Pahami Alur Krisis


511

Pahami Alur Krisis

Oleh: Ndaru Anugerah

Lucu juga mendengar status seorang netizen di laman media sosial. “Kalo sakit apapun terus begitu mati dan di test positif Kopit, pasti Kopit yang dijadikan penyebabnya. Tapi kalo ada orang mati gegara di vaksin, maka buru-buru bilang kalo bukan vaksin yang menyebabkan kematian.”

Tapi bukan status netizen itu yang saya mau bahas kali ini. Yang saya mau bahas adalah kelakuan double standard yang dilakukan oleh antek-antek Ndoro besar terhadap apapun yang nggak sesuai dengan narasi mereka.

Contoh kasus, Facebook.

Kita tahu bahwa Facebook adalah salah satu Big Tech yang terkoneksi dengan sang Ndoro besar. (baca disini dan disini)

Saat terjadi krisis di Myanmar, Facebook langsung menutup laman True News yang dibuat oleh tentara Myanmar Tatmadaw. Alasannya klasik, karena isi postingannya dituduh mengeksplotasi kekerasan yang nggak sesuai dengan kebijakan Facebook. (https://www.indopremier.com/newsDetail.php?jdl=Facebook_shuts_down_Myanmar_army__True_News__page&news_id=1508060&group_news=ALLNEWS&taging_subtype=BANGLADESH&name=&search=y_general&q=BANGLADESH,%20&halaman=1)

Pertanyaannya, apa cuma Tatmadaw yang dituding ‘gemar’ melakukan aktivitas kekerasan di Myanmar?

Mungkin anda pernah dengar KNU alias Karen National Union? Itu adalah kelompok bersenjata di Myanmar yang tujuannya mendukung penggulingan rezim militer. Dan KNU telah bertekad untuk mendukung gerakan pengunjuk rasa di Myanmar guna melengserkan rezim.

“Kami bersumpah untuk melindungi keselamatan para pengunjuk rasa di Myanmar,” begitu kurleb-nya. (https://www.bangkokpost.com/world/2069835/knu-vows-protection-for-karen-protesting-myanmar-coup)

Yang namanya kelompok bersenjata, apa mungkin gerakan yang diusungnya pakai cara damai? Ya sudah pasti bedil yang dijadikan menu andalan.

Tapi anehnya, kenapa media mainstream sang Ndoro nggak pernah menurunkan kekerasan yang telah dibuat KNU? Apa karena ada keterlibatan NED didalamnya, makanya mereka kompakan untuk bungkam? (https://www.ned.org/region/asia/burma-2018/)

Atau mungkin ada jejak George Soros didalamnya? (https://www.opensocietyfoundations.org/newsroom/the-open-society-foundations-in-myanmar)

Kenapa juga Facebook tidak men-take down laman KNU di media sosial milik mereka, karena suka mengumbar kekerasan? (https://www.facebook.com/karennationalunion/)

Atau contoh kasus lainnya, saat demonstran turun ke jalan untuk menuntut turunnya rezim di Myanmar, maka media mainstream langsung klaim itu adalah suara demokrasi.

Namun kalo tentara Tatmadaw yang nggak sejalan dengan garis sang Ndoro besar sedikit ‘main kasar’, langsung rame-rame dituding anti-demokrasi dan melanggar HAM.

Standar ganda, bukan?

Dan ini tidak hanya terjadi di Myanmar, tapi di banyak negara lainnya, mulai dari Suriah, Ukraina, Bolivia, Venezuela, Rusia, hingga Hong Kong.

Anda jangan kaget, karena memang begitu permainannya. Harapannya, media mainstream memberi tekanan kepada PBB untuk ambil tindakan terhadap Myanmar dan kekuasaan bisa dikembalikan kepada Aung San Suu Kyi. Hepi ending deh…

Sementara itu, pihak Tatmadaw nggak punya akses untuk kasih klarifikasi berita yang telah beredar, karena semuanya telah dimanipulasi oleh media mainstream. Lantas darimana anda dapat informasi pembanding?

Memang apa sih rencana besar dibalik konflik yang ada di Myanmar?

Yang pertamanya tentunya perubahan rezim. Selanjutnya ketidakstabilan ini diharapkan akan melebar ke kawasan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Kalo sudah begini, siapa yang dirugikan kalo bukan China?

Semua negara yang awalnya bersikap baik kepada negara Tirai Bambu tersebut, bukan nggak mungkin akan berbalik melawannya dipicu oleh adanya perubahan rezim.

Dan Tatmadaw cukup jeli melihat potensi ini.

Agar konflik nggak meluas, maka yang dilakukan adalah menyetop aliran dananya.

Salah satu lembaga yang paling getol menggelontorkan dana bagi para pelaku revolusi warna di Myanmar adalah George Soros lewat Yayasan Open Society-nya.

Nggak heran kalo kemudian rezim Tatmadaw langsung menahan anggota Open Society Myanmar (OSM) dan juga membekukan aliran dananya. (https://www.reuters.com/article/us-myanmar-politics-soros-response-idUSKBN2B82VZ)

Pertanyaannya: kalo dana buat gelar ‘revolusi warna’ dihentikan, lantas apa bisa demonstrasi dan kelompok bersenjata sekelas KNU beroperasi?

Sungguh cerdas langkah yang dibuat.

Tahu skenario-nya terkuak, maka sang Ndoro ibarat kadal yang ketiban badak. Langung mejret. “Bebaskan karyawan OSM yang ditawan rezim Tatmidaw’, kurleb begitu jeritan putus asanya.

Dan ini sudah sesuai dengan prediksi yang saya buat bahwa nggak semudah itu sang Ndoro besar bisa ‘bermain’ di negara tersebut. Dan prediksi saya benar lagi, bukan? (baca disini dan disini)

Makin seru melihat aksi tengik sang Ndoro besar pada negara kecil sekelas Myanmar. Kebayang nggak, sudah gelontorin banyak dana, tapi rezim nggak juga tumbang.

Rugi bandar, Bambang…

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!