Skenario Perang Melawan Terorisme (*Bagian 2)


538

Skenario Perang Melawan Terorisme (*Bagian 2)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada bagian pertama, saya telah mengulas tentang bagaimana skenario GWOT disusun oleh AS sebagai landasan pembenaran dalam melancarkan perang melawan teror. (baca disini)

Sebenarnya perang melawan teror hanya kedok belaka. Tujuan utamanya adalah untuk menguasai wilayah Eurasia dan Balkan yang sangat kaya akan sumber migas dan SDA berharga lainnya. Dan negara-negara di kawasan tersebut langsung dituding sebagai sponsor terorisme, manakala nggak bisa diatur oleh rezim Washington.

Manakala terjadi masalah, agresi militer-lah yang akhirnya dijalankan.

Untuk berperang kan butuh serdadu. Gimana cara termudah untuk menghimpun orang untuk mau bergabung ke dinas kemiliteran?

Disini pemerintah AS menggunakan buku pedoman perang yang ditulis oleh Hermann Goering selaku petinggi di Nazi Jerman.

“Secara alami, orang nggak mau berperang. Tapi pemimpin negara bisa mendorongnya lewat kebijakan yang akhirnya menyeret mereka. Yang harus anda lakukan adalah memberi tahu mereka bahwa mereka sedang diserang, sehingga dapat membangkitkan semangat patriotisme semu dalam diri mereka. Cara ini sangat efekif dan bisa berlaku dimanapun,” ungkap Goering. (http://www.mit.edu/people/fuller/peace/war_goering.html)

Dan cara tersebut lumayan efektif. Rakyat AS yang tadinya gak butuh perang jadi balik badan 180 derajat. Berbondong-bondong para pemuda di AS mendaftarkan dirinya ke dinas kemiliteran selepas peristiwa 9/11, berbekal alasan patriotisme sempit. (https://www.seattletimes.com/nation-world/9-11-inspired-many-young-americans-to-enlist-in-military/)

Lalu, apakah sebenarnya Al-Qaeda itu?

Al Qaeda sebenarnya merupakan sebuah database tentara bayaran yang dilatih dan didanai oleh Pentagon dan CIA sejak era Perang Dingin dulu. Cuma saat itu namanya bukanlah Al Qaeda, tapi Mujahidin alias Taliban. (http://www.infowars.com/al-qaeda-100-pentagon-run/)

Pernah dengar Operasi Siklon? Itu adalah kode operasi intelijen di tahun 1979 yang dibesut oleh AS dalam rangka membentuk senjata rahasia saat perang di Afghanistan. Apa senjata rahasia yang dimaksud? Tak lain adalah Taliban yang digunakan dalam melawan komunis Soviet di Afghanistan. (http://en.wikipedia.org/wiki/Operation_Cyclone)

Terus siapa OBL sesungguhnya?

Keluarga Bush dan Bin Laden keduanya berinvestasi dalam Carlyle Group yang merupakan salah satu kontraktor pertahanan terbesar di dunia, yang tentu saja banjir order setelah peristiwa 9/11 dengan GWOT yang diusung oleh presiden Bush. (https://bedrosian.usc.edu/9-11-truth/)

Adalah fakta bahwa pada pagi hari di 9/11, presiden Bush menghadiri pertemuan Carlyle Group yang juga dihadiri oleh saudara OBL yang bernama Shafig bin Laden. (http://www.historycommons.org/entity.jsp?entity=carlyle_group)

Logikanya, apa mungkin keluarga OBL yang punya kedekatan sekaligus jadi rekanan bisnis presiden Bush, merupakan dedengkot terorisme yang paling dicari AS karena merupakan dalang dibalik peristiwa 9/11?

Silakan jawab sendiri.

Tentang Al-Qaeda, Sibel Edmonds selaku agen FBI juga buka suara. “OBL, Al Qaeda dan Taliban semuanya bekerja untuk dan dengan CIA hingga peristiwa 9/11. Karenanya pemerintah sebenarnya telah mengetahui rencana serangan tersebut sejak April 2001.” (http://www.prisonplanet.com/bombshell-bin-laden-worked-for-us-until-911.html)

Akibat dari pernyataannya tersebut, Sibel Edmonds akhirnya didepak dari pekerjaannya.

Dengan kata lain, Al-Qaeda itu sebenarnya nggak benar-benar ada. Itu hanya skenario yang coba dimunculkan agar AS punya basis legitimasi untuk menjadi polisi dunia, alih-alih melancarkan perang melawan terorisme.

Nggak aneh kalo Bush terus menolak untuk menghadap Komisi 9/11 dan juga menolak untuk bersaksi dibawah sumpah atas apa yang sesungguhnya terjadi dengan peristiwa serangan teroris abal-abal tersebut. (http://www.counterpunch.org/vest03312004.html)

Kenapa? Ya karena nggak mau skenario-nya terbongkar.

John Farmer (selaku Penasihat Senior Komisi 9/11) setidaknya mengamini hal tersebut dengan menyatakan bahwa pemerintah setuju untuk TIDAK MENGATAKAN YANG SEBENARNYA TENTANG 9/11. (http://www.prisonplanet.com/911-commission-counsel-government-agreed-to-lie-about-911.html)

John Farmer nggak sendirian. Senator Max Cleland yang juga anggota Komisi 9/11 juga menyatakan hal serupa. “9/11 adalah skandal nasional dimana Gedung Putih berupaya keras untuk menutupinya.” (http://www.pbs.org/now/transcript/transcript_cleland.html)

Setifdaknya, berdasarkan operasi bendera palsu 9/11, AS meraup banyak keuntungan.

Pertama, UU Patriot berhasil disahkan. Dengan adanya UU tersebut, maka AS mempunyai hak untuk melakukan penyadapan, penahanan dan melakukan penyiksaan atau bahkan pembunuhan, kepada semua pihak (termasuk negara), yang diduga menjadi sponsor terorisme. (https://www.justice.gov/archive/ll/highlights.htm)

Bahkan Prof. Cass Sunstein selaku administrator informasi dan regulasi (OIRA) Gedung Putih mengatakan, “Siapapun yang meragukan kebenaran informasi tentang 9/11 versi pemerintah, maka akan dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional.” (https://www.cato.org/publications/policy-analysis/why-government-should-not-regulate-content-moderation-social-media)

Kedua, 9/11 berfungsi sebagai pembenaran untuk menginvasi Afghanistan yang sebenarnya merupakan salah satu negara penghasil opium terbesar di dunia. CIA adalah pihak yang paling diuntungkan dengan perdagangan opium dari negara tersebut, sebagai sumber pendanaan operasi rahasianya di dunia. (https://www.nytimes.com/2009/10/28/world/asia/28intel.html)

Lucu juga kok bisa AS menyerang Afghanistan yang dituding sebagai sponsor terorisme?

Kenapa?

Lha wong 92% warga Afghanistan aja nggak tahu menahu tentang peristiwa 9/11. “Kami bahkan belum pernah dengar tentang peristiwa tersebut.” Kalo dengar aja belum pernah, gimana bisa dituding sebagai dalang terorisme? (http://www.rawstory.com/rs/2010/11/19/think-tank-afghans-dont-know-911/)

Dan ketiga, 9/11 berfungsi sebagai pembenaran untuk invasi AS ke Irak, dimana British Petroleum dan Halliburton (perusahaan yang dimiliki elite global) sukses meraup untung besar atas invasi tersebut, walaupun jutaan warga Irak (yang nggak tahu apa-apa) akhirnya terbunuh karena serangan pasukan AS. (http://www.dailymail.co.uk/news/article-1378428/Iraq-war-documents-reveal-talks-Government-oil-giants-BP-invasion.html)

Jadi isu terorisme sama halnya dengan isu HAM dan Demokratisasi yang kerap didengung-dengungkan AS, yang tak lain adalah senjata strategis dalam menghantam siapapun yang kerap menghalangi kepentingan mereka.

Mirip-mirip dengan isu komunisme yang kerap digadang-gadang sebagai lawan abadi bagi para proxy-nya di seluruh dunia.

Kan jadi ngakak. Mereka yang mendanai, mereka juga yang punya niatan untuk membasminya. Mungkin nggak sih, kue klepon?

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)

 

 

 

 

 

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!