Membina Anjing Yang Setia


518

Membina Anjing Yang Setia

Oleh: Ndaru Anugerah

Mali, Maret 2012. Terjadi kudeta yang dipimpin oleh seorang Kapten Angkatan Darat Mali – Amadou Sanogo. Kudeta tersebut berhasil menjungkal presiden Amadou Toumani Toure yang terpilih secara demokratis di benua Afrika tersebut. (http://www.nytimes.com/2012/03/23/world/africa/mali-coup-france-calls-for-elections.html)

Otomatis pangkat kemiliteran yang disandangnya, langsung melesat menjadi Jenderal, walaupun disisi lain Sanogo mendapat kecaman internasional atas kudeta yang dilancarkannya. (https://www.theguardian.com/world/2012/mar/23/mali-coup-draws-condemnation-ecowas)

Pertanyaan klasik: mengapa seorang perwira menengah di angkatan bersenjata yang hanya berpangkat Kapten, bisa sukses melancarkan kudeta berdarah di Mali?

Pernah dengar FMT?

FMT adalah kepanjangan dari Foreign Military Training. Ada dua program utama pada FMT, pertama International Military Education and Training (IMET) dan kedua Combating Terrorism Fellowship Program (CTFP). (baca disini)

Apa tujuan program tersebut?

“Mempromosikan perdamaian dan keamanan internasional serta meningkatkan kesadaran di antara personal militer asing menyangkut hak asasi manusia yang diakui secara internasional,” demikian kurleb-nya. (http://www.discs.dsca.mil/documents/publications/security_cooperation_programs_handbook.pdf?id=170526)

Cukup lucu juga. Kenapa? Mana ada ceritanya HAM bisa tercipta dari popor senapan?

Lalu, apa maksud HAM yang diakui secara internasional?

Nggak lain adalah standar HAM yang diterapkan Amrik guna dijadikan senjata memukul pihak lawan yang tidak sejalan dengan garis kebijakan Washington. (baca disini)

Sebagai informasi, sejak peristiwa 911, AS telah menggelontorkan dana lebih dari USD 250 miliar untuk melatih personel militer asing. (https://www.opensocietyfoundations.org/sites/default/files/untangling-the-web-20170109.pdf)

Dana jumbo tersebut disalurkan melalui FMT kepada 200 ribu prajurit dari 154 negara dalam bentuk bantuan dan dukungan militer. (https://theintercept.com/2016/07/13/training/)

Kenapa pihak militer yang disasar? Sudah rahasia umum kalo militer itu ibarat anjing yang setia bagi kepentingan AS. “Dia nggak akan mbalelo terhadap setiap perintah ‘tuannya’.”

Dalam pelaksanaannya, FMT tidak berjalan sendirian. Deplu dan Dephan AS adalah rekanannya, yang sangat intens memberikan bantuan seperti: kerjasama keamanan, membangun kapasitas kemitraan serta bantuan lainnya kepada pasukan asing. (https://www.gao.gov/products/GAO-17-255R)

Melalui IMET, personel asing dapat ‘melancong’ ke Mamarika untuk mengambil kelas dan mengikuti ‘pembelajaran’ di sekolah kemiliteran dan pangkalan militer AS.

“IMET dirancang untuk membantu militer asing meningkatkan hubungan mereka dengan AS, belajar tentang peralatan militer AS, meningkatkan profesionalisme militer dan menanamkan nilai-nilai demokrasi pada mereka,” ungkap Joshua Kurlantzick. (https://www.cfr.org/report/reforming-us-international-military-education-and-training-program)

Jangan heran, seorang Sanogo bisa menerima instruksi dari Marinir AS di Virginia, mengikuti pelatihan intelijen di Arizona dan menjalani pelatighan dasar perwira infanteri AD di Georgia. (https://www.publicintegrity.org/2017/01/17/20591/military-trainees-defense-universities-later-committed-serious-human-rights-abuses) (http://content.time.com/time/world/article/0,8599,2110278,00.html)

“Amerika adalah negara hebat didukung dengan pasukannnya yang fantastik. Saya mencoba menerapkan semua hal yang saya pelajari disini,” demikian ungkap Sanogo. (http://www.spiegel.de/international/world/interview-with-amadou-sanogo-a-890944.html)

Apakah FMT mempunyai rencana ‘mulia’ terhadap masa depan para prajurit asing tersebut?

Studi yang dilakukan oleh Jonathan Caverley dari US Naval War College dan Jesse Savage dari Trinity College Dublin pada rentang 1970 – 2009, yang dituangkan dalam Journal of Peace Research justru berkata lain.

“Kami menemukan hubungan yang kuat antara pelatihan militer asing oleh AS dan upaya kudeta yang didukung militer.” (http://journals.sagepub.com.ezproxy.cul.columbia.edu/doi/full/10.1177/0022343317713557)

Daftar pelaku kudeta yang merupakan jebolan FMT, juga disebutkan dalam laporan Caverley dan Savage. Sejumlah nama beken ada disana, seperti: Philippe Biamby (Haiti), Yahya Jammeh (Gambia), Abdel Fattah el-Sisi (Mesir), Mohammad Zia-ul-Haq (Pakistan) hingga Amadou Sanogo (Mali).

Berdasarkan temuan Caverley dan Savage, ada sekitar 275 kudeta yang didukung militer yang terjadi diseluruh dunia antara 1970-2009. Dan kudeta tersebut sangat terkait dengan pelatihan militer yang dibesut AS tersebut. (https://www.npr.org/2012/03/29/149605074/foreign-policy-trained-in-the-u-s-a)

Dari angka tersebut, peserta pelatihan AS sukses menggulingkan pemerintahan mereka sebanyak 72 dari 165 upaya kudeta.

Temuan tersebut senada dengan penyelidikan yang dilakukan Lauren Chadwick dari Center for Public Integrity, yang menyatakan sebanyak 17 orang berpangkat jenderal telah dilatih melalui IMET belakangan terbukti melakukan pelanggaran HAM berat antara tahun 1985-2010. (https://www.publicintegrity.org/2017/01/17/20591/military-trainees-defense-universities-later-committed-serious-human-rights-abuses)

Dan menariknya, menurut Caverley dan Savage, “Setiap pelatihan militer asing yang diberikan AS, akan ada upaya kudeta dua kali lipat yang didukung militer di negara penerima.”

Dengan kata lain, semakin banyak uang dihabiskan AS, atau semakin banyak tentara yang dilatih melalui FMT, maka akan semakin tinggi risiko terjadinya kudeta.

Sebagai gambaran, pada tahun 2012 AS menghabiskan USD 69 ribu dana IMET untuk pelatihan serdadu di Mali. Tahun 2016, angkanya mencapai USD 738 ribu. (http://securityassistance.org/data/program/military/Mali/)

Untuk apa uang sebanyak itu digelontorkan buat Mali? Apa istimewanya Mali?

Nggak lain karena kandungan emas dan uranium yang dimiliki Mali. (https://investorintel.com/sectors/gold-silver-base-metals/gold-precious-metals-intel/mali-coup-should-not-impact-gold-and-uranium-mining-but/?print=print)

Apakah FMT berdiri sendiri ataukah melindungi kepentingan elite global?

Ngga usah terlalu jauh mikirnya. Saya kasih bocoran sedikit.

Ambil kasus Mali. Siapa pihak yang hobi koleksi emas?

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 

 

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!