Sindrom Stockholm


510

Sindrom Stockholm

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, dalam waktu dekat apa yang bakal terjadi?” tanya seorang netizen kepada saya.

Green Passport, jawabannya.

Maksudnya gimana?

Anda bayangkan orang yang mulai dibuat takut, kemudian berbondong-bondong minta untuk divaksin agar dapat hidup normal seperti sediakala. Saat itulah, yang namanya skema Green Passport bakal diluncurkan, secara khusus bagi yang sudah mendapatkan vaksinasi. (baca disini)

Proses ini bisa berjalan dengan baik karena hadirnya sindrom Stockholm, dimana orang terlalu percaya, terlalu bodoh dan terlalu takut untuk mempertanyakan otoritas yang ada tentang apa yang sebenarnya terjadi, sebaliknya peran propaganda oleh media mainstream, sukses dimainkan.

Setelah ini akan ada fase sementara dimana orang bisa beraktivitas dengan ‘normal’. Syaratnya harus sudah disuntik vaksin. (http://web.archive.org/web/20210311173039/https:/edition.cnn.com/2021/03/05/health/cdc-vaccinated-covid-19-guidelines-wait/index.html)

Tapi anda jangan senang dulu, mengingat peristiwa ‘yang jauh lebih besar’ sudah menunggu di depan, berbekal sindrom Stockholm yang anda miliki saat ini.

Setidaknya green passport (GP) sudah diimplementasikan di Israel sana, dimana orang yang sudah divaksin boleh mengunjungi tempat kebugaran, hotel dan juga fitness center. (https://www.thenationalnews.com/mena/covid-passport-vaccinated-israelis-get-green-pass-to-normal-life-1.1172544#5)

Perlu diingat, bahwa jika warga melanggar skema GP, maka semua yang telah dibuka, akan dikembalikan statusnya seperti sebelum vaksinasi alias ditutup sana-sini. Itu yang ngomong Menkes Israel, Yuli Edelstein lho ya?

Lantas bagaimana dengan mereka yang menolak vaksinasi?

Edelstein menegaskan, “Siapapun yang tidak diivaksinasi hanya boleh pergi ke supermarket dan apotek, sementara yang sudah divaksin boleh pergi ke stadium dan tempat nge-gym.” (https://www.timesofisrael.com/government-plans-to-punish-businesses-that-serve-unvaccinated-customers-report/)

Artinya akan ada kelas dalam masyarakat, kelas yang sudah divaksin dan kelas yang menolak vaksin. Mirip-mirip dengan status apartheid yang pernah ada di Afrika Selatan. Dan yang membedakan itu adalah benda yang bernama ‘gelang kebebasan’. (https://youtu.be/qgd_mVbZBcU)

Anda perlu tahu, bahwa gelang kebebasan tersebut alat pelacak yang dapat mengetahui keberadaan anda dimanapun selama anda memakainya. Pengembangnya adalah SuperCom yang punya spesialisasi untuk pelacakan kontak. (https://www.biometricupdate.com/202102/supercom-secures-7m-to-address-biometric-offender-monitoring-cybersecurity-demand)

Apakah GP berlaku permanen atau selamanya?

Nggak juga karena itu hanya berlaku selama 6 bulan. Untuk memperpanjangnya anda harus mau divaksinasi setiap tahunnya. Kalo nggak, GP nggak bisa anda peroleh. (https://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/297683)

“Tapi kan Bang, itu hanya berlaku di Israel saja?”

Perasaan saya pernah bahas ini deh? Coba anda lihat lagi. (baca disini)

Itu akan dipakai di seluruh dunia, karena memang begitu skenarionya. Setidaknya Inggris dan negara-negara Eropa telah mempertimbangkan untuk menggunakan skema GP. (https://time.com/5944165/vaccine-passports-europe/)

India juga telah melakukan GP dengan versi sertifikat kode QR. (https://www.hindustantimes.com/cities/others/got-covid-19-vaccine-you-ll-get-qr-code-certificate-on-phone-101610479579084.html)

Bahkan di AS, mereka juga akan meluncurkan GP versi mereka yang dinamakan Excelsior Pass yang dikembangkan oleh IBM. (https://www.governor.ny.gov/news/governor-cuomo-announces-pilot-program-testing-excelsior-pass-madison-square-garden-and)

Bisa dikatakan, walaupun dengan format yang berbeda-beda di tiap negara, tetapi pada esensinya ya sama saja: Green Passport. Dengan itu, anda bisa beraktivitas ‘normal’ namun hanya sementara saja. Itu yang harus anda pahami. Jangan terlalu gembira dulu gegara sudah divaksin.

Kalo anda jeli, maka semua perusahaan aplikator GP tersebut akan terkoneksi dengan World Economic Forum yang kerap mendengungkan transformasi masyarakat digital serta tata kelola global. (https://www.youtube.com/watch?v=uPYx12xJFUQ)

Kok bisa begitu?

Ya karena The Great Reset memang itulah agenda sesungguhnya dari sang Ndoro besar, dimana akan ada kontrol ketat atas semua kehidupan manusia di bawah ‘penindasan’ teknologi digital. (baca disini, disini dan disini)

Dan Green Passport adalah salah satunya.

Jadi buat anda yang keukeuh untuk tetap menolak vaksinasi, silakan tanggung konsekuensi yang bakal anda terima. Warga kelas dua adalah status yang akan anda sandang, nantinya.

Setidaknya saya sudah kasih tahu. Jadi jangan lagi anda terkaget-kaget kalo ini kemudian menjadi kenyataan.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


2 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!