Berburu Minyak Abad 21


515

Oleh: Ndaru Anugerah

Apa motivasi utama China untuk mengembangkan proyek OBOR yang belakangan berubah nama menjadi Belt and Road Initiative?

Tentang hal ini, saya pernah bahas. (baca disini)

Pertama, karena China sudah over produksi barang-barang industrinya, sehingga bingung mau dilempar kemana sebagai pangsa pasarnya.

Kedua, ironisnya China kekurangan sumber bahan bakar untuk menyokong industri nasionalnya, baik skal kecil maupun besar. Kalo hanya mengandalkan migas dari cadangan nasional, tentu bakal defisit. Sehingga ekspansi mutlak diperlukan dalam mencari bahan bakar migas guna menunjang industrinya.

Dan yang ketiga, mungkin yang paling terpenting adalah pencarian minyak masa depan, alias Litium.

Menarik untuk mencermati pernyataan yang pernah dilontarkan oleh seorang Henry Kissinger di tahun 1970. “Control oil and you control the nations, control food and you control the people.” Artinya jika suatu negara mau pegang kontrol atas negara lainnya, minyak-lah yang kudu dikuasainya.

Seiring berjalannya waktu, minyak dan gas sebagai bahan bakar fosil lambat laun sudah mulai ditinggalkan oleh banyak negara, utamanya negara-negara maju.

Bahkan negara-negara uni Eropa menyatakan bahwa di tahun 2030 nanti, moda transportasi yang pake bahan bakan fosil sudah nggak boleh beroperasi lagi disana.

Apa sebab? Polusi udara yang diciptakannya sebagai ekses pembakaran, dan memicu pemanasan global. Dengan kata lain, fossil fuel sudah nggak ramah lingkungan dan sumber polutan. Harus dicarikan penggantinya. Dan Litium adalah substitusi yang ditawarkan.

Apa manfaat Litium?

Banyak bray…

Pernah dengar yang namanya Litium Karbonat? Ini adalah pil berbahan dasar litium yang digunakan untuk penderita bipolar disorder. Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi seseorang yang serba ekstrim. Bisa tiba-tiba sangat senang atau sangat depresi.

Kenal yang namanya Litium-6 atau Litium-7? Litium-6 adalah bahan bakar yang diperlukan untuk memproduksi Tritium yang bisa digunakan sebagai senjata nuklir. Sedangkan Litium-7 adalah bahan yang digunakan sebagai pendingin rekator nuklir.

Kalo masih belum tahu juga, saya kasih yang lain deh. Pernah tahu nggak kalo untuk sekedar meluncurkan roket, torpedo atau pesawat ulak-alik, tanpa kehadiran Litium sebagai campuran bahan bakarnya mana mungkin proses tersebut bisa terjadi?

Dan yang paling spektakuler adalah penggunaan Litium sebagai sumber energi utama dari mulai telepon genggam, laptop hingga mobil listrik sekelas Tesla.

Sadar akan pentingnya Litium, China langsung ekspansi. Tujuannya apa? Ya untuk menguasai dunia lewat penguasaan minyak abad 21 tersebut. Sebagai gambaran, cadangan Litium yang dimiliki China hanya sekitar 2000 ton. Masih terlalu kecil.

Penggunaan Lithium terus meningkat tiap tahunnya sebagai sumber energy alternatif bukan saja di China. US Geological Survey memproyeksi bahwa produksi Lithium dunia bakal meningkat hingga 20 persen di tahun 2025.

Dan peningkatan produksi dan konsumsi Lithium otomatis bakal mengundang investor untuk masuk ke bisnis tersebut.

Dalam laporan Bloomberg, merujuk analis dari Sanford C. Bernstein & Co yang memprediksi bahwa uang senilai 350 – 750 miliar USD akan digelontorkan pada bisnis Lithium hingga tahun 2030 nanti. Angka yang aduhai untuk diperebutkan. Dan China telah melihat peluang bisnis ini.

Yang lebih gila lagi, ke depannya pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil akan ditinggalkan dan akan digantikan oleh pemakaian Litium sebagai sumber listrik di rumah-rumah. Dan China sudah memulai riset tersebut. “Sudah 70% hasilnya,” demikian sasus-nya. Anjay….

Kebayang nggak kalo rencana menguasai minyak abad 21 ini berhasil diraih China, apa yang akan terjadi? Logikanya, ditunjang dengan penguasaan teknologi yang mumpuni, peran AS sebagai incumbent penguasa dunia, bakal bergeser tangan ke arah negri Tirai Bambu tersebut.

Jadi tahu kan, kenapa perang dagang terus dijalankan oleh pihak AS terhadap China jauh panggang dari asap dari kata usai. Apa tujuannya? Dengan menekan China lewat kekuatan modal yang dimilikinya, diharapkan China bakal terkapar ditengah jalan.

Sayang, impian mamarika nggak seindah kenyataan. China malah terus melawan ditengah tekanan, bukan keok sesuai skenario awal.

Menarik untuk mengamati sepak terjang ke depannya. Apalagi China yang telah diberikan konsesi pengelolaan Litium di Bolivia oleh Evo Morales, belakangan sang presiden justru di kudeta oleh pihak oposisi yang disponsori AS. Bagaimana kelanjutannya?

Betewe, dunia internasional sudah mikirin soal Litium, kok kita masih sibuk ngebahas soal main catur haram. “Apa nggak ada yang cerdasan dikit, apa?”

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!