Menyoal Efektivitas Vaksin Kopit Untuk Anak (*Bagian 1)
Oleh: Ndaru Anugerah
“Saya secara khusus sangat peduli terhadap kesehatan anak saya. Menurut Abang, apakah vaksinasi Kopit untuk anak yang sebentar lagi diberikan, cukup aman?” tanya seorang ibu. (https://www.kompas.com/wiken/read/2021/11/07/095300281/rekomendasi-idai-terbaru-vaksin-sinovac-untuk-anak-usia-6-11-tahun?page=all)
Perlu anda tahu bahwa vaksinasi yang akan dipakai di Wakanda berjenis vaksin tradisional buatan Sinovac. Dan untuk Sinovac, saya nggak akan bahas lebih jauh (untuk sementara), karena alasan geopolitik.
‘China dan juga Rusia nggak punya rencana untuk depopulasi pada plandemi Kopit’. Itu alasan saya.
Yang sama mau bahas adalah efektivitas vaksin Kopit Big Pharma yang akan diberikan pada anak-anak. Dan bukan nggak mungkin, jika ke depannya ‘vaksin’ mereka bakal juga dipakai bagi anak-anak yang ada di banyak negara, termasuk di Wakanda.
Mari kita bahas, meskipun secara garis besar tentang vaksin Kopit untuk anak sudah pernah saya bahas. (baca disini)
Kalo suatu vaksin ada, maka pertanyaan yang pertama kita ajukan adalah: berapa nilai efektivitasnya? Selanjutnya kita bertanya berapa nilai NNTV-nya? Jika kedua hal itu bisa dijawab dengan baik berdasarkan data yang valid, kita boleh sedikit lega jika mendapatkan suntikannya.
Jadi ada analisa risiko-manfaat yang diberikan pihak pembuat vaksin, sebelum vaksinnya digunakan oleh masyarakat luas.
Jangan seperti kasus flu babi di 2009. Alih-alih menghentikan plandemi, anak-anak dikasih vaksin pandemrix yang nggak punya data risiko-manfaat yang cukup. Dan beberapa tahun kemudian, banyak anak yang telah menerima vaksin tersebut kemudian mengalami penyakit narcolepsy dan cataplexy yang tidak bisa disembuhkan, SELAMANYA. (baca disini)
Di AS sana, FDA sudah kasih greenlight bagi vaksin Pfizer untuk diberikan kepada anak berusia 5-11 tahun. (https://www.bbc.com/news/world-us-canada-59044853)
Kalo sudah diberikan lampu hijau, apakah vaksin-nya sudah mengantongi prinsip risiko-manfaat yang diperlukan?
Anda perlu tahu, bahwa ada yang namanya NNTV alias Number Needed to Vaccinate yang harus diungkap ke publik. Angka NNTV diperlukan guna memastikan bahwa vaksinnya benar-benar layak untuk dipakai.
Pertanyaannya: apakah Pfizer selaku pembuat vaksin, menyediakan angka ini?
Sayangnya nggak ada. Padahal buku panduan CDC dengan jelas menyatakan perlunya data tentang NNTV (https://www.cdc.gov/vaccines/acip/committee/downloads/Economics-Guidance-for-ACIP-2019.pdf)
Memang apa perlunya angka NNTV?
Untuk mengetahui efektivitas vaksin dalam mencegah suatu kasus, rawat inap, masuk ICU hingga kematian yang disebabkan oleh suatu virus. Ini saya pernah bahas pada analisa Juni silam. (baca disini dan disini)
Misalnya, angka NNTV-nya 10. Ini berarti untuk mencegah 1 kasus Kopit, maka diperlukan 10 suntikan kepada orang-orang. Dari 10 orang tersebut, hanya 1 orang yang akan memperoleh manfaat vaksin, sedangkan sisanya nggak mendapat manfaat apapun.
Karena datanya Pfizer tidak sediakan, lalu berapa nilai NNTV dari vaksin buatannya?
Ronald Brown sebagai ekonom kesehatan di Kanada mengatakan bahwa nilai NNTV Pfizer sekitar 88 hingga 142. (https://www.mdpi.com/1648-9144/57/3/199/htm)
Allan S. Cunningham yang menulis pada British Medical Journal (BMJ) menyatakan bahwa NNTV vaksin Pfizer sekitar 256. (https://www.bmj.com/content/371/bmj.m4347/rr-4)
Sedangkan Harald Walach dan rekannya menyatakan bahwa nilai NNTV vaksin Pfizer di Israel antara 200 -700 untuk mencegah satu kasus. Namun angka NNTV untuk mencegah kematian akibat si Kopit nilainya 9000-100.000 dengan estimasi awal 16.000. (https://cf5e727d-d02d-4d71-89ff-9fe2d3ad957f.filesusr.com/ugd/adf864_8c97b2396c2842b3b05975bfbd8254cb.pdf)
Kesimpulannya apa?
Nilai NNTV yang begitu tinggi, tidak sebanding dengan efek samping dari vaksin tersebut yang rata-rata sekitar 15% secara nasional di AS sana. Silakan lihat data yang disajikan pada VAERS. (https://openvaers.com/)
Satu yang pasti bahwa nilai NNTV sejalan dengan ‘keuntungan’ yang didapat dari jualan vaksin yang mencapai USD 93 miliar, setahunnya. (https://www.fiercepharma.com/pharma/pfizer-moderna-will-rake-a-combined-93-billion-next-year-covid-19-sales-says-analytics-group)
Mungkin ada bisa berkilah bahwa data NNTV itu hanya data bagi vaksin orang dewasa dan bukan angka NNTV bagi anak-anak. “Bisa jadi angka NNTV bagi anak-anak lebih kecil dari angka orang dewasa,” begitu mungkin asumsinya.
Sekarang kita jawab pakai rujukan data.
Berdasarkan meta-analisis dari 5 riset, peneliti Dr. Stanford Catherine Axfors dan Prof. John Ioannidis menyatakan bahwa tingkat kematian akibat infeksi virus (IFR) pada anak-anak usia 0-19 tahun, hanya 0,0027%. Sedangkan pada anak-anak usia 5-11 tahun, nilai IFR-nya lebih kecil lagi. (https://www.medrxiv.org/content/10.1101/2021.07.08.21260210v1.full-text)
Data ini selaras dengan yang dirilis CDC, bahwa kematian akibat Kopit pada anak usia 5-11 tahun, sangatlah kecil. Ini bisa dilakukan treatment lainnya, dan nggak harus vaksin.
CDC, per tanggal 30 Oktober 2021 silam, menyatakan bahwa 170 anak berusia 5-11 tahun telah meninggal karena Kopit sejak awal plandemi. Ini artinya, tingkat kematian pada anak-anak hanya 0,02% dari total kematian akibat Kopit secara keseluruhan. (https://covid.cdc.gov/covid-data-tracker/#demographics)
Dengan angka yang sedemikian kecilnya, apakah layak anak-anak usia 5-11 tahun mendapatkan vaksinasi yang belum teruji kehandalannya? Jangan sampai kasus vaksin Pandemrix di 2009 terulang kembali. Itu namanya: konyol.
Masa buat anak sendiri kok coba-coba?
Salam Demokrasi!!
(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)
0 Comments