Upaya Menendang Trump


514

Oleh: Ndaru Anugerah

Tok-tok-tok, palu diketok yang menandakan hasil perhitungan suara di Kongres AS terhadap amar putusan untuk mendepak Trump dari kursi ke presidenan, sah sudah. Upaya mayoritas suara di Kongres yang memang dikuasai oleh kubu Demokrat selaku oposisi Trump di parlemen, akhirnya membuahkan hasil.

Apakah ini akhir dari masa jabatan Trump?

Bisa iya, bisa juga nggak. Tergantung pada persidangan lanjutan di senat nanti. Jadi belum final nasib seorang Trump. Uniknya, mayoritas senat adalah kubu Republik yang selama ini mendukung Trump. Dibutuhkan 2/3 suara senat dipersidangan, kelak jika ingin mendepak Trump.

Aliasnya, kubu Demokrat harus mampu meyakinkan 20 senator dari Republik untuk mau berpindah kubu plus 2 suara dari senator independen.

Bicara pada tataran politik nggak sama dengan bicara matematika. Sangat sulit dikalkulasi peluang menang kalahnya, meskipun banyak pihak menyangsikan upaya pelengseran tersebut akan membuahkan hasil. “Lha wong mayoritas senator ada di kubu Trump.”

Lalu, apa penyebab Trump dilengserkan oleh Kongres?

Ada 2 klausul. Pertama menyalahgunakan kekuasaan dalam menekan Ukraina untuk kepentingan pribadinya. Kedua menghalang-halangi investigasi yang dilakukan Kongres AS atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan tersebut.

Kasus ini menempatkan Trump sebagai presiden ketiga di negeri Paman Sam tersebut yang coba dilengserkan oleh Kongres.

Kasus pertama adalah Andrew Johnson di tahun 1868 dan kedua Bill Clinton di tahun 1998. Tapi kedua upaya impeachment sebelumnya tersebut, berakhir anti klimaks di persidangan senat.

Kalo sekedar mengulas ini, semua orang juga sudah menulisnya. Bener, kan? Ngapain juga baca ulasan saya? Untuk kali ini saya coba ulas dari sudut pandang yang berbeda.

Lanjut, mang…

Bermula dari bantuan militer yang hendak diberikan oleh AS kepada Ukraina, namun dimanfaatkan oleh seorang Trump untuk menekan presiden Ukraina saat ini – Volodymyr Zelensky. Menekan bagaimana? Agar sang presiden mengadakan penyeledikan yang menarget Joe Biden plus anaknya.

Sebagai informasi, Joe Biden adalah pesaing berat Trump di pilpres AS 2020 nanti yang akan diusung oleh kubu Demokrat. Joe juga kini tengah bekerja diperusahaan gas Ukraina. Menurut kabar-kabur, si Joe dan putranya telah melakukan praktik korupsi diperusahaan tersebut.

Tanpa mengindahkan prosedur, Trump langsung telpon si Zelensky.

“Tolong diselidiki tingkah si Joe. Kalo nggak, bantuan militer nggak ane kasih ke ente,” demikian inti percakapan bernada intimidatif ala Trump pada 25 Juli 2019 lalu. Sialnya, Kongres berhasil mendapatkan rekaman pembicaraan terlarang tersebut secara lengkap-kap-kap.

Kalo menghitung peluang Trump di senat, kita harus lihat masalahnya secara holistik. Jadi nggak sepotong-potong buat analisanya. Dari pertanyaan sederhana: sebenarnya ada apa di Ukraina?

Setelah Uni Sovyet bubar, potongan besar di negara bekas rejim sosialis tersebut adalah Rusia. Dibawah kepemimpinan Vladimir Putin, Rusia kembali membangun rejim sosialis yang baru, perlahan tapi pasti dengan mencaplok negara-negara bekas Soviet dulu.

Lihat saja. Di tahun 2014, Rusia menganeksasi Krimea yang tadinya bagian Timur dari Ukraina. Atas aksi tersebut, popularitas Putin langsung melonjak di Rusia. Hal inilah yang menyebabkan sanksi ekonomi diberikan oleh UE dan juga AS atas Rusia yang telah main caplok negara lain.

Sejak itulah, Ukraina jadi wilayah konflik berkepanjangan antara Rusia yang coba mencaplok wilayah tersebut secara utuh, melawan kubu pemerintahan Ukraina yang mendapat sokongan penuh dari NATO.

Tahu pesawat Boeing 777 milik Malaysia dengan nomor penerbangan MH17 yang hancur berkeping-keping akibat di rudal setelah melewati daerah ‘panas’ Donetsk yang merupakan wilayah perbatasan antara Ukraina dan Rusia? Peristiwa yang berlangsung pada 2014 silam tersebut menewaskan sekitar 298 orang.

Santer beredar kabar, pelakunya adalah pasukan separatis Ukraina yang disokong oleh Rusia. Buntut peristiwa tersebut menambah ketegangan antara Rusia dan Ukraina.

Kenapa AS dan sekutunya mendukung penuh Ukraina dalam melawan Rusia?

Ada beberapa faktor.

Pertama, Ukraina adalah negara yang kaya SDA-nya. Dari batubara saja, negara ini bisa memproduksi sekitar 65 juta ton per tahunnya. Belum lagi dari uranium, yang kapasitas produksinya mencapai 550 ton per tahun. Dengan kandungan uranium demikian banyak, upaya membuat nuklir apa nggak jadi lebih mudah?

Kedua, tahu proyek OBOR China? Nah jalur darat tuh proyek bakal melewati Ukraina dengan lintasan terpanjang didunia. Tercatat panjang rel-nya mencapai 22ribu kilometer pada proyek.

Dengan jalur kereta yang demikian panjang, maka secara geografis Ukraina memenang peranan yang penting bagi sukses tidaknya proyek OBOR tersebut. Belum lagi lokasi Ukraina yang hanya sepelemparan lembing dari Rusia.

Merujuk pada alasan itu saja, maka nggak aneh kalo NATO dibawah komando AS mati-matian bela Ukraina, utamanya bantuan militer. Bantuan militer dari AS senilai hampir 400juta USD alias Rp. 5,5 trilyun, bakal bisa digunakan untuk beli rudal anti-tank oleh Ukraina untuk memborbardir tank-tank yang banyak dipakai Rusia dalam mencaplok Ukraina.

Poin-nya satu: jangan sampai Ukraina dicaplok Rusia kembali.

Jika melihat pentingnya peran Ukraina bagi kepentingan nasional AS, trus ditengah jalan Trump justru mempersulit bantuan militer tersebut hanya demi kepentingan pribadi-nya, apakah langkah impeachment bisa berjalan mulus?

Entahlah. Berkaca pada langkah impeachment Andrew Johnson, kan kasusnya cuma kaleng-kaleng. Gegara memecat menteri perang-nya saat itu. Kasus yang menimpa Bill Clinton-pun 11-12. Gegara selingkuh sama Monica Lewinsky. Dan kasus esek-esek jelas nggak ada kaitannya sama kepentingan nasional AS.

Dengan kata lain, kalo sudah menyangkut kepentingan nasional, akan beda lagi ceritanya.

“Lagian, siapa sih yang bisa bocorin isi percakapan telpon kalo bukan kerjaan intelijen? Kasus JF. Kennedy mungkin jawaban yang paling jelas, bagaimana peran intelijen jauh lebih dominan pengaruhnya dari sekedar seorang presiden di Amrik, sana.”

 

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah mantan Aktivis 98 GEMA IPB)

 

 

 

 


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!