Booster Untuk Natalan


514

Booster Untuk Natalan

Oleh: Ndaru Anugerah

Kasus Kopit di Benua Biru mulai merangkat naik. (https://www.forbes.com/sites/masonbissada/2021/11/04/europe-sees-increase-in-covid-19-cases-for-fifth-straight-week-as-many-countries-reach-unsettling-milestones/)

Untuk menghentikan laju penularannya, apalagi yang dilakukan selain memberikan suntikan penguat alias booster jab. Harapannya, booster akan mampu memberikan perlindungan kepada mereka yang menerimanya, utamanya saat musim dingin datang.

Masalahnya, kalo sekedar himbauan orang bisa mahfum. Bagaimana kalo pakai statement bernada ancaman?

Memangnya ada?

Di Inggris, Menkes Sajid Javid ‘mendesak’ semua warga Inggris untuk mendapatkan vaksin virus Kopit ketiga alias booster. Ini dilakukan karena ‘kekebalan’ yang diberikan oleh vaksin hanya bisa bertahan selama enam minggu. Dan kini, masa 6 bulan telah lewat.

Solusinya tentu saja lewat enjus maning.

“Jika kita bersatu dan menjalankan peran kita, kita bisa melewati musim dingin kali ini tanpa pemnbatasan sehingga kita dapat merayakan Natal,” ungkap Javid. (https://www.politico.eu/article/uk-health-minister-sajid-javid-booster-coronavirus-vaccine-christmas-restrictions/)

Dengan kata lain lain, Javid mau menegaskan bagi warga Inggris untuk mau menerima booster, kalo mau merayakan Natal tanpa ‘halangan’. Ini mah sama aja ancaman, bukan?

Seruan yang dilontarkan Javid, bukan serta merta sifatnya, mengingat WHO sebelumnya kasih peringatan bahwa Eropa akan menjadi ‘pusat’ baru pandemi global. Situasi akan memburuk saat cuaca dingin melanda. (https://www.bbc.com/news/world-europe-59160525)

Dan mungkin karena pernyataan bernada ‘ancaman’ tersebut, sudah 9,3 juta warga Inggris yang menerima suntikan booster. Bukan itu saja, karena 92% orang dewasa mengatakan bahwa mereka kemungkinan mau menerima booster, jika mereka mendapatkan tawaran.

Sungguh kasian warga Inggris. Mau merayakan Natal saja, harus ada syaratnya dan harus ditakuti-takuti dulu.

Ini kontras dengan kondisi yang dialami oleh warga Swedia, dimana untuk bersedia divaksinasi, pemerintah harus kasih ‘imbalan’ uang kepada warganya, dan bukan dengan ancaman untuk nggak bisa natalan. (https://www.lunduniversity.lu.se/article/more-swedes-had-covid-jab-when-they-were-paid)

Ini yang lebih manusiawi, Inggris apa Swedia?

Salam Demokrasi!!

(*Penulis adalah analis Geopolitik dan mantan Aktivis 98)


0 Comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!