Si Lockdown Ulang Tahun
Oleh: Ndaru Anugerah
Tepat setahun yang lalu, Inggris memberlakukan lockdown di negaranya. Kebijakan ini diambil sebagai upaya untuk mengatasi penyebaran virus Kopit. Flattening the curve, istilahnya. (http://www.parliament.uk/business/news/2020/march/update-on-coronavirus-24-march-2020/)
Sejak itu mimpi buruk dimulai.
Warga Inggris dilarang bekerja, semua wajib kerja di rumah, termasuk aktivitas bisnis lainnya dan juga sekolah.
Apakah berhasil strategi lockdown tersebut?
Mari kita lihat datanya.
Swedia yang tidak memberlakukan lockdown, justru memiliki tingkat kematian yang lebih kecil dibanding Inggris yang menerapkan kebijakan tersebut. (lihat gambar di bawah)
Bukan itu saja. Bahkan di California yang memberlakukan kebijakan lockdown juga memiliki tingkat kematian yang lebih besar ketimbang Florida yang tidak menerapkan kebijakan serupa. (lihat gambar di bawah)
Kalo kita lihat lebih jauh ke Nikaragua, Tanzania hingga Belarusia, bukti yang sama juga kita dapatkan bahwa lockdown nggak kasih pengaruh apa-apa terhadap tingkat kematian akibat Kopit.
Alih-alih meratakan kurva, yang ada kerusakan parah justru ditimbulkan akibat penutupan bisnis dan pembatasan akses ke perawatan kesehatan. (https:/amp.theguardian.com/society/2020/jun/01/millions-in-uk-miss-cancer-screenings-tests-and-treatments-due-to-covid-19)
Lockdown juga menyebabkan meningkatnya angka pengangguran, jumlah kemiskinan dan juga depresi hingga meningkatnya kasus bunuh diri. (baca disini)
Karena tahu dampak buruk yang ditimbulkannya, Dr. David Nabarro dari WHO mengatakan, “Kami di WHO tidak menganjurkan lockdown sebagai alat utama pengendalian virus karena dampaknya pada sektor eknonomi.” (https://twitter.com/spectator/status/1314573157827858434)
Pertanyaannya: siapa yang mengajurkan untuk menerapkan lockdown? Bukan, kah WHO? Lalu kenapa kebijakan dianulir pada Oktober 2020? Lantas, apa masih percaya kita ada badan kesehatan dunia tersebut? (https://www.who.int/director-general/speeches/detail/who-director-general-s-opening-remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19—25-march-2020)
Lalu, kebijakan lockdown itu sebenarnya apa?
Lockdown nggak lain adalah peletak dasar bagi kehidupan ‘normal baru’ yang akan bermuara pada The Great Reset. Tanpa lockdown, akan sulit mendorong manusia kepada agenda sang Ndoro besar. (baca disini, disini dan disini)
Yang perlu direnungkan adalah: akankah kita memberikan ulang tahun kedua pada si lockdown?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments