Aliansi Iklim


506

Aliansi Iklim

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, ada aliansi baru yang bernama AUKUS. Bagaimana tanggapannya?” tanya seorang netizen kepada saya.

Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa aliansi AUKUS beranggotakan Australia, Inggris dan AS. Aliansi ini terbentuk setelah AS dan Inggris punya komitmen bersama untuk membantu Australia membangun kapal selam bertenaga nuklir. (https://www.whitehouse.gov/briefing-room/speeches-remarks/2021/09/15/remarks-by-president-biden-prime-minister-morrison-of-australia-and-prime-minister-johnson-of-the-united-kingdom-announcing-the-creation-of-aukus/)

Kenapa juga Australia membutuhkan kapal selam bertenaga nuklir?

Karena adanya China yang dianggap sebagai ancaman potensial pada kawasan Asia Pasifik. (https://thediplomat.com/2021/09/what-does-the-new-aukus-alliance-mean-for-southeast-asia/)

Dan AS sangat bersemangat dalam memberikan bantuan ke Australia, karena kelak akan mengantungi sejumlah ‘keuntungan’ dari mulai kerjasama militer, kerjasama siber, kerjasama kecerdasan buatan dan juga kerjasama teknologi kuantum. (https://www.afr.com/policy/foreign-affairs/us-military-ramp-up-in-australia-to-ensure-match-fitness-20210917-p58sfx)

Dengan ‘keuntungan’ tersebut, menjadi wajar jika Washington sangat mau membantu Australia, alih-alih untuk mengatasi ancaman China pada kawasan Asia Tenggara.

Masalahnya, apakah China sedemikian berbahayanya sehingga layak dipandang sebagai ancaman?

Perlu anda tahu, sebelum adanya AUKUS, ada juga yang namanya TSD alias Trilateral Strategic Dialogue yang anggotanya AS, Jepang dan Australia. Aliansi militer ini terbentuk di tahun 2002 silam. (https://thediplomat.com/2013/10/u-s-japan-australia-a-trilateral-with-purpose/)

Ada juga aliansi yang bernama QUAD alias Quadrilateral Security Dialogue yang beranggotakan AS, India, Australia dan Jepang.  Aliansi ini dibesut pasca tsunami yang melanda Samudera Hindia di tahun 2004. (https://www.cfr.org/in-brief/quad-indo-pacific-what-know)

Singkatnya, aliansi tersebut punya motif yang sama, yaitu untuk menyeimbangkan kekuatan China di Indo-Pasifik yang dianggap sebagai ancaman baru pada kawasan tersebut. (https://www.swp-berlin.org/fileadmin/contents/products/arbeitspapiere/BCAS2017_Paper_Tomohiko_Satake.pdf)

Jadi, Australia diproyeksikan bakal menjadi kekuatan penyeimbang China pada kawasan Indo Pasifik, dalam era Perang Dingin 2.0. (https://www.theguardian.com/australia-news/2021/sep/16/aukus-pact-uk-and-us-battle-to-contain-international-backlash)

Apakah begitu rencana yang akan dikembangkan?

Sebagai analis, saya punya pandangan yang justru berbeda.

Pertanyaannya: apakah Perang Dingin 2.0 adalah skenario yang bakal dibesut oleh AS dan sekutunya sebagai respons atas hadirnya ‘ancaman’, dengan cara membentuk banyak-banyak aliansi militer? Ataukah ada agenda lainnya?

Tentang ancaman Perang Dingin seperti yang ditakutkan AS sebagai respons bangkitnya kekuatan China yang menantang hegemoni status quo, itu mungkin-mungkin saja terjadi.

Kenapa?

Karena memang China dibawah kepemimpinan Xi Jinping punya skenario untuk membentuk tatanan dunia baru yang multipolar. Dan ini berseberangan konsep dengan AS yang justru menghendaki tatanan dunia yang unipolar. (baca disini dan disini)

Namun kalo proyeksi dari Perang Dingin tersebut bakal berujung pada perang nuklir, analisanya mulai bias. Berkali-kali saya katakan bahwa perang nuklir itu nggak mungkin terjadi. Itu hanya ada dalam tataran wacana yang nggak mungkin terwujud. (baca disini dan disini)

Lantas, kalo aliansi tersebut sengaja dibentuk oleh AS pada wilayah yang berbatasan dengan China, bukankah akan mengarah pada skenario perang?

Bagi anda yang punya analisa demikian, silakan saja. Namun percayalah, bahwa bukan perang yang akan menjadi muaranya.

Kalo bukan perang, lalu apa?

Ancaman eksistensial itu bukan pada China, tapi perubahan iklim.

Alih-alih menghentikan langkah China pada kawasan Indo-Pasifik, yang sebenarnya ingin disasar adalah kepemimpinan AS yang dipakai oleh kartel Ndoro besar sebagai pemimpin untuk melawan ‘perubahan iklim’.

Jadi ini bukan Perang Dingin yang akan berakhir pada perang nuklir, karena hal itu sangat tidak masuk akal. Bayangkan jika perang nuklir terjadi, apa untungnya bagi kartel Ndoro besar? Sebab salah-salah, malah mereka juga yang kena imbasnya.

Yang paling masuk akal adalah aliansi banyak dibentuk guna menyukseskan agenda Ndoro besar terhadap ancaman perubahan iklim. (https://www.whitehouse.gov/briefing-room/speeches-remarks/2021/01/27/remarks-by-president-biden-before-signing-executive-actions-on-tackling-climate-change-creating-jobs-and-restoring-scientific-integrity/)

Bukankah agenda selanjutnya setelah plandemi adalah ‘pemanasan global’? (baca disini)

Dengan kata lain, ini bukan bicara soal blok militer ataupun soal perang nuklir. Ini bicara soal kerjasama strategis yang berkaitan dengan perubahan iklim. Dengan banyaknya aliansi, maka program pemanasan global akan lebih mudah dieksekusi. (https://inkstickmedia.com/the-quad-should-embrace-climate-action-as-its-core-mission/)

Makanya saya rada enggan membahas aliansi-aliansi militer yang banyak dibentuk AS tersebut, mengingat ada misi terselubung dari kartel Ndoro besar di dalamnya.

Semoga anda paham duduk masalahnya.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!