Ketika Bau Kentut Mulai Terendus


525

Ketika Bau Kentut Mulai Terendus

Oleh: Ndaru Anugerah

Apa yang menarik dalam mengikuti fake pandemic C19, kali ini? Saat ‘kejanggalan demi kejanggalan’ mulai terungkap kepada publik.

Michael Melham selaku Walikota Belleville, New Jersey membuat pernyataan kontroversial yang menyatakan dirinya telah dites positif untuk antibodi coronavirus pada November 2019 lalu. (https://news.cgtn.com/news/2020-05-05/U-S-Belleville-mayor-claims-that-he-had-coronavirus-in-November-2019-Qfq40LrHlC/index.html)

Pernyataan itu jelas buat heboh, mengingat kasusnya dua bulan lebih awal sebelum kasus pertama C19 di konfirmasi di AS. Sebagai informasi, bahwa di bulan Januari adalah pertama kalinya seseorang dites positif untuk C19 baru di AS.

Melham mengisahkan bahwa dirinya merasa sakit saat berada di Atlantic City dalam menghadiri Konferensi New Jersey League of Municipalities di pertengahan November 2019.

“Saya benar-benar merasa sakit saat itu,” ungkapnya. (https://www.nj.com/coronavirus/2020/04/nj-mayor-thinks-he-had-coronavirus-2-months-before-1st-confirmed-case-in-us.html)

Setelah kembali ke rumah, Melham mengatakan seorang dokter mendiagnosis gejala-gejalanya, termasuk demam tinggi, menggigil, berhalusinasi serta sakit tenggorokan yang berakhir selama tiga minggu. “Ini kasus flu yang buruk,” kata sang dokter.

Melham melanjutkan, bahwa dia menerima e-mail dari orang-orang di sekitar tempat konferensi diadakan, dan mereka memiliki kecurigaan yang sama, bahwa yang ditenggarai sebagai ‘influenza akut’ tersebut nggak lain adalah virus Corona.

Tentang ini saya pernah ulas, bahwa di Amrik sana banyak kasus yang diduga sebagai ‘ILI’ alias Influenza Like Illness karena tidak bisa dijelaskan lebih lanjut, pada kasus wabah flu musiman di Amrik sejak 2017. (baca disini)

Wajar saja orang berspekulasi. Bukankah C19 punya kemiripan dengan influenza?

Ada juga temuan menarik lainnya di Perancis. Dokter di rumah sakit Paris mengatakan bahwa mereka telah menemukan bukti bahwa satu pasien yang telah dirawat di bulan Desember, dan sudah terinfeksi C19. Jadi beberapa minggu lebih awal dari kasus yang pertama dilaporkan.

Sebagai informasi, kasus C19 pertama di Prancis dilaporkan pada 24 Januari, pada dua orang yang memiliki sejarah perjalanan dari Wuhan, Cina. (https://edition.cnn.com/2020/01/24/europe/france-wuhan-coronavirus/index.html)

“C19 sudah menyebar di Prancis pada akhir Desember 2019, sebulan sebelum kasus-kasus resmi pertama di negara itu,” tulis tim di Groupe Hospitalier Paris Seine di Saint-Denis dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di International Journal of Antimicrobial Agents.

Tim Prancis mengamati orang-orang yang dirawat di rumah sakit dengan gejala mirip flu antara 2 Desember hingga 16 Januari yang akhirnya tidak didiagnosis sebagai influenza, karena memang bukan flu. Mereka lalu menguji sampel beku dari pasien-pasien tersebut untuk coronavirus.

“Satu sampel positif diambil dari seorang pria (42 tahun) yang lahir di Aljazair, tapi telah tinggal di Perancis selama bertahun-tahun, dan bekerja sebagai penjual ikan,” tulis tim itu. “Perjalanan terakhirnya adalah dari Aljazair pada Agustus 2019.”

Nah lho. Apa mungkin ada Doraemon yang sengaja membawa virus Corona dari Wuhan ke Perancis, pake baling-baling bambu?

Terus kalo kita kilas balik di bulan Januari lalu.

Ingat kasus meninggalnya Kobe Bryant yang dimuat oleh USA Today pada 27 Januari? Bukan obituary sang pebasket yang membuat beritanya heboh.

Pada rilis online-nya (24/1), ada sebuah artikel yang menyatakan adanya upaya National Institute of Health (NIH) yang bekerjasama sebuah perusahaan farmasi di Boston (Moderna) untuk mengembangkan vaksin bagi virus Corona. (https://www.republicworld.com/sports-news/basketball-news/kobe-bryant-newspaper-article-covid-19-story-published-on-same-day.html)

Lha kan, kocak? Saat itu kasus C19 di AS baru 5, China baru 1975 kasus, dan WHO belum menetapkan status pandemi global bagi coronavirus. Ngapain juga buru-buru buat vaksin?

Apa jangan-jangan rencana jualan vaksin lewat skenario pandemi C19 memang sudah didesan sejak lama? (baca disini) (https://www.usatoday.com/story/news/health/2020/01/24/national-institutes-health-has-partnered-boston-area-company-moderna-vaccine-targeting-novel-coronav/4568266002/)

Cukup?

Para peneliti di mamarika sana juga telah menemukan bukti bahwa virus tersebut telah menginfeksi dan membunuh orang lebih awal dari kasus pertama yang dilaporkan di negara tersebut.

“Penyakit tersebut (C19), telah menyebar dibawah ‘radar’ (alias tidak terdeteksi),” ungkap Alessandro Vespignani, selaku Direktur the Network Science Institute. (https://edition.cnn.com/2020/04/23/health/us-coronavirus-thursday/index.html)

Bahkan ahli genetika Peter Foster dari Universitas Cambridge yang telah memimpin proyek penelitian untuk memahami proses historis yang menyebabkan pandemi C19, mengatakan bahwa wabah C19 tampaknya telah dimulai antara 13 September – 7 Desember. Dan Wuhan kemungkinan bukan tempat awal dimulainya.

Pernyataan tersebut senada dengan ilmuwan di Universitas College Genetics Institute yang menyatakan bahwa C19 telah beredar secara global sejak akhir tahun lalu. (https://www.newsweek.com/coronavirus-outbreak-september-not-wuhan-1498566)

Dan saat briefing PBB di Jenewa, juru bicara WHO Christian Lindmeier mencatat “lebih awal (2019) kasus (mungkin) ditemukan.” (https://www.nytimes.com/reuters/2020/05/05/world/europe/05reuters-health-coronavirus-who.html)

Berdasarkan semua ‘kejanggalan’ di atas, apa yang bisa disimpulkan?

Pertama, kemungkinan besar virus Corona bukan berasal dari Wuhan seperti yang selama ini dituding oleh Trump, karena kasusnya sudah telah lebih dulu ada di Amerika dan juga di Eropa.

Kedua, berkali-kali pihak media mainstream berusaha membungkam ‘kejanggalan’ yang ditemukan pada pandemi palsu ini, berkali-kali juga banyak ‘kejanggalan’ baru lainnya yang ditemukan oleh para ilmuwan diberbagai belahan dunia. “Kentut mana bisa diumpetin baunya?”

Ketiga, jutan kasus flu musiman (seasonal flu) terjadi setiap tahun di seluruh dunia, tapi nggak ada tuh reaksi lebay dengan menerapkan lockdown atupun kepanikan massal.

Salahkah kalo kita bertanya bahwa pandemi palsu pasti ada udang dibalik bakwannya?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!