Penantang Big Pharma


513

Penantang Big Pharma

Oleh: Ndaru Anugerah

Ada berita baik dari Negeri Kincir Angin.

Baru-baru ini, penelitian di Universitas Utrecht dan Erasmus Medical Center, yang dipimpin oleh Profesor Barend Jan Bosch dan Prof. Frank Grosyeld, menyatakan bahwa mereka telah menemukan terobosan dalam pencegahan C19 dengan mengembangkan antibodi monoklonal manusia. (https://www.uu.nl/en/news/researchers-report-discovery-of-antibody-that-blocks-infection-by-the-novel-coronavirus-sars-cov-2)

Penemuan tersebut dipublikasikan secara online di Nature Communications sebagai langkah awal menuju pengembangan antibodi manusia sepenuhnya untuk mengobati atau mencegah penyakit pernapasan C19 yang disebabkan oleh coronavirus novel SARS-CoV-2.

Sebagai gambaran, pandemi C19 telah menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia dan menginfeksi lebih dari 3,3 juta orang dan sukses membunuh lebih dari 235.000 orang.

“Menggunakan kumpulan antibodi SARS-CoV-2, kami telah mengidentifikasikan antibodi yang dapat menetralkan infeksi SARS-CoV-2 pada sel yang sudah dikultur,” demikian ungkap Prof. Bosch.

“Antibodi penetralisasi tersebut berguna untuk mengubah arah infeksi pada inang terpapar, mendukung pembersihan virus, atau melindungi individu yang tidak terpapar atau terinfeksi virus,” tambahnya.

Secara prinsip, antibodi akan bekerja dengan cara mengikatkan dirinya ke domain SARS-CoV-2, menetralkannya dan mencegah penyebarannya.

“Antibodi akan menyerang protein mahkota yang ada pada C19.”

Seperti kita ketahui bahwa mahkota duri tersebut menempel padaa sel manusia lalu memasukkan materi genetik untuk bisa berkembang biak pada tubuh inangnya.

Dengan temuan ini, Prof. Bosch berharap akan dapat mengurangi dampak penyakit yang disebabkan oleh C19 beserta kemungkinan bagi serangan virus Corona yang akan bermutasi di masa depan.

“Antibodi yang digunakan dalam pekerjaan ini sepenuhnya adalah ‘buatan dalam diri manusia’, sehingga memungkinkan untuk pengembangan lebih lanjut dan mengurangi potensi efek samping yang berkaitan dengan kekebalan tubuh,” ungkap Prof. Grosveld.

Jadi nggak perlu vaksin ataupun obat, seperti yang selama ini biasa dilakukan.

“Berhasilnya nggak, bikin kaya Big Pharma malah iya.” Bukankah motovasi Big Pharma adalah cari untung di atas ‘penderitaan manusia’?

CEO Harbour BioMed, Dr. Jingsong Wang setidaknya mengamini apa yang dikatakan oleh Prof. Grosveld. Menurutnya penemuan antibodi tersebut merupakan terobosan yang inovatif. Namun perlu penelitian lanjutan guna mengetahui apakah dapat bekerja efektif pada manusia. (https://www.businesswire.com/news/home/20200504005225/en/Utrecht-University-Erasmus-Medical-Center-Harbour-BioMed)

Penelitian uji klinis antibodi tersebut akan dimulai pada musim gugur ini, setelah percobaan pra-klinik berhasil.

Sejauh ini, antibodi monoklonal telah digunakan untuk mengobati kanker dan penyakit autoimun serta beberapa penyakit menular lainnya.

Cuma ada kendala, dimana butuh biaya yang nggak sedikit dalam pengobatannya.

Namun peneliti James Crowe meyakini, bahwa dalam 5 tahun kedepan, akan ada pengobatan berdasarkan antibodi monoklonal tersebut untuk menanggulangi pandemi, dengan biaya yang terjangkau.

Apapun itu, sebagai usaha dalam menantang hegemoni Big Pharma mengais untung di atas penderitaan manusia, layak kita dukung. Bukankah begitu, Rudolfo?

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!