Cabang Pemerintahan Keempat (*Bagian 3)


535

Cabang Pemerintahan Keempat (*Bagian 3)

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang bisa agak cepat membahas bagian ketiga tulisan ini? Saya sudah nggak sabaran menunggu kelanjutannya,” ungkap seorang netizen.

Mumpung hari ini ada waktu senggang, saya coba membahasnya. Bagi yang baru bergabung, anda bisa baca ulasan saya terdahulu. (baca disini dan disini)

Pada ulasan terdahulu kita sudah bahas bagaimana BlackRock mulai dikenal secara global saat krisis Lehman Brothers menerpa di tahun 2009 silam.

Tapi itu bukan tahap terakhir bagi BlackRock untuk mengambil kontrol atas dunia ini. Itu justru tahap inisiasi bagi rencana ekspansi BlackRock selanjutnya.

Dan rencana itu terjadi di tahun 2019 tepat beberapa bulan sebelum plandemi Kopit digelar.

Kita tentu ingat, dimana seorang Joe Biden ‘memohon restu’ kepada sosok Larry Fink di bulan Januari 2019 dalam rangka pencapresan dirinya. Dan Langkah ini dijawab gamblang oleh Fink bahwa dirinya hadir justru untuk membantu pentahbisan Biden. (https://campaignforaccountability.org/middle-class-joe-biden-courts-wall-street-oligarch-blackrocks-larry-fink/)

Itu sebab pada pilpres AS yang digelar 2020 silam, saya bisa memprediksi secara tepat kejatuhan sosok Trump digelaran pilpres. Karena saya sedari awal mencatat peristiwa super penting ini. Ditambah lagi saat seseorang George Floyd tewas dan disambut demonstrasi BLM. (baca disini dan disini)

Di tahun yang sama, Fink juga masuk klub Ndoro besar yang bernama World Economic Forum (WEF) dan menempati posisi strategis, yakni sebagai Dewan Pengawas pada LSM paling berpengaruh di kolong langit tersebut. (https://www.weforum.org/press/2019/08/world-economic-forum-appoints-new-members-to-board-of-trustees/)

Tapi itu bukan yang utama.

Pada Agustus 2019 tersebut, BlackRock menerbitkan laporan keuangannya yang bertajuk “Menangani penurunan selanjutnya: kebijakan moneter yang tidak konvensional ke koordinasi kebijakan yang belum pernah terjadi sebelumnya.” (https://www.fullertreacymoney.com/system/data/files/PDFs/2019/Augusut/16th/bii-macro-perspectives-august-2019.pdf)

Laporan ini nggak diekspos oleh media mainstream. Namun ajaibnya dapat menarik sekelompok bankir Wall Street untuk datang ke Jackson Hole, Wyoming guna mendengarkan paparan yang dirilis oleh BlackRock tersebut.

Jelas ada sesuatu yang menjadi magnet, sehingga para bankir Wall Street tersebut mau repot-repot datang untuk tahu duduk masalahnya.

Apa yang terjadi saat itu?

Pertemuan yang dihadiri para bankir bank sentral, bankir Wall Street, ekonom dan para akademisi top dunia, dalam membahas laporan yang dirilis oleh BlackRock tersebut. “Akan ada pembahasan kebijakan moneter masa depan,” begitu kurleb kasak-kusuk saat itu.

Memangnya siapa yang membuat laporan BlackRock tersebut?

Nggak lain dan nggak bukan adalah mantan petinggi di bank sentral yang saat itu dipekerjakan oleh Fink untuk duduk pada jajaran BlackRock.

Ada Philipp Hildebrand (bank sentral Swiss), Stanley Fischer (bank sentral Israel) dan juga Jean Boivin (bank sentral Kanada). Hanya Elga Bartsch saja yang nggak punya kaitan dengan bank sentral sebelumnya.

Disini kita tahu, siapa pihak yang ambil peranan dalam menggagas usulan atas tatanan moneter masa depan.

Secara singkat, laporan tersebut berisi kemungkinan krisis  moneter global yang bakal menimpa dunia di tahun 2020 mendatang. “Para bankir sentral akan dibuat tak berdaya terhadap kenyataan ini, dimana mereka akan kehabisan ruang untuk bergerak,” begitu kurleb-nya.

Saat itu terjadi, apa yang akan diusulkan?

Jawabannya: Direct Reset alias pengaturan langsung, dimana bank sentral akan punya wewenang baru yakni menyalurkan uang secara langsung ke tangan pembelanja sektor publik dan swasta. Go direct resetting, istilah yang dipakainya.

Skema ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam alur kebijakan moneter global.

Jadi, istilah Great Reset yang diusulkan Schwab pada tahun 2020, datangnya dari laporan yang dibuat BlackRock di tahun 2019.

Dengan memakai bahasa sederhana, maka BlackRock ‘memaksa’ The Fed untuk membentuk kebijakan baru yang dapat memberikan wewenang dalam menyuntikkan uang secara langsung ke perekonomian negara jika terjadi krisis ekonomi di tahun 2020.

Jika kemudian muncul plandemi Kopit di tahun 2020 yang menyebabkan krisis keuangan global akibat kebijakan lockdown sana-sini, apakah ini hanya sebuah kebetulan?

Silakan anda menjawabnya sesuai amal ibadah yang anda miliki.

Yang saya mau katakan adalah bahwa BlackRock menjadi pihak penentu arah kebijakan eknomi global yang baru dengan cara memberi kewenangan The Fed (dan bank sentral lainnya) untuk dapat mengintervensi pasar lewat dana talangan (bailout) yang digelontorkannya.

Ini jelas hal belum pernah terjadi sebelumnya, mengingat bank komersial-lah yang biasanya mengintervensi pasar secara langsung melalui sirkuit retail dan bukan bank sentral. Apalagi menggelontorkan dana talangan dalam jumlah jumbo secara langsung.

Pertanyaannya: apa yang didapat BlackRock dengan menyusun skema Going Direct Reset tersebut kepada The Fed?

Tentu saja imbal balik.

Jadi lumrah saat plandemi global dimulai di bulan Maret 2020, The Fed menggandengn BlackRock untuk mengelola beberapa dana talangan. Dan ini berarti bahwa BlackRock mendapatkan akses ke dana pemerintah dan mendistribusikan dana tersebut ke bisnis dalam portofolio-nya sendiri. (https://www.nytimes.com/2020/03/27/business/coronavirus-blackrock-federal-reserve.html)

Contoh yang paling gamblang adalah saat BlackRock memakai dana talangan guna menyelamatkan salah satu asset mereka yang paling berharga: iShares. (https://wallstreetonparade.com/2020/06/blackrock-is-bailing-out-its-etfs-with-fed-money-and-taxpayers-eating-losses-its-also-the-sole-manager-for-335-billion-of-federal-employees-retirement-funds/)

Bahkan nggak hanya The Fed, bank sentral lainnya juga ikutan langkah serupa dengan menggandeng BlackRock entah sebagai konsultan, sebagai penasihat, sebagai manajer, sebagai pembeli atau sebagai investor yang memerlukan dana talangan.

Bank of Canada adalah salah satunya, dimana mereka menggunakan Financial Markets Advisory (FMA) BlackRock pada April 2020 silam untuk mengelola program pembelian obligasi korporasi senilai USD 10 miliar. (https://www.bankofcanada.ca/2020/04/bank-canada-introduce-corporate-bond-purchase-program/)

Salah duanya adalah Riksbank selaku bank sentral Swedia yang juga menggandeng Financial Markets Advisory BlackRock sebagai konsultan eksternal-nya pada Mei 2020. (https://www.bloomberg.com/news/articles/2020-05-15/riksbank-hires-blackrock-to-help-pave-way-for-corporate-bond-qe)

Dengan banyak jaringan bank sentral yang bergantung pada BlackRock selaku pihak yang mengatur dana talangan (bailout), otomatis mengukuhkan BlackRock sebagai perusahaan pengelolaan asset terbesar dikolong jagat. Semua pihak butuh BlackRock dalam menyelesaikan masalah keuangan yang muncul akibat plandemi Kopit.

Untuk apa BlackRock mengkapitalisasi perusahaannya sedemikian besar? Apa motif yang ada dibelakangnya?

Anyway, saya sudahi pembahasan tentang BlackRock sebagai cabang pemerintahan keempat, agar anda makin penasaran dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan saya di atas.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!