Serangan Makassar
Oleh: Ndaru Anugerah
Hari ini, saya dan keluarga plesiran. Dan saya memang berencana untuk nggak posting analisa hari ini, mengingat saya juga butuh liburan. Boleh, kan?
Tapi pas makan siang, agak kaget baca pesan di messenger. “Bang, ada bom meledak di gereja Makassar,” demikian isi pesan singkatnya. Kurang jelas maksudnya apa dan saya berusaha cari tahu kronologi yang sebenarnya terjadi.
Dan begitu saya lihat situasinya settle, saya kemudian cari informasi seputar peristiwa tersebut.
Berdasarkan informasi yang saya dapat, pelaku bom menggunakan motor matic dalam menjalankan aksinya.
“Pelakunya menggunakan kendaraan sepeda motor matic bernopol DT 5984 MD, dan ledakan terjadi di depan pintu gerbang gereja Katedral Makassar,” ungkap sumber resmi di kepolisian. (https://nasional.kompas.com/read/2021/03/28/12542881/bom-bunuh-diri-di-katedral-makasar-polri-2-pelaku-gunakan-sepeda-motor-matic)
Menurut sumber resmi, pelaku diduga panik saat melihat banyak orang keluar dari gereja, dan kemudian melakukan aksi peledakan di depan gerbang.
Ini bisa terjadi karena aksi pelaku lebih dahulu ‘terdeteksi’ oleh satuan pengamanan gereja yang melihat gelagat tidak ‘wajar’ pada kedua pelaku tersebut.
Pastor Gereja Katedral, Wilhelminus Tulak menegaskan bahwa bom bunuh diri terjadi pada pukul 10:30 pagi dimana saat itu ada transisi misa alias ibadah kedua menujuk ibadah ketiga. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210328115353-20-622998/kronologi-bom-bunuh-diri-di-katedral-makassar-versi-pastor)
Jadi umat gereja sudah keluar dari misa kedua tersebut, karena misa ketiga rencananya akan digelar saat jam 11:00.
“Kebetulan pintu keluar dan masuk gereja ada beberapa akses, sehingga umat bisa keluar masuk dengan cepat dan tidak terkonsentrasi pada satu pintu,” ungkap sang pastor.
Jadi, pelaku panik begitu melihat umat sudah keluar dan aksinya telah terendus oleh satpam gereja, padahal aksi tersebut rencananya akan menyasar mereka yang sedang beribadah.
Mungkin karena takut gagal, makanya aksi bom bunuh diri tersebut akhirnya dieksekusi juga, walaupun berujung kegagalan.
“Tak ada umat gereja yang terkena serangan bom tersebut,” ungkap pastor Tulak. Dengan kata lain, hanya pelaku yang tubuhnya hancur berkeping-keping karena sserangan bom yang gagal. (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210328102327-20-622962/potongan-tubuh-ditemukan-usai-bom-di-gereja-katedral-makassar)
Kalo anda rajin baca analisa saya, maka peristiwa ini sudah saya prediksi pada Desember 2020 silam, secara khusus saat Biden sukses menghempas Trump dalam gelaran pilpres. (baca disini dan disini)
Analisa saya perkuat saat terjadi penembakan di Colorado, AS tempo hari. (baca disini)
Jadi saya sama sekali nggak kaget atas insiden ini. Dan aksi seperti ini akan meningkat hari-hari ke depannya sebagai program turunan yang akan dibesut Biden. (baca disini)
Semoga anda paham situasinya, dan jangan terprovokasi atas aksi bom bunuh diri tersebut.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments