Kisah yang Tak Lekang oleh Waktu


525

Kisah yang Tak Lekang oleh Waktu

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, kenapa nggak sekali aja mengulas soal percintaan?” tanya seorang netizen.

Ada-ada saja pertanyaannya. Yang namanya analis, tentu kerjanya menganalisa apapun yang berkaitan dengan bidangnya. Karena bidang saya geopolitik, maka yang saya amati tiap harinya adalah soal peta perpolitikan global.

Jadi kalo ditanya soal percintaan, sepertinya salah orang deh, karena saya bukan ahli di bidang itu. Mungkin kalo cupid itu real, bisa tanya ke dia kali ya?

Gini deh, demi memuaskan permintaan pembaca, saya akan out of context kali ini. Saya coba kasih ulasan tentang cinta, walaupun ini bukan bulan Februari.

Anda pernah dengar Turandot?

Kalo anda penggila opera klasik karya Giacomo Puccini, pasti anda kenal dengan sosok Turandot. (http://www.classicalnotes.net/opera/turandot.html)

Secara umum, Turandot adalah nama Persia yang berarti Putri Turan. Turan sendiri adalah wilayah di Asia Tengah, yang dulunya merupakan bagian dari Kekaisaran Persia.

Turandot sendiri yang merupakan putri Kaisar Althoum, adalah sosok putri yang cantik jelita. Keelokan parasnya mengundang decak kagum orang yang melihatnya. Tak heran jika banyak pangeran yang mencoba mempersunting dirinya.

Tapi ada satu kendalanya, mengingat Turandot adalah wanita yang ‘dingin’ terhadap pria.

Namun suatu ketika, Turandot memutuskan untuk menikah dengan lelaki dambaan hati, dengan 2 syarat. Pertama dia adalah sosok berdarah bangsawan dan kedua dia mampu menjawab tiga teka-teki yang diberikan.

“Jika satu saja teka-teki tersebut tidak dijawab, maka kepala anda yang jadi taruhannya,” demikian ungkap Turandot.

Banyak sudah yang mencoba untuk memenuhi keingingan Turandot, namun sebanyak itu juga kepala para pangeran terlepas dari raganya.

Suatu ketika, ada seorang pangeran yang bernama Calaf, yang hidup dalam pengasingan. Demi merahasiakan jati dirinya, Calaf mengaku sebagai pangeran yang tak dikenal.

Layaknya pria normal lainnya, Calaf juga terpesona dengan kecantikan Turandot dan berniat mempersunting dirinya. Para pengawalnya telah memperingatkan dirinya akan syarat sulit yang dilontarkan Turandot, namun semua saran itu hanya dianggap sebagai angin lalu bagi Calaf yang sudah gelap mata.

Jadi 2 kemungkinannya: pernikahan atau malah pemakaman.

Sebelum menjawab tiga pertanyaan yang diajukan, Calaf kembali ditanya oleh Turandot untuk mengurungkan niatnya. Toh, sekali lagi Calaf tetap pada pendiriannya semula.

Pertanyaan pertama-pun diajukan. “Apa yang lahir setiap malam dan mati saat fajar menyingsing?”

Tanpa ragu Calaf menjawab, “Harapan.”

Sedikit terkejut karena jawabannya benar, Turandot melanjutkan pertanyaan keduanya. “Apa yang menghangatkan seperti nyala api, namun bukan nyala api?”

Sekali lagi Calaf menjawab dengan sempurna, “Darah.”

Terlihat terguncang dengan kemampuan Calaf dalam menjawab, Turandot mengajukan pertanyaan terakhirnya, “Es yang mampu memberi kamu api, apakah itu?”

Calaf sejenak berpikir, kemudian bersuara lantang, “Turandot.”

Merasa bahwa syarat yang telah diberikan telah terpenuhi oleh Calaf, lagi-lagi Turandot yang beku hatinya meminta kepada kaisar untuk tidak dinikahkan dengan Calaf. “Putri mana yang mau menikah dengan pangeran tak dikenal?” ujarnya.

Melihat dirinya ‘ditampik’ oleh Turandot, Calaf kemudian berkata, “Jika sebelum pagi anda dapat menemukan nama saya yang sebenarnya, saya rela kehilangan hidup saya.”

Merasa mendapat angin, Turandot kemudian cari akal agar dirinya mampu menjawab pertanyaan yang diajukan Calaf. Termasuk dalam mengintimidasi para pengawal Calaf.

Namun apa daya, para pengawal setia nggak mau mengungkapkan jati diri Calaf dihadapan Turandot, meskipun nyawa mereka yang jadi taruhannya.

Melihat kelakuan Turandot yang menghalalkan segala cara agar keinginannya terwujud, maka menangislah Calaf. Dihadapan Turandot, Calaf lantas mengungkapkan jati dirinya. Dengan demikian Calaf menyerahkan hidupnya di tangan Turandot.

Karena sudah mendengar langsung dari Calaf, konsekuensinya Calaf harus menanggung hukuman mati karena jati dirinya telah terbongkar.

Saat terompet dibunyikan tanda pagi telah menjelang, kini giliran Turandot untuk mengungkapkan di depan publik tentang siapa nama pangeran tak dikenal yang sebenarnya.

Dihadapan kaisar Turandot kemudian bilang, “Saya telah menemukan nama orang asing ini, dan dia adalah Cinta.”

Semoga apa yang saya ceritakan dapat menjawab kerinduan anda. Maafkan kalo saya nggak jago menulis cerpen dan terpaksa keluar jalur kali ini.

Salam Penuh Cinta!!


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!