Biar Barang Dagangan Laku
Oleh: Ndaru Anugerah
Vaksinasi global sedang berlangsung. Namun bukan berarti tanpa kendala. Penolakan makin marak seiring dampak negatif yang dihasilkan dari penggunaan vaksin tersebut, secara spesifik pabrikan Big Pharma. (baca disini dan disini)
Lantas, bagaimana caranya agar vaksinasi bisa terus digulirkan? Tentunya dengan memakai berbagai cara.
Pertama pakai iming-iming, bahwa kalo seseorang disuntik vaksin, maka dirinya akan memperoleh kesempatan untuk hidup normal kembali. Tentu saja dengan mengeluarkan Green Passport sebagai solusi yang ditawarkan bagi mereka yang mau divaksinasi. (baca disini)
“Dengan disuntik maka anda bisa beraktivitas normal seperti sedia kala,” begitu kurleb iming-imingnya. (https://davidharrisjr.com/steven/new-yorkers-would-have-to-flash-covid-19-passport-to-enter-venues-under-new-program/)
Apakah benar demikian?
Nyatanya, itu hanya bualan semata. Kita nggak akan pernah kembali normal seperti masa sebelum Kopit bahkan setelah divaksin sekalipun. (https://www.scotsman.com/news/politics/coronavirus-will-be-mankind-forever-englands-deputy-chief-medical-officer-claims-3055757)
Bukan itu saja, vaksinasi bahkan nggak bisa mengurangi infeksi virus dan yang sudah divaksin, akan tetap diharuskan menerapkan protkes yang sama. (baca disini)
Cara lain yang dipakai agar vaksinnya bisa laris adalah dengan menyewa selebriti sehingga dapat mempengaruhi orang untuk divaksin. (https://www.dumptheguardian.com/society/2020/nov/29/nhs-enlist-sensible-celebrities-coronavirus-vaccine-take-up)
Siapa juga seleb yang nggak mau endorsement? Yang penting ada uang, bisnis jalan.
Pertanyaannya: kalo nantinya anda bermasalah dengan vaksinnya, apa mereka mau tanggungjawab karena telah mempengaruhi anda untuk ikutan program tersebut?
Strategi berikutnya yang dilakukan untuk buat laku vaksin adalah dengan mengarang narasi bahwa terdapat kelangkaan vaksin di pasaran. Akibatnya banyak negara berebut vaksin. (https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/clinical-resources/shortages.html)
Ini teknik dagang lawas, dengan bahasa yang kurleb sama: ‘kalo persediaan masih ada’, ‘syarat dan ketentuan berlaku’, atau ‘penawaran terbatas’. Dengan bahasa tersebut, orang akan berlomba-lomba untuk divaksin karena ‘takut’ kehilangan kesempatan emas.
Apalagi kalo vaksinnya gratis. Makin bejubel aja orang yang mau ikutan.
Jadi skenario langka-nya vaksin, adalah narasi yang dibuat-buat, agar anda tergerak untuk ikutan program dengan ‘kesempatan terbatas’ tersebut. Itu mah strategi pemasaran, Bambang.
Selanjutnya, cara yang ditempuh adalah membuat narasi lain bahwa program vaksinasi banyak diminati orang-orang. Untuk ini diciptakan banyak jajak pendapat yang tujuannya adalah menggiring opini anda untuk ikutan program tersebut.
“Lihat tuh hasil jajak pendapat, bahwa vaksin disambut hangat oleh masyarakat,” begitu kurleb-nya.
(https://www.dumptheguardian.com/society/2020/dec/29/covid-vaccine-uptake-high-despite-concerns-over-hesitancy)
Padahal jajak pendapat nggak lain adalah sebagai alat untuk mempengaruhi opini publik dan bukan alat ukur untuk mengetahui keberhasilan suatu program.
Nyatanya, serapan vaksin menurut Office for National Statistics di Inggris sana, angkanya cukup rendah dan buat pemerintah Inggris ketar-ketir akan keberhasilan program vaksinasi. (https://news.sky.com/story/covid-19-government-very-concerned-about-low-vaccine-uptake-among-bame-communities-12211460)
Apakah ada cara lain yang dipakai guna memasarkan vaksin?
Tentu ada. Langkah terakhir yang lazim dipakai adalah bahwa setiap upaya yang dilakukan seseorang untuk menolak program vaksinasi, adalah sia-sia.
Contoh paling gamblang adalah Peter Hitchens yang merupakan jurnalis anti-vaxx. Walaupun awalnya dia terlihat keras, pada akhirnya dia mengklaim bahwa dirinya dibuat nggak berdaya terhadap program vaksinasi tersebut, alias mlempem.
“Tuh liat aja, anti-vaxxer aja keok sama program vaksinasi. Gimana dengan anda?” begitu kurleb narasinya. (https://www.dailymail.co.uk/debate/article-9307363/PETER-HITCHENS-Ive-Covid-jab-cost-freedom.html)
Jadi begitulah strategi pemasaran yang akan dan sudah dijalankan hari-hari ke depannya. Harapannya satu, vaksinnya laku dan Ndoro besar dapat untung. Dan yang terpenting, target Green Passport bisa diterapkan sesuai rencana.
Memang ada kemungkinan Green Passport Kopit batal diberikan?
Nah, kalo angka yang divaksinasi nggak sesuai ekspektasi, apa bisa program tersebut terus dijalankan? Yang ada rugi bandar.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
Jangan Putus Harapan bang…Harapan masih Ada…krn perjalanan msh panjang so Semangat!!! Ingat negara kita adalah berkeTuhanan then Put Our Faith in GOD Cause They Are Godless…