Saat Tekanan Jadi Bumerang


519

Saat Tekanan Jadi Bumerang

Oleh: Ndaru Anugerah

Operasi Khusus yang dilancarkan Rusia pada Ukraina pada minggu lalu, telah berakibat dijatuhkannya sanksi ekonomi pada Moskow. Salah satu sanksi yang dijatuhkan adalah dikeluarkannya Rusia dari jaringan SWIFT.

Berbicara pada publik, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, “Penghapusan bank-bank Rusia dari SWIFT akan diberikan Uni Eropa, Inggris, Kanada dan AS sebagai dampak aksi militer yang diberikan Rusia pada Ukraina.” (https://time.com/6151846/russia-swift-sanctions-ukraine/)

Memangnya SWIFT itu apa sih?

SWIFT atau Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication adalah organisasi independen yang bermarkas di Belgia. Pada tataran teknis, lembaga ini berperan sebagai sistem pesan internal antara lebih dari 11.000 bank dan lembaga keuangan di lebih dari 200 negara. (https://fortune.com/2022/02/24/swift-sanction-russia-invade-ukraine/)

Bank-bank besar Rusia seperti Sberbank dan VTB, juga masuk kedalam jaringan SWIFT. Dampaknya, jika bank-bank Rusia dikeluarkan dari jaringan SWIFT, maka mereka nggak bisa bertransaksi dengan dunia luar. Dan memang itu yang diharapkan AS dan sekutunya.

Apakah ini jadi masalah bagi Rusia?

Nggak juga, karena Rusia juga telah mengembangkan sistem pesan keuangan (SPFS) yang dirilis oleh Bank Sentral Rusia sejak 2014 silam, sebagai saluran alternatif jika mereka dikeluarkan dari SWIFT. (https://ria.ru/20220227/veb-1775366006.html)

Sedikitnya ada sekitar 331 bank baik domestik maupun asing yang terdaftar sebagai pengguna sistem SPFS.

Dengan hadirnya sistem SPFS, sanksi yang dikeluarkan AS dan sekutunya, menjadi tidak berdampak apa-apa bagi Rusia. “Sistem ini akan mengurangi kemungkinan rusaknya sistem yang disebabkan oleh negara-negara Barat pada kami,” ungkap Andrey Klimov selaku pejabat Rusia. (https://ria.ru/20220227/swift-1775365162.html)

Sekarang kita lihat dampaknya, jika Rusia benar-benar dikeluarkan dari keanggotaan SWIFT. Apa yang bakal terjadi kemudian?

Setidaknya aliran ekspor dan impor akan melambat, dan aliran modal antara negara Rusia dan mitranya juga akan terkena dampaknya.

Masalahnya, siapa yang lebih bergantung dalam hal ini?

Kalo lihat neracanya, negara-negara Eropa jelas bergantung pada pasokan energi dari Rusia. Ini silakan lihat daftarnya. (https://www.statista.com/statistics/1201743/russian-gas-dependence-in-europe-by-country/)

Jadi, jika sanksi SWIFT diberikan, siapa yang bakal keteter dalam hal ini?

Situasi makin diperburuk dengan kondisi ekonomi global yang terkena dampak akibat plandemi Kopit. Ini menyeret angka inflasi yang gila-gilaan bukan saja di AS tapi juga di negara-negara Eropa. (https://abcnews.go.com/US/wireStory/us-consumer-spending-rebounded-august-covid-80347091)

Dengan naiknya harga bahan bakar, apa nggak berdampak pada negara-negara Eropa yang selama ini mengandalkan bahan bakar murah dari Rusia?

Nggak cukup sampai disana, karena rencana Federal Reserve untuk menaikkan suku bunganya dalam waktu dekat, akan mendorong ekonomi global ke tingkat yang menguatirkan. AS dan Eropa juga akan kena imbas kebijakan ini. (https://www.bloomberg.com/news/articles/2022-02-25/fed-reiterates-it-will-soon-be-time-to-raise-interest-rates)

Memangnya, apakah sistem pembayaran alternatif yang bakal diambil Rusia akan dapat mengatasi sanksi ekonomi yang diterapkan pada mereka?

Anda perlu tahu, bahwa sejak lama Rusia sudah mengambil langkah untuk meninggalkan dollar AS dalam transaksi perdagangan dengan negara lain. (https://www.rt.com/business/433143-russia-dumping-us-dollar/)

Jadi, Rusia nggak terlalu bergantung dengan dollar AS yang dijadikan alat pembayaran dalam transaksi perdagangan dengan negara mitra.

Selain itu, China sebagai mitra strategis Rusia, telah lama mengembangkan sistem pembayaran antar bank lintas negara sejak 2015 silam, yang dikenal dengan CIPS (Cross Border Inter-Bank Payments System). Secara singkat, ini adalah penantang SWIFT.  (https://www.canada.ca/en/security-intelligence-service/corporate/publications/china-and-the-age-of-strategic-rivalry/beijing-creates-its-own-global-financial-architecture-as-a-tool-for-strategic-rivalry.html)

Memang berapa valuasi yang dihasilkan CIPS?

Kalo SWIFT nilai valuasi sekitar puluhan trilyun dollar setiap harinya, maka CIPS berhasil memproses sekitar 45,2 trilyun Yuan atau setara dengan USD 7,23 trilyun. (https://www.bofit.fi/en/monitoring/weekly/2021/vw202128_4/)

Dengan nilai valuasi yang terus meningkat setiap tahunnya, bukan nggak mungkin Rusia akan beralih ke sistem pembayaran yang dikembangkan mitra strategisnya tersebut.

Ini skenario yang sepertinya akan diambil Rusia dalam mengatasi sanksi yang diberlakukan AS dan sekutunya. Kondisi ketertekanan-lah yang menyebabkan Rusia harus mengambil langkah tersebut. (https://www.deccanherald.com/opinion/cutting-russia-off-swift-could-accelerate-beijing-moscow-alternative-payments-system-1084943.html)

Tikus kalo sudah terdesak saja akan bisa mengambil langkah defensif, gimana dengan Beruang Merah sekelas Rusia?

Silakan anda simpulkan sendiri, kira-kira efektifkah sanksi ekonomi yang dietrapkan AS dan sekutunya pada Rusia?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!