Di Balik Layar


507

Di Balik Layar

Oleh: Ndaru Anugerah

Banyak orang mempertanyakan HTI yang sudah dibubarkan, namun ‘pemerintah’ dinggap abai terhadap eksistensi mereka. Nyatanya, para kader dan simpatisan HTI masih bebas melenggang kemana-mana plus membuat film sejarah fenomenal baru-baru ini.

Sampai akhirnya beberapa orang punya pendapat bahwa HTI punya niatan untuk mengkudeta pemerintah yang sah dalam waktu dekat.

Benarkah demikian adanya?

Hizbut Tahrir yang berarti Partai Pembebasan merupakan gerakan Islamis internasional yang didirikan oleh Skeikh Taqi al-Din An-Nabhani pada tahun 1953 di Yerusalem.

Tujuan HT dibentuk adalah untuk menghidupkan dunia Islam yang tengah mengalami kemerosotan dari sistem yang dibentuk oleh orang-orang kafir. Sehingga solusinya: Khilfah Islamiyah harus terbentuk. (https://www.researchgate.net/publication/233572848_The_Quest_for_Hizbut_Tahrir_in_Indonesia)

Selama dekade 1960 dan 1970an, HT yang punya banyak cabang di beberapa negara, terlibat pada beberapa kali upaya kudeta dibanyak negara. Yordania (1968), Suriah (1969) dan Mesir (1974). Artinya, memang ada kecenderungan HT untuk angkat senjata guna menumbangkan pemerintah yang sah.

Dan untuk hal ini, nggak aneh bila HT selalu berupaya melakukan infiltrasi pada tubuh angkatan bersenjata. Wajar. Masa iya kudeta pakai kembang api? Ya tentu pakai beceng. (ttps://www.mei.edu/publications/hizbut-tahrir-indonesia-riding-wave-islamization-agenda)

Nggak aneh bila beberapa negara (termasuk Indonesia) kemudian melarang dan memberi label HT sebagai organisasi teroris. (https://www.counterextremism.com/threat/hizb-ut-tahrir)

Kalo anda baca ulasan saya, sebenarnya yang namanya HT itu nggak ada bedanya dengan ISIS maupun Al-Qaeda yang digunakan sebagai mesin perang elite global. Nggak heran bila mereka punya semboyan yang sama: Khilafah. Memang itu sandi operasinya. (baca disini dan disini)

Sejak perang Soviet-Afghanistan, badan intelijen Barat dan Mossad secara konsisten menggunakan berbagai organisasi teroris sebagai aset intelijen mereka. Apa gunanya? Sebagai faktor pemicu perselisihan berbasis mazhab yang berujung pada ketidakstabilan politik.

Dan HT memang sengaja diatur untuk aktif di Asia Tengah, guna memicu ketidakstabilan politik di wilayah yang banyak proyek strategis yang dimiliki oleh Rusia dan China. (baca disini dan disini)

Bisa dikatakan bahwa HT mewakili kepentingan strategis bagi Dinas Rahasia Inggris (MI6) dalam mengejar kepentingan Anglo-Amerika di Asia Tengah dan juga Timur Tengah. (http://www.stateofpakistan.org/is-hizb-ut-tahrir-another-project-of-british-mi6)

Modusnya: sejumlah jihadis yang sebelumnya berada dinaungan HT, kemudian dilepas di wilayah Tajikistan. Kyrgyzstan dan Uzbekistan dan negara-negara Asia Tengah lainnya. Nah HT sendiri berada dalam kendali intelijen Inggris MI5 dan MI6.

Jadi mesin perang sekelas HT akan dikerahkan bila ada kepentingan sang Ndoro besar yang diusik pada suatu negara. Otomatis, bila kepentingan itu tidak terusik, maka HT nggak akan digerakkan. Namanya juga mesin perang.

Setidaknya, pejabat senior di Pemerintahan Obama mengamini hal tersebut. “HT sengaja disusupkan ke pihak militer (khususnya AD Pakistan) dan merekut perwira junior untuk dikirim ke Inggris guna mendapatkan pelatihan milter tambahan.” (https://www.jstor.org/stable/48527553)

Artinya apa? HT memang bertugas untuk menginfiltrasi tubuh militer. Ini dimungkinkan karena adanya campur tangan Inggris dalam mempersiapkan aktor yang berhasil direkrut agar kelak bisa melakukan aksi kudeta.

Dr. Norman Hanif selaku pakar terorisme internasional dan politik Islam di Birkbeck College, Universitas London sekaligus pakar HT, mengatakan bahwa kehadiran HT di Inggris setidaknya memberikan kesempatan bagi intelijen Barat untuk ‘menembus dan mempengaruhi’ gerakannya. (https://www.middleeasteye.net/opinion/circus-how-british-intelligence-primed-both-sides-terror-war)

Sejarawan kondang Mark Curtis yang menulis buku Secret Affairs: Britains’s Collusion with Radical Islam juga mengatakan bahwa tokoh penting HT berperan dalam melatih ratusan warga Inggris untuk dikirim pada jihadis yang berafiliasi dengan Al-Qaeda di Bosnia, Kosovo dan Chechnya. (https://english.alaraby.co.uk/english/politics/2015/8/11/the-emirs-of-londonistan-and-the-alleged-uk-jihadist-collaboration)

Ron Suskind sebagai pemenang Wall Street Journal Pulitzer Prize juga mengatakan bahwa dirinya telah diberitahu seorang pejabat senior MI5 bahwa Omar Bakri selaku petinggi HT merupakan informan lama bagi dinas rahasia Inggris tersebut. (https://www.opendemocracy.net/en/mi5-woolwich-failure-due-to-geopolitical-alliance-with-islamist-extremists/)

Jangan heran kalo HT bebas beroperasi di Inggris, karena memang sengaja dibiakan oleh dinas rahasia Inggris MI6 demi kepentingan yang lebih besar lagi.

Saya kasih informasi tambahan, agar anda tahu seperti apa HT.

Pada Oktober 2009, harian Telegraph menurunkan berita tentang dana hibah sebesar £ 100,000 yang diberikan pemerintah Inggris bagi HT. Apa iya organisasi yang dicap teroris, kemudian dapat dana hibah dari Inggris dengan cuma-cuma? (http://www.telegraph.co.uk/news/uknews/6427369/Islamists-who-want-to-destroy-the-state-get-100000-funding.html)

Ramtanu Maitra selaku analis Asia Selatan pada Executive Intelligence Review juga mengatakan bahwa HT sengaja digunakan untuk destabilisasi kawasan Asia Tengah (dimana Rusia dan China kuat pengaruhnya). Dalam menyediakan para pengkhotbah Wahhabi, HT mendapatkan suntikan dana jumbo dari Saudi dan Kuwait. (http://www.vijayvaani.com/AuthorProfile.aspx?pid=418)

Laporan yang dibuat India Defence Review juga menyatakan bahwa HT yang mempromosikan kekhalifan Islam, merupakan mesin perang Inggris, yang mendapatkan suntikan dana dari Saudi dan Kuwait. (http://www.indiandefencereview.com/spotlights/salvaging-americas-botched-strategic-foray-into-asia-ii/5/)

Lantas, apakah HTI sebagai bagian HT akan melakukan upaya kudeta di negeri berflower dalam waktu dekat, seperti banyak perkiraan orang?

Pertanyaan saya: apakah pemerintah sudah demikian mengganggunya bagi kepentingan bisnis elite global disini? Bukankah pemerintah justru mengambil opsi pinjaman dari lembaga Bretton Woods dalam menangani si Kopit? (https://www.tagar.id/corona-ri-dapat-pinjaman-dari-imf-dank-bank-dunia)

Bukankah Indonesia merupakan tuan rumah bagi pertemuan tahunan IMF dan World Bank pada tahun 2018 silam, yang menghabiskan dana hampir mencapai Rp 1 trilyun? (https://ekonomi.kompas.com/read/2018/04/27/114500526/bappenas–pengeluaran-peserta-acara-imf-world-bank-di-bali-rp-943-5-miliar)

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!