Dari Dulu Kemana Aja?


514

Dari Dulu Kemana Aja?

Oleh: Ndaru Anugerah

Saat pandemi si Kopit menerpa, saya kasih masukkan ke kelurahan Wakanda untuk tidak melakukan lockdown, walaupun saat itu organisasi kedokteran disana justru menyorong untuk diberlakukan kebijakan penutupan tersebut. (baca disini)

Dan saran saya dipakai di Wakanda. Belakangan, ini adalah hal yang terbukti benar. (baca disini dan disini)

Namun, saat saya memberikan saran untuk mengikuti kebijakan yang diambil Swedia untuk hidup berdamai dengan si Kopit, kali ini saran saya ditampik. (baca disini)

Terbukti bahwa kebijakan yang diambil Swedia, belakangan terbukti efektif dalam mengatasi pandemi si Kopit. (baca disini, disini, disini dan disini)

Sebaliknya pak Lurah Wakanda malah ambil kebijakan yang disodorkan oleh WHO.

Dan ini sudah menginjak tahun kedua, namun tanda-tanda bakal berakhirnya pandemi, juga belum terlihat.

Apa yang kurang, coba?

3M sudah ditingkatkan menjadi 5M. Bahkan di beberapa daerah sudah meningkatkan menjadi 6M atau bahkan 7M. Luar biasa! (https://kesehatan.kontan.co.id/news/inilah-5m-untuk-pencegahan-covid-19-dan-bedanya-dengan-3m-serta-3t)

Vaksinasi juga sudah dikebut secepat kilat. Dari mulai hanya target 70% populasi yang akan divaksin, kini semua orang jadi sasaran suntik tanpa pandang bulu. Pokoknya wajib vaksin. Titik. (https://www.voaindonesia.com/a/mahfud-md-vaksinasi-covid-19-wajib-/5742996.html)

Namun, itu juga nggak membuat kondisi membaik. Bahkan tanda-tanda berakhirnya pandemi, nggak terlihat sama sekali.

Mungkin karena frustasi dengan masalah yang nggak kunjung pulih, akhirnya satgas Kopit Wakanda bilang, “Kita harus bersiap untuk hidup berdampingan dengan si Kopit.” (https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5661824/satgas-tak-pasti-kapan-usai-ri-harus-siap-hidup-berdampingan-dengan-corona)

Kenapa dia bisa bilang begitu?

Pertama, nggak ada kepastian kapan pandemi bakal berakhir. Udah berjalan lebih dari satu setengah tahun, tapi nggak bisa juga ditaklukan.

Bahkan dengan kebijakan ala militer, si Kopit juga nggak hilang dari peredaran.

Yang ada kemudian, ekonomi makin terpuruk akibat kebijakan konyol yang diambil dan masyarakat misqueen makin tertekan. Pusing pala Berbie.

Kedua, satgas menyatakan bahwa kunci penyelesaian dari pandemi si Kopit mungkin dengan cara meningkatkan imun tubuh. Salah satunya dengan vaksinasi.

Pertanyaannya: memang sejak kapan vaksinasi bisa menyelesaikan pandemi? Bahkan pejabat WHO bilang, bahwa vaksinasi nggak bisa jadi patokan untuk mengakhiri pandemi. (https://www.forbes.com/sites/roberthart/2020/11/16/who-chief-warns-vaccine-wont-end-covid-19-pandemic-as-moderna-pfizer-announce-early-successes/)

Cara meningkatkan imun tubuh ya dengan rumus CD Zinc, bukan lewat vaksin. (baca disini)

Jadi, didorong rasa frustasi, satgas Kopit Wakanda mulai ambil sikap untuk mengibarkan bendera putih dengan hidup berdamai dengan si Kopit.

Kalo kebijakan ini yang kemudian diambil, nah terus satu setengah tahun anda ngapain aja? Bukankah saya sudah kasih masukkan demikian pada tahun lalu?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


One Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  1. Kalau sudah 70% tervaksin mungkin kasus melandai ya mas (Dibikin landai). Walau namanya prokes tetep jalan terus, sambil nunggu pandemi berikutnya (SPARS)?

    Saya itu penasaran mas, gimana cara kerja agenda plandemi ini, hingga di hampir tiap negara ada agen2 ndoro besar yg bertugas secara silent maupun terang2n. Menebar ketakutan secara sporadis di medsos. Bikin jengkel banget rasanya.

error: Content is protected !!