Lo Gue End
Oleh: Ndaru Anugerah
Buntut kerusuhan yang dilakukan pendukung fanatik Trump yang menyasar Capitol Building pada Rabu kemarin (6/1), akun facebook dan Instagram Trump langsung dikunci oleh pengelola media sosial tersebut. (https://www.cnet.com/news/facebook-blocks-trump-indefinitely-following-capitol-hill-violence/)
Dengan adanya kuncian tersebut, maka Trump nggak bisa posting apapun dalam akun media sosial facebook dan Instagram yang dimilikinya. “Penguncian tersebut kemungkinan akan diperpanjang setidaknya 2 minggu ke depan,” demikian ungkap CEO facebook Mark Zuckenberg.
Apa alasan penguncian tersebut?
Ya karena Trump dinilai provokatif. Postingannya dianggap menyebarkan kebohongan dan menghasut orang untuk menolak hasil pilpres AS dengan cara kekerasan. Muaranya apalagi kalo bukan menghalangi proses transfer jabatan ke Joe Biden.
Seperti yang kita ketahui, tanggal 20 Januari mendatang, paslon Biden-Harris akan dilantik sebagai presiden dan wakil presiden AS yang sah.
Dan jika kuncian yang dilakukan Zuckerberg pada akun medsos Trump efektif dalam 2 minggu ke depan, maka Trump dipastikan nggak bisa melakukan aksi provokasi lagi kepada para pendukung fanatiknya untuk memboikot pelantikan 20 Januari mendatang.
Aksi penguncian ini juga diikuti raksasa Big Tech lainnya, semisal Youtube dan Twitter.
Apakah ini hanya menyasar akun media sosial Trump semata?
Nggak juga.
Beberapa konten di media sosial (terutama yang dimiliki raksasa Big Tech tersebut), yang berkaitan dengan kekacauan yang terjadi di Capitol Building dan juga di Washington DC, terutama yang mengekspos unsur kekerasan, bakal dihapus secara otomatis.
Mesin Artificial Intelligence yang menggunakan asas algoritma memungkinkan hal tersebut terjadi. Jadi bukan manual lagi cara kerjanya, bray…
Kenapa raksasa Big Tech melakukan tindakan represif terhadap Trump yang notabene-nya masih menjabat presiden AS hingga saat ini?
Pertama yang anda harus tahu, ini bukan soal presiden AS, tapi soal Ndoro besar alias Deep State yang ada dibelakang sosok presiden di AS. Merekalah sesungguhnya yang mengatur sosok presiden AS, dan bukan sebaliknya.
Jadi kalo presiden AS terpilih kemudian membuat kebijakan macam-macam diluar kontrol sang Ndoro besar, bisa dipastikan karirnya akan tamat dalam waktu singkat. Mungkin Abraham Lincoln dan John F. Kennedy adalah contoh gamblang yang bisa dijadikan rujukan.
Dan Trump sudah bertindak offside dengan mengusung kebijakan America First. “Gimana mau AS jadi polisi dunia, kalo yang dipikirin hanya Amrik saja?”
Jelas aja Big Tech yang berafiliasi dengan sang Ndoro besar sangat berkepentingan untuk melengserkan Donald Trump. “Presiden susah diatur,” kurleb-nya demikian.
Sebaliknya, Joe Biden adalah sosok yang dikasih restu untuk melenggang menggantikannya.
Itupun dengan satu catatan: “Jangan coba buat kebijakan yang melawan kepentingan tuannya.”
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments