Menyoal Krisis Migran (*Bagian 1)


526

Menyoal Krisis Migran (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

“Bang, bahas soal krisis migran yang ada di Eropa Timur?” pinta seorang netizen.

Sebenarnya ini bukan masalah yang mudah untuk diurai, karena lumayan kusut untuk dijabarkan.

Namun, karena sudah ditanya, saya akan coba menjawabnya dengan bahasa yang sesederhana mungkin agar anda gampang mengunyahnya.

Krisis migran menyasar Belarusia-Polandia, dimana para migran berencana untuk menyebrang ke Eropa Barat melalui jalur tersebut. Sekedar informasi, kalo jalur Belarusia-Uni Eropa sudah lama dikenal dikalangan migran ilegal. (https://www.dw.com/en/the-route-from-iraq-to-belarus-how-are-migrants-getting-to-europe/a-59636629)

Memang darimana asal para migran tersebut?

Macam-macam. Biasanya mereka adalah para pencari suaka yang melarikan diri dari Irak, Suriah, Yaman ataupun Afghanistan. Wajar! Siapa juga yang mau tinggal di negara yang kerap didera perang berkepanjangan? (https://www.bbc.com/news/59233244)

Ini dapat terlihat saat pemerintah Belarusia memulangkan kembali sekitar 400 migran ke Irak dengan penerbangan repatriasi. Jadi asal migran tersebut memang berasal dari daerah yang kerap didera konflik berkepanjangan. (https://www.aljazeera.com/news/2021/11/18/hundreds-of-iraqis-to-be-repatriated-from-belarus)

Dan alasan mereka mengungsi sangat klasik, yaitu dengan tujuan mengadu nasib, “Siapa tahu akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik di negara tujuan.”

Lantas bagaimana mereka sampai ke Belarusia?

Disini komplikasi bermula.

Frontex yang memantau pasukan Uni Eropa di perbatasan menyatakan bahwa sebagian besar migran tiba di Minsk (ibukota Belarusia) dengan menggunakan moda transportasi udara. Dari Belarusia, para migran kemudian menempuh jalur darat ke perbatasan negara-negara Eropa Barat, seperti Polandia dan Lithuania. (https://frontex.europa.eu/we-know/migratory-map/)

Dengan kata lain ada jalur penerbangan yang ‘sengaja’ dibuka untuk memuluskan para migran bisa menembus Uni Eropa. Dan Belarusia membuka keran tersebut, dengan melayani penerbangan langsung dari wilayah TimTeng (seperti: Beirut, Dubai, dan Baghdad).

Bukan itu saja, karena Belavia selaku maskapai penerbangan Belarusia juga mengoperasikan penerbangan dari Istambul dan Antalya di Turki secara langsung selain menggandeng kemitraan dengan maskapai penerbangan Turkish Airlines agar para migran bisa sampai di Belarusia. (https://www.bbc.com/news/59233244)

Dengan temuan ini, Uni Eropa langsung menuduh Belarusia sengaja ‘memikat’ para migran untuk bisa ke Minsk dengan janji palsu agar bisa masuk ke Uni Eropa. “Saat mereka tiba, mereka langsung di dorong ke perbatasan,” demikian ungkap jubir Uni Eropa. (https://www.express.co.uk/news/world/1518559/eu-news-live-Belarus-border-poland-migrant-row-shots-fired-sanctions-Von-Der-Leyen-latest)

Bahkan seorang pejabat Lithuania mengatakan bahwa Belarusia telah menyederhanakan proses visa bagi pendatang dari Irak, sehingga memungkinkan mereka masuk ke Minsk dengan status ‘turis’. (https://www.bbc.co.uk/news/world-58952867)

Pihak Polandia maupun Lithuania juga mengatakan hal yang senada, bahwa mereka telah menemukan bukti migran yang mereka cegat diperbatasan kemudian mengungkapkan bagaimana pihak Belarusia membantu perjalanan mereka ke perbatasan.

“Kami mendapati bagaimana jaringan agen perjalanan, maskapai penerbangan dan jaringan penyeludup terlibat dalam upaya para migran agar dapat mendapatkan visa dan meninggalkan negara asal mereka di TimTeng menuju ke Minsk guna melakukan perjalanan darat ke Uni Eropa,” demikian kurleb-nya. (https://www.bbc.co.uk/news/world-europe-59289998)

Apa memang iya, Belarus sengaja ‘memfasilitasi’ migran untuk bisa mendarat di Minsk?

Presiden Lukashenko menyatakan bahwa ‘mungkin’ negaranya telah membantu para migran untuk bisa masuk ke Uni Eropa, tapi dia menolak tudingan bahwa Belarusia ‘mengundang’ mereka untuk datang ke Belarusia. (https://www.bbc.com/news/world-europe-59343815)

Pendapat senada dilontarkan Belavia. Meskipun sepanjang tahun ini Belavia telah meningkatkan volume penerbangan dari Istambul, namun itu bukan berarti mereka terlibat dalam upaya ‘memfasilitasi’ kedatangan para migran. (https://en.belavia.by/news/4836732/)

Lantas yang benar siapa?

Yang jelas para migran tersebut kini dalam posisi dilematis, terjebak di tengah-tengah perbatasan Belarusia dan Polandia. Mungkin kalo kondisi cuacanya hangat, ini nggak masalah buat mereka.

Masalahnya, kondisi cuaca dingin menyebabkan mereka harus hidup dalam kondisi ekstrim di pengungsian. Bisa ditebak, beberapa nggak tahan dengan situasi ini dan akhirnya meregang nyawa. (https://www.dw.com/en/belarus-poland-crisis-death-and-misery-at-the-border/a-59850493)

Dengan kondisi tersebut, aktivis HAM langsung menuding Belarusia dan Uni Eropa sebagai pihak yang bertanggungjawab, yang dengan sengaja ‘membiarkan’ status migran diombang-ambing ibarat bola ping-pong. (https://www.hrw.org/news/2021/11/24/belarus/poland-abuse-pushbacks-border)

Kenapa para migran nggak diterima saja di negara-negara Uni Eropa seperti yang mereka harapkan?

Bukankah hukum internasional menyatakan bahwa siapapun yang mencari perlindungan, harus diberikan akses ke proses suaka? (https://www.unhcr.org/3bcfdf164.pdf)

Nggak semudah itu. Seperti saya bilang di awal, bahwa ini cukup pelik untuk diurai.

Bagaimana ruwetnya, nanti saya akan ulas pada bagian kedua.

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!