Saat Konversi Jadi Keharusan
Oleh: Ndaru Anugerah
“Bang, apakah konversi energi itu program yang serius akan dilakukan? Lantas bagaimana nasib moda ke depannya, jika konversi tersebut dilakukan?” begitu kurleb pertanyaan yang diajukan ke saya.
Tentang konversi energi, itu bukan isapan jempol. Ini program baku dari kartel Ndoro besar, yang kini sudah dieksekusi. Ini bukan berarti bahwa mereka menggali kuburan mereka sendiri dengan cara menghempas sumber energi berbahan karbon andalan mereka, dan beralih ke energi terbarukan. (baca disini, disini dan disini)
Bukan begitu skenarionya. Ini hanya konversi saja sifatnya. (baca disini)
Darimana kita tahu bahwa itu nyata?
Anda kenal British Petroleum alias BP? Ini adalah bagian dari kartel Big Oil yang berkantor pusat di Inggris.
Sekedar info, bahwa BP berhasil membukukan keuntungan pada pada proyek di Oman di tahun 2019 silam, sebesar USD 650 juta. Itu baru di Oman, lho ya? (https://www.reuters.com/business/sustainable-business/bp-gambles-big-fast-transition-oil-renewables-2021-09-20/)
Namun di awal tahun 2021 ini, BP telah menjual sepertiga sahamnya pada proyek di Oman, dan berencana untuk berinvestasi pada proyek-proyek energi terbarukan.
Ini terpaksa dilakukan karena memang energi bersih yang bebas karbon mutlak diperlukan ke depannya, demi mencapai status zero carbon. Pada tataran teknis, semua bahan bakar fosil yang diklaim telah menyebabkan pemanasan global, cepat atau lambat nggak akan dipakai lagi.
“Kami akan memangkas produksi bahan bakar fosil sebesar 40% atau sekitar 1 juta barel per harinya dan berkomitmen untuk menghasilkan energi terbarukan,” demikian ungkap CEO BP Bernard Looney. (https://www.bp.com/en/global/corporate/news-and-insights/press-releases/from-international-oil-company-to-integrated-energy-company-bp-sets-out-strategy-for-decade-of-delivery-towards-net-zero-ambition.html)
Demi mewujudkan rencananya tersebut, BP akan menjual aset-aset mereka hingga tahun 2025 mendatang guna menghasilkan dana sekitar USD 25 milyar. Dana inilah yang kelak akan dipakai untuk proyek divestasi mereka pada energi terbarukan. (https://www.thisismoney.co.uk/money/markets/article-9210347/BP-sells-20-stake-gas-project-25bn-divestment-plan.html)
Ini langkah yang realistik untuk dijalankan, kalo tidak mau bernasib tragis seperti yang dialami ExxonMobil pada tahun lalu. (baca disini)
Dan plandemi Kopit merupakan pintu gerbang yang sempurna untuk merealisasi rencana divestasi tersebut. “Permintaan migas yang menurun drastis saat plandemi, untuk apa juga produksinya terus digenjot? Perusahaan mana juga yang mau menanggung kerugian akibat over produksi?” begitu kurleb-nya.
Kalo ini akhirnya terlaksana, mungkinkah energi terbarukan tersebut dapat dijadikan sumber bahan bakar pada moda transportasi?
Untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga saja bakalan ada krisis energi, bagaimana mungkin untuk keperluan yang lebih besar lagi? (baca disini)
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments