Komunisme dan Kartel Ndoro Besar


525

Komunisme & Kartel Ndoro Besar

Oleh: Ndaru Anugerah

“Adakah kaitan antara Komunisme dan kartel Ndoro besar?” tanya seorang kepada saya. Menurut si penanya, pertanyaan tersebut dilontarkannya setelah membaca ulasan saya tentang ambruknya kondominium Ndoro besar. (baca disini dan disini)

Sebenarnya, kalo anda baca kedua tulisan saya tersebut, maka secara implisit akan dapat anda tarik kesimpulan tentang jawaban atas pertanyaan itu.

Namun, demi memudahkan pemahaman anda, saya coba ulas dengan menyajikan data-data yang saya punya.

Bicara soal komunisme, siapakah dedengkotnya?

Dialah Karl Heinrich Marx atau yang biasa dikenal dengan nama Karl Marx. Marx-lah yang kemudian menciptakan mazhab Marxisme yang dipakai oleh kaum komunis di kolong jagat, Singkatnya, Marx adalah bapak Komunisme. (https://europe.unc.edu/iron-curtain/history/communism-karl-marx-to-joseph-stalin/)

Memang siapa sosok Karl Marx?

Marx adalah seorang keturunan rabi Talmud yang lahir dari pasangan Hirschel Mordechai dan Henriette Pressburg, di tahun 1818 di Trier, Jerman. Asal anda tahu, nama lahir Marx kecil adalah Chaim Hirschel Mordechai.

Salah satu kakek-nenek Marx adalah Nanette Salomon Barent-Cohen, yang berasal dari keluarga kaya di Amsterdam. Sepupunya telah menikah dengan Nathan Mayer Rothschild yang kemudian melahirkan Lionel Nathan Rothschild. (http://archives.balliol.ox.ac.uk/Modern%20Papers/gelles/2018RothschildMarx.pdf)

Dengan kata lain, Karl Marx berhubungan dengan klan Rothschild, mengingat dia adalah sepupu dari Lionel de Rothschild.

Nggak salah jika banyak sejarawan mengkonfirmasi bahwa Marx bukan saja terkait dengan Rothschild, namun juga dipekerjakan sebagai agen mereka guna menggemboskan gerakan demokrasi dan juga merusak gerakan sosialis. (https://www.henrymakow.com/2018/05/Karl-Marx-Was-Rothschilds-Third-Cousin%20.html)

Kenapa gerakan demokrasi dan sosialis perlu dikooptasi?

Karena gerakan tersebut dapat menghambat kartel Ndoro besar yang saat itu sudah ada dipicu oleh lahirnya revolusi industri. Jadi, sebelum Marx menulis sepatah katapun tentang konsep komunisme, gerakan sosialis sudah terlebih dahulu ada di Jerman, Perancis, Inggris dan di tempat lainnya.

Jadi misi Marx hanya satu, memonopoli sosialisme. “Jika anda nggak mengikuti teori-teori Marx, maka anda nggak akan bisa disebut sebagai seorang sosialis,” begitu kurleb-nya. Dan memang begitu adanya, bukan?

Padahal antara sosialisme dan komunisme, bicara 2 konsep yang beda. Mana mungkin kedua hal tersebut disamakan? (https://www.history.com/news/socialism-communism-differences)

Kembali ke laptop.

Lalu, tahu darimana kalo seorang Marx dapat sokongan dari Rothschild?

Wolfgang Waldner yang menulis buku tentang Marx menyatakan bahwa pada awalnya Marx bekerja sebagai mata-mata polisi untuk rezim Prusia. Setelah menikah dengan Jenny von Westphalen, Marx kemudian pindah ke London pada tahun 1849. (http://de.teruakitoiguchi.xyz/download/FXEaAQAAQBAJ-der-preusische-regierungsagent-karl-marx)

Di kota inilah kemudian seorang Marx menulis karya gemilang yang berjudul Das Kapital di ruang baca British Museum. Anda perlu tahu, bahwa sepupu Marx, Lionel de Rothschild, merupakan anggota parlemen kota London saat itu.

Jadi, apakah hanya kebetulan jika seorang Marx bisa menulis karya besarnya tersebut dengan nyaman pada British Museum, tanpa adanya sokongan dari pihak lain? Apakah publikasi Marxisme yang diusung oleh seorang Marx bisa ujug-ujug langsung kesohor tanpa adanya ‘publikasi’? Apakah publikasi nggak butuh dana besar?

Bahkan seorang Mikhail Bakunin yang merupakan saingan terberat Marx pada kongres Internationale Pertama pada tahun 1866 di Jenewa, bisa merasakan kedekatan tersebut, meskipun Bakunin nggak ngeh tentang ‘kaitan darah’ antara Marx dan Rothschild.

“Dunia kini, setidaknya untuk sebagian besar berada di tangan Marx di satu sisi, dan Rothschild di sisi yang lain. Ini mungkin tampak aneh. Apakah ada persamaan antara sosialisme dan bank sentral terkemuka?” ungkap Bakunin.

Dia menambahkan, “Intinya adalah bahwa komunisme Marxis menuntut sentralisasi negara yang kuat. Dimana ada sentralisasi negara, pasti akan ada bank sentral. Dan dimana ada bank semacam itu, akan ada sepekulasi kolaborasi dengan kaum buruh.” (https://www.nytimes.com/2019/12/12/books/review/genius-anxiety-how-jews-changed-the-world-1847-1947-by-norman-lebrecht-an-excerpt.html)

Singkatnya, Bakunin mau ngomong kalo ada kemiripan antara konsep komunisme dan bank sentral yang dimiliki Rothschild, dimana sentralisasi yang akan menjadi tujuan akhirnya. Bukankah sentralisasi memang mutlak diperlukan dalam konsep marxisme? Bukankah cita-cita komunisme juga menuju tatanan satu dunia?

Kok bisa sama? Apakah ini hanya kebetulan?

Satu yang mungkin layak anda jadikan pegangan.

Tahukah anda tentang komunitas rahasia yang bernama Knights of the Golden Circle (KGC)?

Kalo anda nggak tahu, saya beritahu bahwa komunitas inilah yang mengorbitkan seorang Karl Marx yang berasal dari kalangan misqueen, menjadi sosok yang begitu melegenda.

Silakan anda baca buku Jim Marrs yang berjudul ‘Rule by Secrecy: The Hidden History that Connects the Trilateral Commission, the Freemasons and the Great Pyramids’.

Siapa yang ada dibalik komunitas rahasia tersebut?

Jika anda sudah baca buku tersebut, maka anda akan dapatkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan diawal tulisan.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!