celebrity.okezone.com/read/2021/05/13/33/2409957/tagar-slankpenipu-trending-di-twitter-kenapa)

Apakah karena ingin dapat ‘jatah’, makanya lebih baik diam agar nggak malah ‘menyudutkan’ pemerintahan Jokowi?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


5 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Tapi mas, dia cuma komisaris independen dan pasti juga nantinya ga bakalan banyak berkutik dalam manajemen. Slank udah ga mungkin kritis lagi terhadap pemerintah karena sudah “mapan”. Biasa memang perbedaan pendapat karena perbedaan pendapatan, dulu anti pemerintah karna idealis belum merasa uang (belum ada pendapatan) sekarang sudah berpedapatan jadi diam2 aja ???

  2. Bang, cerita tentang KPK, Novel dan Firli dong…
    Jadi bisa narik benang antara Slank yg konser di KPK dng situasi skrg setelah TWK. Kalo bisa ya cerita ttg TWK juga

error: Content is protected !!