Ini Dia Dampaknya
Oleh: Ndaru Anugerah
Apakah vaksin Kopit nggak membawa dampak apa-apa pada yang menerimanya?
Tentang ini saya pernah ulas, bahkan jauh sebelum vaksin ditemukan. (baca disini dan disini)
Lantas apa temuan di lapangan berkaitan dengan program enjus global tersebut?
Ada seorang wanita manula berusia 64 tahun di AS sana, yang terkena gangguan daya ingat, perubahan perilaku, sakit kepala hingga gangguan dalam berjalan, seminggu setelah mendapatkan dosis kedua vaksin Kopit besutan Pfizer.
Belakangan gangguan ini dikenal dengan istilah Creutzfeldt-Jacob Disease alias penyakit Creutzfeldt-Jacob. Seperti penyakit prion lainnya, maka CJD menyerang sistem syaraf yang berada di otak. (https://scholarlycommons.hcahealthcare.com/cgi/viewcontent.cgi?article=1307&context=internal-medicine)
Dan belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit yang memberikan gangguan psikologis dan neurologis ini. Jadi, kalo anda terkena penyakit CJD, hanya berdoa yang bisa anda lakukan. (https://scivisionpub.com/pdfs/covid19-vaccine-associated-parkinsons-disease-a-prion-disease-signal-in-the-uk-yellow-card-adverse-event-database-1746.pdf)
Menariknya, ada beberapa kasus serupa yang berkaitan dengan penyakit CJD yang terjadi nggak lama setelah vaksinasi Kopit dilakukan.
“Kok makin banyak saja penderita CJD?” begitu kurleb-nya.
Dalam menanggapi masalah ini, sejumlah ilmuwan meneliti ada tidaknya kaitan antara vaksin Kopit dan penyakit CJD.
Hasilnya cukup mengejutkan, karena ada kaitan erat antara penyakit prion yang bersifat fatal dan nggak bisa disembuhkan dengan vaksinasi Kopit. (https://www.theepochtimes.com/studies-link-incurable-prion-disease-with-covid-19-vaccine_4511204.html)
Bagaimana ini bisa terjadi?
Para peneliti menyatakan bahwa wilayah prion dari protein lonjakan (spike protein) yang ada pada varian Kopit yang dimasukkan ke dalam vaksin berjenis mRNA ataupun adenovirus, inilah yang dapat memicu penyakit gangguan syaraf di otak pada seseorang. (https://www.researchgate.net/publication/358661859_Towards_the_emergence_of_a_new_form_of_the_neurodegenerative_Creutzfeldt-Jakob_disease_Twenty_six_cases_of_CJD_declared_a_few_days_after_a_COVID-19_vaccine_Jab)
Memang apa konsekuensinya, jika seseorang terkena penyakit CJD?
Paling ringan, seseorang akan terkena demensia alias pikun, sedangkan yang paling parah akan menyebabkan kematian. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/creutzfeldt-jakob-disease/symptoms-causes/syc-20371226)
Ini bukan nakut-nakutin.
Penelitian yang dibesut oleh Dr. Jean-Claude Perez menyatakan bahwa 20 dari 26 pasien yang terkena penyakit CJD setelah mendapatkan vaksin Pfizer dan Moderna, belakangan harus meregang nyawa. (https://www.theepochtimes.com/studies-link-incurable-prion-disease-with-covid-19-vaccine_4511204.html)
Kenapa hal ini bisa terjadi?
Penyakit prion (dimana CJD merupakan salah satunya), biasanya bersifat progresif dalam perkembangannya dan selalu berakibat fatal pada manusia karena dapat mengakibatkan kematian. (https://www.cdc.gov/prions/index.html)
Hal yang membuat penyakit prion menjadi berbahaya karena merusak susunan syaraf yang ada di otak, adalah sifat dari prion itu yang gampang terlipat pada posisi yang salah. Kalo sudah begini, prion yang salah lipat itu dapat menularkan posisi salahnya pada prion yang lain.
Dan jika banyak prion yang terinfeksi (karena salah posisi lipatannya), maka kerusakan syarat otak hanya tinggal tunggu waktu saja. (https://ijvtpr.com/index.php/IJVTPR/article/view/23)
Darimana asalnya penyakit prion?
Salah satunya berasal dari vaksin Kopit yang dimasukkan ke dalam tubuh seseorang.
“Prion yang didapat dari spike protein yang ada pada virus Kopit dan kemudian dijadikan vaksin, akan mampu berinteraksi dengan sel pada manusia,” ungkap sebuah penelitian. Jika interaksi terjadi, salah satunya posisi salah lipat itu yang akan ditiru oleh sel normal yang ada pada otak manusia. (https://www.mdpi.com/2076-2607/10/2/280/htm)
Ini bukan tudingan tanpa bukti yang kuat.
Merebaknya kasus CJD di Eropa, menginisiasi sebuah penelitian yang mencoba mencari tahu ada tidaknya kaitan antara vaksinasi dan penyakit tersebut.
Dan sekali lagi, penelitian tersebut menyatakan ada kaitan erat kasus CJD seiring program vaksinasi yang telah dilakukan, khususnya pada orang yang menggunakan vaksin Kopit besutan Moderna, Pfizer dan AstraZeneca. (https://cms.galenos.com.tr/Uploads/Article_50671/TYBD-0-0.pdf)
Penelitian lainnya juga mendapatkan hasil serupa, bahwa ada hubungan potensial antara vaksin Kopit buatan Pfizer dengan penyakit prion yang ada pada manusia. (https://scivisionpub.com/pdfs/covid19-rna-based-vaccines-and-the-risk-of-prion-disease-1503.pdf)
Dengan adanya temuan ini, nggak terlalu sulit untuk menemukan dampak negatif vaksin Kopit pada tubuh manusia, bukan?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
Mas maaf mau tanya Kenapa ada orang yang setelah vax bahkan udah booster, masih baik2 saja. Sering di sosmed orang ngetawain klo saya bicara masalah efek vaksin karena fakta yg mereka alami itu maupun orang2 disekitarnya, toh baik2 saja.
1. Nah saya bilang ke mereka, Ya namanya Russian Roulette, ada 2 kemungkinan, 1 kalian beruntung dapet vaksin placebo. Karena tidak semua vx yg diproduksi itu vax bneran, ada sebagian besar yg bukan vax asli alias placebo. Kalau semuanya vax asli, dah pasti tinggal tunggu waktu, dan itu akan sangat mudah membuat orang ketakutan dan ga mau vax. Yang kedua, dapet vax asli, cuma karena sistem dalam tubuh, bisa jadi kandungan bahaya vax nyangkut di area yg tidak vital. Jadi belum saja.
2. Apakah benar argumen saya diatas mas? Lalu ada ngga data tentang vax placebo ini , termasuk estimasi berapa persen dari total yg diproduksi.
3. Kemungkinan kedua yang saya bilang di nomor 1, apakah itu memungkinkan mas?
Terimakasih banyak sebelumnya mas
Salam
saya mencoba menjawab pertanyaan yang anda berikan.
berkaitan dengan belum banyaknya orang yang terkena dampak langsung dari vaksin, bagi saya ada beberapa alasan.
pertama, karena secara umum vaksin memberi efek jangka panjang ketimbang jangka pendek. 3-4 tahun adalah waktu yang ideal untuk melihat dampak vaksin pada yang menerimanya.
tentang ini saya pernah bahas pada awal-awal plandemi Kopit.
https://ndaruanugerah.com/dampak-vaksinasi/
https://ndaruanugerah.com/kok-malah-mati/
merujuk pada hal ini, kasus pandemrix yang menyasar anak-anak kecil yang kemudian mengalami cacat permanen setelah menerima suntikan vaksin, bisa dijadikan acuan:
https://ndaruanugerah.com/pandemrix-sebuah-tinjauan
so far, bagi yang belum mengalami dampak dari vaksin, silakan anda lihat pada 3-4 tahun kemudian.
kalo saat ini, efek jangka pendek dari vaksin sudah demikian menggelisahkan, gimana efek jangka panjangnya?
https://expose-news.com/2022/06/11/77k-dead-7million-injured-covid-vaccine-us-uk-eu/
kedua, menyangkut kemungkinan penggunaan vaksin placebo, itu saya nggak punya datanya. apakah vaksin placebo bisa dipakai, sehingga hanya sedikit orang yang terkena dampak vaksin, kemungkinan itu bisa-bisa saja meskipun secara umum vaksin placebo biasanya hanya digunakan saat uji klinik diberlakukan.
semoga menjawab pertanyaan anda.
salam demokrasi!!
Terimakasih atas jawabannya mas Ndaru,
Saya berpikiran seperti itu karena pernah baca beberapa artikel, tapi hanya 1 yang ternyata sempat saya bookmark, ini mas :https://truthunmuted.org/whistleblower-nurse-says-politicians-receive-saline-instead-of-mrna-jab-crisis-in-slovenia/
Jadi dia bilang ada kode tertentu dari vax yang itu isinya cuma Saline, alias bukan vax asli alias placebo.
Siapa tahu nanti mas Ndaru bisa gali lebih dalam. Karena kalau kita lihat kandungan vax terutama mRNA and how they work, rasanya hampir mustahil manusia bisa bertahan lama. Atau setidaknya langsung kelihatan efeknya dalam jangka pendek saja, seperti yg terlihat banyaknya korban meninggal, cacat, gangguan syaraf dll.
Sepertinya memang ada sebagian produksi degan batch tertentu yang boongan, seperti kesaksian pada artikel diatas,
Terimakasih mas