Serangan Siber ke Korut


516

Serangan Siber ke Korut

Oleh: Ndaru Anugerah

Pada medio Januari 2022 silam, akses internet di Korut nggak bisa dibuka selama kurleb 4 jam. Ini dikarenakan server jaringan dalam negeri yang nggak tersedia.

Apa sebabnya?

Spekulasi mulai merebak. Mulai dari kerusakan teknis seperti pemadaman listrik, hingga aroma serangan hacker dari luar. Dan yang paling banyak menjadi perhatian publik adalah kemungkinan serangan siber yang menyasar jaringan server di Korut. (https://www.nknews.org/2022/01/north-korea-kicked-off-internet-by-suspected-ddos-attack/)

Dengan adanya serangan tersebut, maka infrastruktur IT yang ada di Korut menjadi lumpuh alias nggak bisa diakses, dan ini menyebabkan layanan internet ditutup secara total.

Akibatnya bisa ditebak: layanan berita hingga layanan maskapai penerbangan, menjadi nggak bisa diakses oleh publik. Bukan hanya di Korut, tapi dunia luar juga nggak bisa mengakses hal yang sama.

Kasus ini nggak berhenti sampai disitu.

Pada akhir Januari, serangan siber atau yang dikenal sebagai Distributed Denial of Service (DDOS) kembali terjadi. Akibatnya jaringan internet di Korut nggak bisa digunakan selama kurleb 6 jam.

Ini menjadi janggal, karena sehari sebelum serangan tersebut, Korut telah menggelar uji coba rudal kelima-nya. Kalo sehari setelahnya tetiba jaringan internet ‘off’, apa nggak aneh? (https://www.news18.com/news/world/north-korea-conducts-cruise-missile-test-its-fifth-this-year-report-4696319.html)

Akibat putusnya jaringan tersebut, sumber daya internet milik Korut yang dikontrol oleh DPRK, otomatis diblokir, karena pemerintah Korut berhenti melaporkan rute Border Gateway Protocol (BGP) sebagai lalu lintas jalur internet global. (https://www.donga.com/news/Politics/article/all/20220127/111459529/1)

Anehnya, sehari setelah kejadian tersebut, serangan siber kembali terjadi. Namun serangan ini nggak berakibat fatal seperti sebelumnya, hanya saja jaringan internet menjadi melambat akibat sistem-nya down. (https://www.nknews.org/pro/north-korea-defends-against-third-wave-of-cyberattacks)

Dan serangan terakhir terjadi di akhir Januari silam, yang menyebabkan akses ke beberapa situs menjadi terganggu, meskipun sekali lagi ini tidak menyebabkan pemblokiran internet sama sekali. (https://en.yna.co.kr/view/AEN20220131001100325?section=news)

Pertanyaannya adalah: dengan adanya 4 kali serangan secara simultan, kira-kira siapa yang bertanggungjawab aksi serangan siber tersebut dan apa motifnya?

Kalo main tuding langsung, tanpa menyertakan bukti, itu sama sekali nggak elok untuk dilakukan. Dalam kaji analisis geopolitik, asumsi memang bisa digunakan, namun sedapat mungkin dihindari. Obyektivitas adalah hal yang ingin disampaikan, bukan?

Walaupun nggak ada data yang mengungkap secara ‘vulgar’, ikhwal siapa yang bertanggungjawab, (pada awalnya) tapi coba kita dalami siapa yang punya kepentingan atas serangan itu.

Merujuk pada catatan sejarah, AS justru pernah beberapa kali melakukan serangan siber ke Korut. Setidaknya NSA pernah terlibat dalam aksi pengawasan digital dengan cara menanamkan spyware pada jaringan komputer yang dikontrol oleh DPRK di tahun 2010. (https://www.scmp.com/news/asia/article/1681851/nsa-started-tapping-north-koreas-internet-chinese-networks-2010-officials)

Kejadian kembali terjadi di tahun 2013, saat hacker bernama Anonymous melakukan aksi serangan siber besar-besaran yang menyasar jaringan internet di Korut, sehingga jaringan internetnya lumpuh dan nggak bisa diakses. (https://www.businessinsider.com/anonymous-hackers-claim-north-korea-attack-2013-6)

Kalo bicara musuh ideologis Korut, siapa yang paling punya kepentingan atas serangan ini?

Dan asumsi ini sungguh mendasar, karena belakangan diakui oleh pemerintah AS bahwa mereka punya kepentingan terhadap kendali jaringan rudal dan nuklir jarak jauh yang dikontrol DPRK. Dengan memiliki kontrol jarak jauh, minimal AS bisa melakukan aksi sabotase pada jaringan vital milik Korut. (https://rg.ru/2018/02/20/smi-ssha-zaplanirovali-kiberudar-po-severnoj-koree.html)

Kalo nggak punya kepentingan terhadap Korut, ngapain juga sekelas CIA membentuk divisi baru yang disebut Korea Mission Center di tahun 2017 silam, yang secara khusus concern pada serangan siber? (https://www.cnn.com/2017/05/11/politics/cia-north-korea-mission-center-announced/index.html)

Ini selaras dengan langkah yang diambil oleh Trump pada 2018 silam, dengan membuat kebijakan yang melegitimasi penggunaan senjata siber yang menyasar musuh-musuh AS. (https://www.wsj.com/articles/trump-seeking-to-relax-rules-on-u-s-cyberattacks-reverses-obama-directive-1534378721)

Dengan menggunakan serangan siber, ini akan menghemat biaya besar-besaran ketimbang menggunakan serangan militer.

Apakah pihak Pyongyang nggak tahu atas skenario ini?

Terlalu naif jika dikatakan bahwa mereka nggak tahu informasi sama sekali.

Berita terakhir yang saya dapat beberapa hari yang lalu (3/2), hacker bernama P4x asal AS, mengakui telah menginisiasi 4 kali serangan siber yang menyasar Korut. (https://www.dailymail.co.uk/news/article-10473271/US-hacker-pyjamas-takes-North-Koreas-internet.html)

Lantas, kalo benar klaim yang disampaikan hacker yang hobi pakai piyama tersebut, apa motifnya?

“Tindakan ini saya lakukan, karena saya sebelumnya telah menjadi korban aksi peretasan yang dilakukan oleh hacker asal Korut,” ungkapnya.

Pertanyaan sederhana: apakah alasannya logis?

Pertama P4x nggak merinci, aksi peretasan apa yang bisa membuatnya sangat kesal. Kedua, darimana dia tahu kalo aksi itu dilakukan oleh hacker asal Korut, dan bukan klaim dirinya semata? Dan yang ketiga, aksi peretasan itu butuh biaya besar. Masa iya, P4x melakukannya sendirian tanpa adanya sponsor?

Silakan anda simpulkan sendiri perihal logis tidaknya alasan yang dilontarkan.

Dalam kacamata saya selaku analis, aksi peretasan ini hanyalah prolog menuju serangan siber yang lebih luas lagi secara global. Jika ini terjadi, maka otomatis akan melumpuhkan sistem internet dunia. When this finally happened, then who’s got to blame?

Saya harap anda masih ingat atas rencana Cyber Polygon yang diusung oleh kartel Ndoro besar. (baca disini, disini, dan disini)

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!