Buah Suatu Kebijakan
Oleh: Ndaru Anugerah
“Darimana asalnya fundamentalisme Islam, Bang?” tanya seseorang.
Tentang ini saya sudah kasih jawabannya dengan lengkap. (baca disini dan disini)
Kali ini saya mau kasih ilustrasi yang lain, agar anda bertambah wawasannya.
Anda kenal Zbigniew Kazimierz Brzezinski?
Dikenal sebagai pendukung kebijakan Rollback yang telah diluncurkan oleh Dwight Eisenhower dan John Foster Dulles, Brzezinski merupakan sosok dibalik kebangkitan fundamentalisme Islam di dunia. (https://history.rutgers.edu/docman-docs/undergraduate/honors-papers-2011/268-the-guise-of-rollback/file)
Kalo anda belum paham apa itu Rollback, kebijakan itu sendiri menyatakan bahwa antagonisme yang dipertontonkan AS dalam melawan Uni Soviet saat Perang Dingin, hanya akan membawa negara-negara Eropa Timur lebih mendekat ke Moskow. Dan ini nggak menguntungkan AS.
Saat Menlu Carter Cyrus Vance mendesak agar AS mempertahankan kebijakan ‘détente’ dengan cara mengambil jalan perundingan damai dengan Soviet, Brzezinski yang merupakan akademisi tulen justru punya pandangan yang berbeda.
“Terlalu banyak détente malah menyebabkan Soviet menguasai TimTeng dan Afrika. Oleh karena itu beberapa détente mungkin diperlukan seperti wilayah TimTeng, tapi itu bukan yang utama,” demikian kurleb ungkap Brzezinski.
Lalu apa solusinya?
Mengembangkan kebijakan Rollback tadi, dengan cara ‘menahan’ selain mendukung ‘virus internal’ yang ada di negara yang pemimpinnya hendak digulingkan. Inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Revolusi Warna. Dan Brzezinski lah yang punya andil atas semua ini.
Inilah kekuatan sesungguhnya yang mendorong rontoknya komunis Soviet.
Strategi yang dijalankan Brzezinski, pertama kali digelar di Afghanistan. Agar bisa membuat Soviet bubar, maka AS harus menggelar perang yang memakai kekuatan proxy di negara tersebut. Diharapkan dengan perang yang berlarut-larut, kondisi keuangan Soviet akan babak belur.
Rencana Brzezinski kemudian dieksekusi dengan memberikan pendanaan, pelatihan militer dan juga dukungan senjata kepada suku-suku Islam di sana (utamanya kaum Mujahidin) untuk menentang invasi Soviet, dengan dibantu Arab Saudi dan Pakistan. (https://www.washingtonpost.com/outlook/2019/01/07/history-trump-cia-was-arming-afghan-rebels-before-soviets-invaded/)
Ide yang dikembangkan Brzezinski adalah menahan invasi Soviet dari arah Selatan dengan memakai gerakan Islam. Ini sangat logis mengingat wilayah selatan Soviet banyak dihuni oleh kaum ‘hijau’. Nggak salah kalo strategi ini dikenal dengan Kebijakan Sabuk Hijau. (https://www.ceeol.com/search/article-detail?id=723436)
Strategi yang dikembangkan Brzezinski membuahkan hasil, dimana pelatihan dan peralatan yang diberikan kepada kaum Mujahidin berhasil memaksa tentara Soviet keok, dan berujung pada bubarnya rezim Komunis di negara tersebut di kemudian hari.
Namun, ekses dari pelatihan tersebut adalah munculnya kaum radikal Islam dengan nama beragam mulai dari Taliban, Al-Qaeda hingga ISIS. Jadi, tanpa adanya Perang Afghanistan, organisasi radikalis seperti itu nggak akan pernah ada di dunia.
Menyesalkan seorang Brzezinski yang telah membidani kelompok-kelompok teror?
Nggak sama sekali. Baginya, yang utama dan terutama adalah hancurnya kekuatan Soviet. (baca disini)
Apa hanya Perang Afghanistan yang membuat Soviet ambruk?
Nggak juga. Ada lagi kebijakan Rollback lainnya yang diterapkan Brzezinski pada negara-negara satelit Soviet. Salah satu yang terkenal adalah di Polandia, negara dimana Brzezinski berasal.
Dalam upaya menahan agar negara-negara Eropa Timur tidak mendekat ke genggaman Soviet, maka beberapa upaya dilakukan.
Mulai dari mengintensifkan siaran Radio Free Europe yang berbasis di Jerman Barat yang berbatasan dengan Polandia. (https://www.wilsoncenter.org/sites/default/files/media/documents/publication/happ.op-3.pdf)
Hingga menjalin kontak dengan Adam Minchnik yang belakangan menjadi salah satu pemimpin gerakan Solidarity di Polandia pada tahun 1980-an, yang dimotori oleh Lech Walesa. (https://timenote.info/en/Zbigniew-Brzezinski)
Baik di Afghanistan dan Polandia, kekuatan proxy berbasis agama-lah yang digunakan Brzezinksi. Dan sejarah mencatat bahwa gerakan Solidarity memainkan peran kunci dalam bubarnya Uni Soviet selain perang di Afghanistan. (https://www.bbc.co.uk/bitesize/guides/zq63b9q/revision/3)
Saya harap anda dapat menambah wawasan pada bidang geopolitik lewat paparan yang saya buat.
Setidaknya dari seorang Brzezinski kita bisa belajar satu hal, bahwa agama tidak sepatutnya digunakan untuk tujuan politik. Sudah banyak contohnya, apa mau diulang lagi?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments