Sarat Rekayasa (*Bagian 2)
Pada bagian pertama tulisan, kita sudah membahas apa esensi perang, dan siapa yang bermain di belakangnya. Nggak lain, sang Ndoro besar sendiri-lah yang punya andil pada setiap perang yang ada di muka bumi. (baca disini)
Ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh jenderal perang asal AS, Smedley Butler pada masa 1935 silam. “Perang sengaja digelar untuk kepentingan segelintir orang, dengan mengorbankan banyak orang,” demikian kurleb pernyataan sang Jenderal Butler. (http://kether.com/words/butler-smedley–war-is-a-racket-1.pdf)
Yang dimaksud dengan frase ‘segelintir orang’ disini, nggak lain adalah kartel Wall Street dan juga para bankir yang kemudian membentuk konsorsium Military Industrial Complex (MIC). Antony C. Sutton mengamini hal tersebut beberapa tahun kemudian. (baca disini dan disini)
Nggak hanya itu, sebab mantan presiden AS sekelas Dwight Eisenhower juga mengungkapkan hal yang kurleb sama. Ini memungkinkan negara sekelas AS untuk selalu menggelar kebijakan perang di banyak negara, karena ada lobi MIC di pemerintahan-nya. (baca disini)
Ingat saat Wapres Dick Cheney ngotot ngomong kepada publik AS kalo Irak memiliki senjata pemusnah massal? (https://www.washingtonpost.com/politics/2019/03/22/iraq-war-wmds-an-intelligence-failure-or-white-house-spin/)
Setelah ditelusuri, nyatanya Cheney menerima uang tahunan sebesar USD 2 juta dari KBR yang merupakan anak perusahaan Halliburton. Hanya kebetulan semata? (https://www.nytimes.com/2004/09/28/us/a-closer-look-at-cheney-and-halliburton.html)
Sekarang kita kembali ke pertanyaan awal.
Bagaimana kita tahu bahwa ‘perang’ Ukraina-Rusia hanyalah sebatas skenario untuk memperburuk perekonomian global?
Jika benar Ukraina sedang berperang melawan Rusia, harusnya Rusia akan mempersulit kondisi di Ukraina utamanya akses bahan bakar, agar posisi Ukraina makin terjepit dan kalah perang. Ini hal yang logis untuk dilakukan, bukan?
Pertanyaannya: apakah demikian adanya?
Nyatanya, Ukraina malah dapat supply bahan bakar dari Rusia melalui Bulgaria selaku negara Uni Eropa, selama ‘perang’ berlangsung. (https://www.euractiv.com/section/global-europe/news/investigation-ukraine-buys-huge-amounts-of-russian-fuels-from-bulgaria/)
Jadi, minyak Rusia disalurkan ke kilang Burgas yang ada di Bulgaria. Dari kilang terbesar di Balkan inilah minyak milik Rusia, disalurkan ke Ukraina. (https://www.euractiv.com/section/politics/news/bulgaria-to-continue-exporting-fuels-from-russian-oil-to-ukraine/)
Selain minyak, gas Rusia juga mengalir ke Ukraina lewat Moldova yang luput dari serangan bom Rusia. Kebetulan? (https://balkaninsight.com/2023/02/07/ukraine-starts-to-import-gas-from-eu-via-moldova/)
Keanehan nggak hanya itu terjadi, sebab nyatanya pemerintahan Ukraina mengijinkan proses transit gas Rusia produksi Gazprom, yang akan dipasarkan ke Uni Eropa. Kok malah kasih akses? (https://menafn.com/1105512856/Gazprom-Russia-to-surge-gas-shipment-through-Ukraine-by-20-percent)
Lucunya, media mainstream baik Barat dan juga Rusia, secara kompakan bilang kalo proses transaksi ini hanya terjadi secara diam-diam, tanpa restu negara. “Bulgaria bakal kena sanksi Uni Eropa atas pelanggaran ini,” begitu ungkapnya. (https://www.rt.com/news/570099-bulgaria-supply-ukraine-arms-fuel/)
Rahasia dari Hong Kong.
Kalo memang demikian klaim-nya, kenapa juga Uni Eropa nggak menjatuhkan sanksi atas pelanggaran ini, mengingat konflik ini dianggap amat penting? (https://ec.europa.eu/commission/presscorner/detail/en/IP_22_2802)
Kelucuan lainnya adalah klaim yang menyatakan bahwa Uni Eropa melarang dan tidak lagi menggunakan bahan bakar asal Rusia, nggak lama sejak konflik dengan Ukraina terjadi. (https://www.wsj.com/articles/eu-support-grows-for-russia-oil-ban-for-ukraine-war-11647883376)
Nyatanya itu hanya klaim bodong yang nggak pernah bisa dipegang omongannya, sebab Rusia masih bisa menyalurkan minyaknya ke Uni Eropa melalui jalur Kazakhstan. (https://oilprice.com/Energy/Crude-Oil/Kazakhstan-To-Start-Using-New-Oil-Export-Route-In-2023.html)
“Tapi kan bang, bukannya Rusia menarget infrastruktur energi Ukraina, guna melemahkan kemampuan militer Ukraina?” tanya seseorang. (https://www.rt.com/russia/571272-ukraine-drone-missile-strikes/)
Itu ada benarnya. Tapi alasan sesungguhnya bukanlah melemahkan kemampuan militer Ukraina, melainkan menghancurkan infrastruktur yang ada di negara tersebut. Pasca berkonflik, bukankah Ukraina butuh investor untuk membangun kerusakan pada negaranya?
Tebak siapa yang akan bermain disana?
BlackRock dan investor sang Ndoro lainnya. Dan modus lama akan dikembangkan kembali. Alih-alih menjadi investor, maka Ukraina bakal siap jadi ‘sapi perah’ sang Ndoro besar. (https://www.cnbc.com/2022/12/28/zelenskyy-blackrock-ceo-fink-agree-to-coordinate-ukraine-investment.html)
Anda nggak perlu kaget tentang hal ini, sebab perusahaan energi asal Rusia-pun (mulai dari Gazprom, Rosneft hingga Lukoil), investornya juga kartel sang Ndoro besar juga. (https://www.banktrack.org/article/top_u_s_institutions_are_financing_russia_war_chest)
Pertanyaannya: kenapa Rusia membantu Ukraina jika keduanya sedang berkonflik?
Jawabannya sederhana. Dengan membantu Ukraina, maka ‘konflik’ bisa diperpanjang tanpa Ukraina mampu memenangkannya, alias memperpanjang ‘konflik’.
Sekali lagi, skenario siapa yang diuntungkan dengan situasi perpanjangan ini?
Kalo bisa disimpulkan, perang nggak terjadi begitu saja secara alamiah. Termasuk ‘perang-perangan’ Ukraina lawan Rusia.
Nyatanya perang dengan baik direncanakan, direkayasa dan digelar sesuai kebutuhan sang Ndoro besar selaku dalang utamanya.
Setelah baca analisa saya, anda masih ngotot membela Ukraina atau Rusia layaknya anda terbelah kubu atas cebong dan kampret jelang capres 2024?
Pilihan ada di tangan anda.
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments