Untuk Apa Booster Diberikan?
Oleh: Ndaru Anugerah
Seiring munculnya varian baru Kopit, otomatis booster mulai digencarkan. Alasan klasik yang dikemukakan adalah bahwa booster diperlukan untuk mengatasi varian baru yang diklaim sulit diatasi bahkan kebal terhadap vaksin Kopit. (baca disini)
Kalo anda mengandalkan informasi dari media mainstream, silakan anda cari di luar sana.
Tentunya bagi mereka yang merindukan informasi pembanding, akan membaca ulasan yang saya buat agar anda punya gambaran yang seimbang. Bahasa sederhananya agar nggak gampang dimanipulasi media mainstream.
Terus apa jadinya jika suntikan booster diberikan pada seseorang?
Asal tahu saja, bahwa booster dirancang secara spesifik untuk mengatasi varian Kopit tertentu. Dengan kata lain, booster akan memprogram ulang respons imun adapttif dan bawaan pada seseorang, namun dampak lain yang ditimbulkan akan dapat melemahkan fungsi kekebalan seseorang secara keseluruhan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Konstantin Fohse dan rekannya tersebut menyatakan booster Pfizer dapat membuka pintu yang lebar pada tubuh seseorang bagi masuknya infeksi bakteri, jamur hingga virus yang dapat memicu penyakit kanker dan autoimun. (https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.05.03.21256520v1.full)
Pendapat senada juga dikemukakan oleh ilmuwan Jepang, Dr. Ken Tsumiyama dan rekannya yang mengadakan penelitian di tahun 2009 silam, bahwa imunisasi berulang dengan antigen dapat menyebabkan penyakit autoimun sistemik yang lebih tinggi. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/labs/pmc/articles/PMC2795160/)
Bukankah booster juga menggunakan antigen? (https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/24678509/)
Apa hanya itu risiko yang ditimbulkan booster?
Nggak juga.
Kita tahu bersama bahwa vaksin yang nggak steril atau yang rentan mengalami kebocoran, akan dapat memicu evolusi virus yang lebih berbahaya dari sebelumnya. (https://www.newsweek.com/leaky-vaccines-may-create-stronger-viruses-357575)
“Virus selalu bermutasi dan jika seseorang menghasilkan mutasi baru yang yang kurang rentan terhadap vaksin, maka virus baru tersebut dapat berkembang biak pada individu yang telah mendapatkan vaksinasi,” begitu kurleb-nya. (https://www.npr.org/2021/02/09/965703047/vaccines-could-drive-the-evolution-of-more-covid-19-mutants)
Ini mungkin yang bisa menjelaskan mengapa Omicron menjadi resisten terhadap vaksin mula-mula selain banyak ditemui pada mereka yang justru telah mendapatkan suntikan lengkap.
Bahkan sekelas Prof. Luc Montagnier selaku peraih Nobel juga menyatakan yang sama, ““Program vaksinasi adalah sebuah kesalahan yang tidak dapat diterima baik secara medis maupun ilmiah.” (https://planetes360.fr/pr-luc-montagnier-les-variants-viennent-des-vaccinations/)
Prof. Montagnier menambahkan, “Melalui vaksin akan tercipta antibodi baru, sehingga memaksa virus untuk menemukan solusi lain, atau virusnya akan mati. Disinilah varian baru terjadi. Dengan kata lain, varian tersebut merupakan produksi dan hasil dari vaksinasi.”
Selain itu, satu yang perlu anda ketahui bahwa orang yang menerima suntikan Kopit, memiliki viral load yang lebih tinggi daripada orang yang tidak divaksinasi. Dengann fakta ini, di Israel kasus Kopit terburuk adalah pada mereka yang justru mendapatkan vaksinasi. (baca disini)
Faktor lain yang mungkin harus anda pikirkan sebelum menerima booster adalah mengenai efektivitas vaksin tersebut. Kalo anda berpikiran bahwa booster akan dapat memberikan perlindungan ‘selamanya’ terhadap varian baru Kopit, anda salah besar.
“Perlindungan APAPUN yang anda dapatkan dari booster Pfizer, hanya akan bersifat singkat,” ungkap Dr. Yair Goldberg dan rekannya. (https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMoa2114228)
Temuan ini didapatkan di Israel dimana sejak Desember 2020 silam, negara Zionis tersebut telah memulai program enjus massal di negaranya dengan vaksin pabrikan Pfizer. Memang awalnya kasus Kopit disana melandai setelah vaksinasi.
Tapi di bulan Juni 2021, kasus Kopit kemudian menggila kembali seiring munculnya varian Delta. (baca disini)
Artinya apa?
Efektivitas vaksin berkurang, sehingga orang yang divaksin lengkap sekalipun akan ‘letoy’ dalam menghadapi varian baru. Efektivitas vaksin yang digadang-gadang mencapai 95% hanyalah janji palsu yang nggak bisa dipegang buntutnya. “Kok mau-maunya dikibulin?” (https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/nejmc2104974)
Kalo kemudian muncul booster yang diklaim mampu menghadapi varian baru, sudah bisa dipastikan bakal ada batas kadaluarsa efektivitas vaksin, sama kek sebelumnya.
Dan yang terakhir yang perlu anda pikirkan adalah: sampai kapan anda akan mendapatkan booster? Apakah suntikan ketiga sudah cukup guna mengatasi varian Kopit?
Dr. Anthony Fauci mengatakan bahwa warga AS akan mendapatkan booster Kopit tahunan. Jadi, enjusan berkala akan dilakukan selama plandemi dengan varian-varian barunya belum bisa dijinakkan. (https://www.foxnews.com/politics/fauci-covid-more-booster-shots-americans)
“Jika ini tidak dilakukan, maka plandemi akan terus berlanjut,” begitu ancamnya.
Tentang ini, saya sudah bolak-balik mengulasnya. (baca disini, disini dan disini)
Setelah membaca ulasan saya berikan, sebagai penutup, coba anda tanyakan kembali: apakah gunanya suntikan booster diberikan?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments