Kelompok Pendorong (*Bagian 1)


524

Kelompok Pendorong (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pernah nggak anda memperhatikan kalo mayoritas mobil yang berkeliaran di jalanan berwarna gelap (hitam atau abu-abu)?

Pertanyaannya: kenapa bisa sebagian besar memilih warna-warna tersebut, nggak peduli di Asia, Amerika, Eropa maupun di Afrika sekalipun? (https://www.maisonvalentina.net/en/inspiration-and-ideas/trends-2/colors/black-new-favorite-color-millennials)

Bahkan belakangan, nggak cuma mobil, sebab peralatan rumah tangga, restauran hingga stereo set, semua juga berwarna hitam. Dan makin banyak lagi orang memakai warna hitam sebagai outfit of the day. Sedemikian hingga, si Ariel sang Little Mermaid-pun juga kini berkulit ‘eksotik’ (hitam).

Apakah trend yang terjadi saat ini dengan menjadikan hitam sebagai preferensi warna, terjadi hanya kebetulan atau justru terjadi by design?

Untuk menjawabnya, anda perlu tahu Tavistock Institute of Human Relations (TIHR) yang berlokasi di Sussex, Inggris.

Berdasarkan tag-nya, TIHR merupakan Non-Governmental Organization alias LSM yang menerapkan ilmu sosial untuk mengatasi isu-isu kontemporer dan juga masalah yang ada di masyakarat. (https://en.wikipedia.org/wiki/Tavistock_Institute)

Pada tataran operasional, LSM ini nggak bekerja sendiri. Di AS sana mereka punya rekanan yang bernama Badan Proyek Penelitian Lanjutan Pertahanan (DARPA), yang nggak lain adalah Balitbang bagi Departemen Pertahanan AS. (https://tabublog.com/2018/02/11/tavistock-institute-for-mind-control/)

Kalo kedua lembaga berkolaborasi, apakah anda yakin LSM sekelas TIHR hanya mengurusi isu-isu kontemporer yang ada di masyarakat semata, tanpa ada udang dibalik bakwan?

Saran saya, silakan anda membaca buku Tavistock Institute: Social Engineering of the Masses karya Daniel Estulin. Ini saya sertakan link ebook-nya. (https://archive.org/details/tavistock-institute-social-engineering-the-masses/mode/2up?view=theater)

“Pada hakikatnya, TIHR merupakan pusat kegiatan cuci otak massal dan rekayasa sosial di dunia, yang mampu mengubah paradigma masyarakat modern dengan cara memanipulasi opini massa lewat ketakutan diikuti dengan sikap penyerahan,” begitu ungkap Estulin.

Bukankah orang yang penakut jauh lebih mudah tunduk pada otoritas ketimbang mereka yang nggak mudah ditakut-takuti?

Estulin menyatakan bahwa TIHR mencoba menggiring opini publik agar mereka punya pola pikir yang sama. Dan kalo TIHR punya pendapat bahwa jelek itu cantik dan cantik itu jelek, anda nggak bisa menolak anggapan itu.

Celana robek-robek dengan harga yang lebih mahal (dari celana bagus) yang menyebabkan orang lebih bangga untuk memakainya, mungkin adalah salah satu contoh proses penggiringan opini ini. Ini bukan korban mode semata.

Tujuannya satu: agar orang punya pemikiran yang sama.

Padahal kalo mereka sadar, para gembel dan gelandangan yang ada di kota-kota besar, juga berpakaian serba gelap dengan celana robek-robek seperti yang mereka kenakan? Dengan harga yang selangit juga.

Bagaimana ini bisa terjadi?

Sadarkah anda, jika fluoride yang kita gunakan sehari-hari yang ‘katanya’ untuk melindungi gigi agar nggak lubang, nyatanya merupakan bahan kimia yang mampu mematikan kelenjar pineal yang anda miliki? (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30647513/)

Asal tahu saja bahwa kelenjar pineal merupakan kelenjar yang ada di pusat otak yang fungsinya mengatur persepsi terang-gelap, dengan menciptakan N-acetylserotonin dan melatonin. Kalo anda bisa punya siklus bangun dan tidur, kelenjar pineal-lah yang sebenarnya pegang peranan.

Selain itu, kelenjar pineal adalah kunci untuk kepekaan dan indera seseorang. Saat kelenjar pineal dilemahkan, maka otomatis panca indera dan kepekaan seseorang juga akan dilemahkan.

Jadi jangan anda pikir bahwa ini terjadi secara kebetulan, karena memang ada grand design-nya. TIHR adalah salah satu lembaga yang bertugas memanipulasi opini publik ini.

Selain fluoride, chemtrail merupakan bahan kimia lain (yang berisi partikel logam berat) yang sengaja digunakan untuk merontokkan daya tubuh manusia dengan penggunaan bahasa ilmiah geoengineering alias rekayasa cuaca. (baca disini)

Sebenarnya masih banyak penggunaan bahan kimia lainnya, yang bertujuan untuk melemahkan atau malah merusak sistem kerja kelenjar dan hormon yang ada di tubuh kita. EDC (Endocrine Disrupting Chemicals) adalah salah satunya. Saya pernah bahas tentang ini. (baca disini)

Dengan penggunaan bahan-bahan kimia tersebut, maka secara nggak langsung orang akan mudah dimanupulasi pikirannya, utamanya dengan penggunaan instrumen propaganda yang sengaja dirancang untuk menebar ketakutan.

“Ketakutan adalah alat untuk mengendalikan pikiran sekaligus proses geoengineering sosial yang paling efektif,” ungkap Estulin.

Ini yang bisa menjelaskan kenapa masyarakat global sangat gampang direkayasa pikirannya, utamanya saat plandemi Kopit digelar. Terima atau tidak, ini karena adanya pengaruh zat-zat kimia yang mereka konsumsi sehari-hari yang membuat mereka patuh atas perintah yang diberikan selain menebar rasa takut lewat media.

Lihatlah bagaimana proses penguburan massal sengaja ditunda-tunda bagi mereka yang dinyatakan mati gegara Kopit.

Lihatlah bagaimana orang yang mati bergelimpangan di jalanan akibat terkena Kopit.

Itu semua fabrikasi ketakutan yang sengaja diekpos secara besar-besaran untuk membuat anda takut dan patuh.

Sehingga, saat disuruh jaga jarak, anda langsung ikutin.

Disuruh cek suhu tubuh saat memasuki pusat perbelanjaan, langsung diikutin.

Bahkan disuruh pakai masker secara eksesif, ini-pun mereka lakukan tanpa banyak tanya. Padahal yang namanya Kopit seperti apa bentuknya dan ada atau nggak-nya, mereka nggak betul-betul paham soal ini.

Tapi itu semua nggak diperlukan. Yang terpenting sifat patuh. Asal disuruh apapun yang penting diikutin dan selesai masalah. Titik.

Bahkan sekarangpun, saat plandemi sudah dinyatakan ‘berakhir’, rasa takut itu nggak kunjung beranjak dari pikiran mereka.

Gampang ngecek-nya.

Coba perhatikan bagaimana orang-orang dengan tertib tetap memakai masker saat bersekolah ataupun saat beribadah, meskipun di luaran sana, orang tidak lagi memakainya. (https://www.nytimes.com/2022/03/17/well/family/teenage-student-mask-anxiety.html)

Kenapa ini bisa terjadi?

Karena perpaduan zat kimia dan propaganda ketakutan yang diberikan secara simultan. Dan TIHR adalah salah satu sumber dari rekayasa sosial ini.

Pada bagian kedua tulisan kita akan bahas bagaimana TIHR merekayasa pikiran publik global dengan program-program sosial yang kita pahami sebagai ‘kewajaran’.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!