Kamu Apa Yang Kamu Makan (*Bagian 1)


529

Kamu Apa Yang Kamu Makan (*Bagian 1)

Oleh: Ndaru Anugerah

Pernahkah anda berpikir bahwa saat ini makin banyak penyakit aneh-aneh yang bisa terjadi pada diri seseorang, khususnya kaum muda? Darimana asalnya semua penyakit tersebut?

Jawaban atas pertanyaan ini mungkin ada pada makanan yang tiap hari kita santap.

Sudah rahasia umum jika sistem pangan modern bertanggungjawab atas penyakit yang diderita sebagian besar umat manusia yang tidak sedikit pula berujung pada kematian.

Dan sistem pangan modern ini tidak serta merta muncul ke dunia karena mereka ada karena pemain yang menggerakkannya. Dengan kata lain sistem pangan modern dibentuk oleh pihak-pihak tertentu.

Memangnya siapa yang membentuk sistem pangan dunia?

Ada 2 institusi. Perusahaan agrobisnis dan kedua perusahaan makanan modern.

Di sisi argobisnis kita kenal nama besar Big Ag seperti Monsanto dan Cargill. Dan di sisi perusahaan makanan modern kita kenal Big Food seperti Nestle, Pepsico dan Kellog’s (https://www.usatoday.com/story/money/business/2014/08/16/companies-that-control-the-worlds-food/14056133/)

Sementara investor yang mendanai perusahaan-perusahaan besar ini adalah BlackRock, Vanguard dan State Street. (https://janataweekly.org/a-hard-edged-rock-waging-economic-warfare-on-humanity/)

Bisa dikatakan jika pembentuk sistem pangan modern yang ada saat ini adalah kartel sang Ndoro besar, dengan cara mendanai perusahaan pangan dan obat-obatan. Tentang ini saya pernah bahas. (baca disini dan disini)

Bagaimana sang Ndoro bisa membentuk sistem pangan modern?

Tentu saja lewat penguasaan badan-badan dunia dan juga ahli-ahli pangan yang kelak mempromosikan pola pangan baru bagi penduduk dunia. Salah satu yang dipromosikan adalah makanan ultra olahan (Ultra Processed Food) alias makanan cepat saji.

Kenapa makanan olahan sangat dipromosikan?

Alasannya pragmatis, selain bahan-bahan pembuatnya murah harganya, makanan ini punya dampak kesehatan pada tubuh manusia jika kerap dikonsumsi. Jadi selain dapat ‘cuan’ besar, agenda depopulasi juga bisa dijalankan secara bersamaan.

Berdasarkan data, sekitar 85 juta warga AS mengonsumsi makanan olahan tersebut setiap harinya. (https://nypost.com/2018/10/03/federal-study-finds-we-really-are-a-fast-food-nation/)

Sementara di sekolah, ada sekitar 30 juta makanan yang disajikan ke anak-anak setiap harinya untuk mereka santap, dan ini tentu saja pola makanan cepat saji. Dan ini bukan pilihan yang bisa mereka negasikan. (https://www.americanactionforum.org/research/primer-school_breakfast_program_national_lunch_program/)

Mengingat banyaknya orang yang mengonsumsi pola makan cepat saji sebagai akses nutrisi bagi tubuh mereka, menjadi wajar jika kita kemudian bertanya: apakah makanan itu layak santap dan memenuhi kandungan nutrisi yang dibutuhkan tubuh?

Menanggapi pertanyaan ini, perkumpulan emak-emak lintas negeri di AS dan juga lembaga kesehatan independen di AS sana menguji sampel makanan pada menu makan siang siswa. Dan hasilnya sungguh mengejutkan.

Setidaknya 5,3% makanan mengandung glifosat, 74% mengandung bahan pestisida berbahaya selain kandungan logam berat dalam jumlah yang diluar batas kewajaran. Dan parahnya, makanan tersebut mengandung nutrisi dalam jumlah yang sangat kecil. (https://www.momsacrossamerica.com/national_school_lunch_testing)

Kebayang dong, apa dampak glifosat dan bahan beracun lainnya jika dikonsumsi secara harian bagi anak-anak usia sekolah? (baca disini dan disini)

Merujuk pada temuan ini, baru-baru ini dilakukan penelitian lanjutan pada gerai makanan cepat saji yang paling populer di AS, seperti McDonald’s, Starbucks, Burger King hingga Wendy’s. Pertanyaan awalnya: seberapa besar kandungan nutrisi ditemukan pada gerai makanan yang paling digemari anak-anak?

Kenapa ini penting dilakukan?

Karena banyak anak-anak menyukai makanan cepat saji yang disediakan gerai makanan tersebut. Menjadi wajar jika margin keuntungan yang didapat perusahaan mencapai ratusan milyar dollar per tahunnya. (https://www.newsncr.com/personal-finance/supersized-30-biggest-fast-food-chains-in-the-u-s/)

Apa iya margin keuntungan yang didapat setara dengan kandungan nutrisi yang diberikan?

Lalu apa hasil penelitian tersebut?

Ditemukan obat dan juga hormon yang sedianya diperuntukkan bagi hewan pada sepuluh sampel makanan cepat saji yang diuji. Bahkan ada kandungan Nicarbazin yang dilarang untuk digunakan pada sampel makanan Chick-fil-A. (https://menafn.com/1107213407/Harmful-Antibiotics-And-A-Contraceptive-Found-In-Top-Ten-Fast-Food-Samples)

Selain itu ada juga kandungan antibiotik monensin pada 60% sampel makanan yang diuji. Monensin sendiri adalah antibiotik hewan sehingga tidak boleh digunakan pada manusia karena dapat mengakibatkan kerusakan parah organ yang berujung kematian. (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5570726/)

Ada juga kandungan antibiotik narasin sekitar 40% pada sampel makanan. Asal tahu saja, narasin dapat mengakibatkan diare, sesak napas, depresi hingga kematian. (https://www.sciencedirect.com/topics/nursing-and-health-professions/narasin)

Sebagai informasi, monensin dan narasin, keduanya adalah antibiotik ionofor yang sangat beracun bahkan pada dosis yang kecil sekalipun. Studi pada kuda dan anjing, ionofor dapat menyebabkan kaki belakang hewan tersebut menjadi lumpuh.

Ionofor sendiri digunakan secara luas utamanya pada hewan potong dan unggas, karena dapat menambah bobot hewan. Dan ini menguntungkan bagi peternak. Namun sisi lainnya diabaikan karena ionofor dapat menyebabkan degenerasi dan penyakit jantung akut pada hewan. (https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/ionophore)

Dengan temuan tersebut, apakah hanya kebetulan jika banyak anak-anak muda yang hampir setiap hari menyantap makanan cepat saji tersebut, kemudian banyak menderita penyakit mematikan yang tidak diketahui darimana asalnya?

Jika kandungan bahan kimia berbahaya tersebut pada hewan saja dapat mendatangkan bahaya walaupun dalam dosis kecil, gimana dengan anak-anak yang gemar menyantapnya?

Lebih jauh lagi, bagaimana mungkin makanan yang seharusnya menyehatkan dan menopang kehidupan seseorang, justru menjadi sesuatu yang sifatnya beracun dan mematikan?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!