Mengapa Orang Percaya Propaganda (*Bagian 1)


537

Mengapa Orang Percaya Propaganda (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

Kenapa begitu banyak orang ketakutan saat pandemi berlangsung? Kenapa orang membiarkan dirinya berada dalam ketakutan? Siapa yang menjadi penyebar ketakutan? Bagaimana proses ketakutan tersebut berlangsung?

Itu adalah sebagian dari begitu banyak pertanyaan yang kerap dipertanyakan kepada saya. Pada kesempatan ini saya mencoba untuk membahasnya, dengan harapan anda jadi paham masalahnya dan nggak ketakutan menanggapi situasi yang tak menentu seperti saat ini.

Anda kenal dengan Carl Sagan?

Dia adalah seorang saintis berkebangsaan AS.

Di tahun 1995 Sagan menulis buku yang berjudul The Demon Haunted World. Pada bukunya tersebut Sagan menulis, “Suatu ketika akan ada kekuatan teknologi yang luar biasa yang berada dalam kontrol segelintir orang, dan tak seorang-pun tahu masalah tersebut.”

Berikutnya Sagan menambahkan, “Saat itu orang mulai kehilangan kemampuan untuk mempertanyakan apa yang sesungguhnya terjadi dan mulai memanjakan diri dengan apa enak didengar dan apa yang benar sesuai dengan skenario yang sedang dimainkan.”

“Itu adalah proses pembodohan. Dan jawaban atas masalah ini adalah orang harus mulai belajar terutama tentang sesuatu yang tidak dia inginkan untuk dipelajari sekalipun, untuk tahu jawaban sesungguhnya,” kurleb demikian ungkap Sagan. (http://www.metaphysicspirit.com/books/The%2520Demon-Haunted%2520World.pdf)

Situasi yang digambarkan Sagan pada dua dekade silam masih sangat relevan dengan kondisi saat ini, bukan?

Lihat aja, orang cenderung ‘menelan informasi yang disajikan’ media mainstream tanpa ‘mengunyahnya’ terlebih dahulu. Aliasnya apa yang disajikan media mainstream adalah benar dan amin. Lantas dimana daya berpikir kritis mereka?

Jawaban atas pertanyaan tersebut sederhana.

Karena media mainstream telah membombardir orang-orang dengan informasi yang tentu saja sesuai dengan pesanan ‘pemilik’ media tersebut. Jangan heran kalo akhirnya orang cenderung menerima apa yang ‘diperintahkan’ kepada mereka tanpa kemampuan untuk mengkritisi apa yang sesungguhnya terjadi.

Secara singkat, Carl Sagan berbicara tentang satu kata: PROPAGANDA.

Memangnya propaganda itu apa?

Propaganda adalah usaha yang disengaja dan dilakukan secara sistematis dengan menggunakan segala cara untuk memanipulasi orang-orang agar mereka percaya dan diharapkan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang tidak benar.

Jadi propaganda dilakukan dengan sengaja secara sistematis, tentunya untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Apa tujuan media mainstream menyebarkan berita tentang Kopit setiap harinya kepada kita? Bukankah untuk memanipulasi pikiran kita? Dan tujuan akhirnya sudah terlihat, bukan?

Lalu bagaimana cara-cara yang dilakukan untuk menyebarkan propaganda?

Bisa melalui banyak saluran seperti sistem pendidikan yaitu alih-alih menyebarkan ‘pengetahuan’ kepada peserta didik, bisa dengan industri hiburan, video game, musik, hingga sastra. Namun yang paling banyak adalah media korporat alias media mainstream.

Semuanya punya satu tujuan utama, yaitu menanamkan dan memperkuat rasa takut serta membentuk keyakinan dan perilaku yang ‘diharapkan’. Pada tataran teknis inidividu akan merespons secara patuh.

Kalo anda tahu istilah False Flag alias serangan bendera palsu, itu adalah salah satu contoh propaganda, dimana pemerintah melakukan teror terhadap warganya sendiri, dan kemudian menyalahkan musuh yang ‘diciptakan’ sebagai pembenaran atas tindakan politik yang akan dilakukannya.

Peristiwa 9/11 adalah salah satu contoh false flag yang pernah digelar oleh pemerintah AS. Alih-alih memberantas terorisme, maka alasan untuk menginvasi Afghanistan dan Irak jadi punya pembenaran. (baca disini dan disini)

Sebaliknya kalo anda mempersoalkan ikhwal serangan bendera palsu tersebut, maka anda akan mendapat julukan baru yaitu: teori konspirasi.

Begitu pola yang dimainkan, sehingga nggak ada yang berani mempertanyakan alasan kritis kenapa sebuah peristiwa dapat terjadi.

Sekarang mari kita gali lebih dalam tentang apa itu propaganda dan mengapa kok orang mudah percaya pada propaganda tersebut?

Anda perlu buka buku karangan Edward L Bernays yang merupakan keponakan pakar psikoanalisis dunia, Sigmund Freud.

Bernays pernah menulis karya agung yang berjudul ‘Propaganda’ di tahun 1928. Buku inilah yang kelak jadi rujukan seorang Joseph Goebbels selaku Menteri Propaganda Nazi dari tahun 1933-1945 dalam membuat kebijakan dalam memanipulasi pikiran rakyat Jerman.

Memang apa isi buku tersebut dan bagaimana relevansinya dengan propaganda yang disebar saat ini?

Saya akan mengulasnya pada bagian kedua nanti.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!